YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggenjot tradisi keilmuannya. Menurutnya, ladang utama gerakan IMM adalah wilayah pengembangan wacana dan keilmuan. Maka, IMM perlu sebanyak mungkin membuat gerakan literasi seperti membaca dan berdiskusi untuk memperkuat tradisi keilmuan tersebut.
“Dulu, para aktivis sosial dan politik bangsa ini, aktivitas kelimuannya sangat bagus, belakangan saja agak menurun,” kata Haedar dalam diskusi terbatas di kediamannya bersama DPD IMM DIY (25/2).
Meski demikian, Haedar tetap memandang IMM penting memiliki nalar politik. Kesadaran politik harus ada dan perlu dibangun, namun dikolaborasikan dengan nalar keilmuan. Nalar politik yang digabung dengan keilmuan bertujuan agar langgam gerakan politik IMM adalah politik kebangsaan, bukan politik partisan. “Biar politik praktis nanti alumninya saja yang garap,” tutur pria kelahiran Bandung tersebut.
Selain mewarnai kesadaran politik dengan nalar keilmuan, IMM juga harus menakar ulang porsi aktivitas sosialnya. Hal ini terutama bagi IMM di level cabang dan komisariat. Haedar pernah bergurau bahwa boleh sesekali aktivis IMM melakukan bakti sosial (baksos) tetapi jangan terlalu sering, karena ladang IMM yang sesungguhnya bukan di wilayah itu. “Itu (baksos sesekali) untuk mengasah sensitivitas kemasyarakatan saja,” katanya.
Berkarya dan Lanjut Studi
Tidak cukup sampai disitu, Haedar mendorong kader IMM agar melanjutkan studi formal setinggi-tingginya, bahkan kalau perlu ke luar negeri. Peluang tersebut saat ini sangat terbuka seiring keterbukaan informasi dan banyaknya akses beasiswa. “Maka, kemampuan berbahasa asing juga perlu ditingkatkan,” pesan Haedar.
Puncaknya, kader IMM akan semakin paripurna jika mampu menghasilkan karya, salah satunya dengan menulis. Merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan narasi-narasi Muhammadiyah dan menyebarkannya ke beberapa segmentasi sosial. Haedar berpendapat, melalui karya tulis, paham agama dan ideologi Muhammadiyah bisa mewarnai lalu lintas pemikiran yang bermacam-macam yang hidup di masyarakat.
Haedar Nashir sendiri merupakan penulis yang sangat produktif. Di samping kesibukannya sebagai pimpinan organisasi besar yang sibuk, ia selalu meluangkan waktu untuk menulis. Ia terlibat dalam puluhan buku yang ditulis oleh dirinya sendiri maupun kolaborasi dengan penulis lain, yang mayoritas bertemakan tentang ideologi Muhammadiyah. Sehingga Haedar kerap dijuluki ideolog Muhammadiyah, dan istri tercintanya dalam sebuah kesempatan menyebutnya sebagai kamus Muhammadiyah berjalan.
Aktivitas menulisnya sudah dimulai sejak lama. Tercatat ia bergabung dengan majalah Suara Muhammadiyah sejak tahun 1982 sebagai reporter, hingga sekarang didaulat sebagai Pemimpin Redaksi. Mantan Ketua PP IPM ini juga sudah menjadi kolumnis tetap di Harian Republika sejak tahun 2000. Teranyar, Haedar menuliskan pandangan dan refleksinya tentang keindonesiaan dalam buku terbarunya Indonesia dan Keindonesiaan. (DPD IMM DIY)
Baca juga: