JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menghadiri dan memberikan sambutan dalam peringatan Mengenang Hari Ulang Tahun (HUT) Ibu Negara Pertama RI, Fatmawati Soekarno yang ke-96, di Grand Ballroom the Tribrata, Jakarta, Selasa (5/2).
Pada acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Fatmawati tersebut, Noordjannah menyampaikan bahwa sosok ibu Fatmawati menunjukan ketokohan seorang perempuan muslimah berkemajuan yang berbakti untuk bangsanya. “Bahwa perempuan dan laki-laki setara dalam membangun bangsa dan negara dapat kita lihat salah satu contohnya adalah sosok ibu Fatmawati,” ujar Noordjannah.
Noordjannah juga menyampaikan untuk mengenang dan meneruskan kisah perjuangan Fatmawati, pada acara ini Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah mempersembahkan buku berjudul Muslimah Berkemajuan (Sepenggal Riwayat Fatmawati dan ‘Aisyiyah – Muhammadiyah). Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah memberikan penghormatan dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Fatmawati, Ibu Negara Republik Indonesia yang telah banyak berjasa kepada umat Islam dan juga bagi semua golongan dengan latar belakang agama, etnis, dan budaya yang berbeda-beda. Tuturnya, “Fatmawati adalah Ibu Negara dan Ibu Bangsa yang lahir dari keluarga Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang lekat warna keislaman dan keindonesiaannya yang berkemajuan.”
Sosok Fatmawati yang lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923 dan meninggal pada 14 Mei 1980 ini, juga dikenal sebagai aktivis ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Kecintaannya pada organisasi perempuan muslim berkemajuan ini bahkan ditunjukan saat menjahit dua kain katun halus yang menjadi bendera Pusaka Indonesia yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada saat itu Fatmawati menjahit sambil menyanyi kumandang Nasyiah.
Turut hadir dalam memperingati HUT Fatmawati yang ke-96 antara lain para ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla, Mendikbud Muhadjir Effendy, serta para pimpinan/kepala kementerian/lembaga negara. (Suri)