SLEMAN, Suara Muhammadiyah-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof Muhadjir Effendy meresmikan sekolah kluster SD Muhammadiyah Condongcatur, Depok, Sleman, pada 27 Januari 2019. Sekolah kluster merupakan program terobosan untuk memajukan pendidikan dalam wujud saling berkolaborasi. Sekolah-sekolah yang sudah unggul berperan untuk membina sekolah-sekolah di sekitarnya.
Salah satu perhatian utama Kemdikbud adalah terkait dengan pengembangan pendidikan karakter. Menurut Muhadjir, bobot pendidikan karakter untuk tingkat sekolah dasar (SD) sekitar 80 persen dan tingkat menengah pertama (SMP) sekitar 60 persen. “Karakter itu pondasi. Kalau pondasinya kuat, nanti di atasnya dibangun apapun, dia tidak mudah roboh,” ujarnya di SD Muhammadiyah Condongcatur.
Bersumber dari Pancasila, kata Muhadjir, terdapat lima nilai utama yang perlu dikembangkan. Yaitu religiusitas, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan. Masing-masing nilai saling terkait. Semua itu diwujudkan melalui sinergi tiga pusat pendidikan: sekolah, keluarga, dan masyarakat, sebagai suatu ekosistem.
“Guru-guru harus bisa menjadikan anak senang dan kerasan di sekolah. Kegiatannya harus kreatif. Kalau anak-anaknya senang dan nyaman, waktu 8 jam di sekolah itu kurang,” katanya terkait dengan kebijakan Program Pendidikan Karakter dalam lima hari sekolah. Dalam hal ini, sekolah ditantang untuk menciptakan lingkungan yang kreatif. “Sehingga sekolah jadi serasa rumah kedua,” tuturnya.
Dalam lima nilai karakter utama, karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
“Toleran, tepo seliro, ini harus dimasukkan ke Ismuba (mata pelajaran muatan lokal: Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab),” katanya tentang pentingnya sikap toleran. “Muhammadiyah itu gerakan, bukan agama. Jadi, kalau orang lain beragama tidak sesuai Muhammadiyah, bukan berarti tidak Islam,” ungkap Muhadjir.
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Muhadjir mencontohkan nilai nasionalis ini melalui pembudayaan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam tiga stanza. “Satu stanza itu baru prolog,” katanya. Melalui itu, anak-anak didik diajarkan tentang makna mencintai bangsa yang luar biasa ini. “Kalau kita pecah, maka gagal mengemban amanah Tuhan yang menjadikan kita bangsa yang besar,” ungkapnya. Muhadjir juga mengingatkan bahwa banyak tokoh Muhammadiyah ikut andil membangun bangsa, mulai Ki Bagus Hadikusumo, Jenderal Sudirman, hingga Djuanda. “Kalau tidak cinta tanah air, maka ikut mengkhianati para pendahulu Muhammadiyah,” katanya.
Karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
Karakter mandiri mendorong siswa untuk memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Sekolah Muhammadiyah Harus Unggul
Dalam kesempatan itu, Mendikbud berharap sekolah-sekolah Muhammadiyah senantiasa menjadi sekolah rujukan oleh karena kualitasnya yang unggul. “Muhammadiyah itu cirinya Islam dan maju. Itulah Islam Berkemajuan,” ujarnya.
“Pak Malik (Fadjar) pernah bertanya ke Pak AR (Fachruddin), apa itu Islam berkemajuan yang dimaksud Kiai Dahlan. Kata Pak AR, Islam Berkemajuan itu Islam yang gagah, nyah nyoh,” jelasnya. Dalam hal ini, Muhadjir mengharapkan sekolah-sekolah Muhammadiyah terus mengembangkan kemandiriannya. Sehingga menjadi tangan di atas, bermanfaat, dan bisa membina sekolah-sekolah lainnya yang belum maju.
Mendikbud mengaku bahwa Indonesia masih mengalami kesenjangan pendidikan. Muhadjir menceritakan pengalamannya mengunjungi Tawallo, Malaysia dan beberapa daerah perbatasan. Banyak sekolah yang memprihatinkan. Namun, Muhadjir merasa kaget dan bersyukur, karena di beberapa daerah tertinggal tersebut, justru ada sekolah Muhammadiyah.
Muhadjir beberapa kali mengunjungi kawasan perbatasan dan pulau terluar Indonesia. “Di Sebatik ada SMK Muhammadiyah yang lumayan bagus. Di Tarakan juga ada sekolah Muhammadiyah yang lumayan bagus,” katanya. Muhammadiyah hadir untuk mencerdaskan bangsa.
Keunggulan sekolah Muhammadiyah diharapkan tidak hanya di kawasan perbatasan. “Sudah seharusnyalah sekolah-sekolah Muhammadiyah di DIY ini menjadi sekolah unggulan, karena pusatnya Muhammadiyah, lahirnya Muhammadiyah itu di DIY,” katanya. Oleh karena itu, DIY punya amanah besar untuk menjadi cermin bagi pendidikan Muhammadiyah. “Jika orang ingin melihat tradisi sekolah Muhammadiyah, itu harusnya di DIY,” ungkapnya.
Sebagai Ketua PP Muhammadiyah dan sekaligus sebagai Mendikbud, Muhadjir mengingatkan bahwa dirinya selalu berusaha menjadi menteri bagi seluruh bangsa Indonesia. Tidak hanya membantu sekolah Muhammadiyah. Hal itu dianggap perlu dipahami oleh warga Muhammadiyah, supaya tetap terus berjuang membangun Indonesia melalui pendidikan secara mandiri. “Negara membantu siapa saja,” katanya. Dilemanya, karena sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia jumlahnya puluhan ribu, terkesan banyak dibantu.
Sekali lagi, Muhadjir mengingatkan bahwa itu bukan berarti dirinya dan kementerian bersikap tidak adil, dirinya berpedoman pada asas meritokrasi. Ketika membantu Muhammadiyah, itu karena memang sudah sangat mendesak. “Ketika Muhammadiyah dibantu, biasanya beranak pinak, dibantu 200 juta jadi 400 juta. Di Dlingo ada sekolah Muhammadiyah dibantu 1,4 Milyar, bangunan jadinya senilai 3 Milyar. Warga Muhammadiyah bergotong royong urunan,” katanya.
Hal ini dianggap sebagai sisi positif yang perlu dipertahankan. Muhammadiyah sangat ketat dalam hal kepemilikan. Semua amal usaha harus atas nama organisasi, bukan pribadi atau dinasti keluarga. “Bantuan itu untuk kepentingan umat dan bangsa, bukan milik pribadi orang per orang. Muhammadiyah punya disiplin yang sangat ketat dalam hal kepemilikan,” tukas Muhadjir Effendy.
PCM Depok Dukung Penuh Pendidikan
Ketua PCM Depok, Sleman, HM Jumiran mendukung penuh program pembinaan sekolah di bawah binaan Majelis Dikdasmen PDM Sleman ini. “Kami PCM Depok menginisiasi agar SD Muhammadiyah Condongcatur membina lima SD Muhammadiyah sebagai kluster, yaitu SD Muhammadiyah Kolombo Depok, SD Muhammadiyah Kayen Depok, SD Muhammadiyah Ngaglik, SD Muhammadiyah Semingin Moyudan, dan SD Muhammadiyah Kedungbanteng Moyudan,” tuturnya.
HM Jumiran menegaskan bahwa segenap unsur PCM Depok senantiasa bergandengan tangan dalam memajukan pendidikan. Hal ini sebagai wujud ta’awun Muhammadiyah untuk negeri. Saat ini, Muhammadiyah Depok memiliki dan mengelola beberapa AUM pendidikan: tiga unit SD Muhammadiyah, tiga unit SMP Muhammadiyah, dan lima TK ‘Aisyiyah. “Kami memegang prinsip: maju bersama, berkembang bersama, besar bersama,” katanya. (ribas)