Motivasi: Remeh Temeh

Belajar pada Kata dan Peristiwa

Foto Ilustrasi

Oleh: Dr M G Bagus Kastolani, Psi

Perjumpaanku dengan seorang petugas pemeriksa pintu dan kunci sebuah hotel di Singapura. Usia yang sudah tak nampak lagi muda, namun dengan cekatan memeriksa pintu dan kunci kamar hotel yang kusewa. Kuamati dan bertanya kepadanya sebagai suatu tanda basa basi kepada orang yang kutemui. Mulai dari pertanyaan sudah berapa lama menjalani pekerjaan ini dan apa saja tugasnya. Pertanyaan yang terlontar seperti selidik dari seorang petugas bagian human resources. Dia jawab pelan tapi dengan nada tegas, ia telah menjalani tugas ini selama 30 tahun dan setiap hari melakukan cek terhadap pintu dan kunci semua kamar di hotel ini yang berjumlah 300 kamar lebih… seorang diri.

Kupertegas dengan pertanyaanku, “Hanya ini saja tugas Bapak?… dan selama 30 tahun Bapak hanya mengerjakan tugas rutin ini?… Apakah tidak bosan dengan tugas yang hanya seperti ini?” Wowwww… rupanya pertanyaanku ini memancing tatapan matanya yang berubah menjadi nanar. Uppsss.. aku mengevaluasi diri, bagian mana dari pertanyaanku yang salah? Sebelum aku menyadarinya, dia telah memberiku penegasan bahwa ia tidak suka dengan kata hanya dari ku tentang pekerjaannya.

“Anak muda… janganlah engkau meremehkan pekerjaanku… karena pekerjaanku inilah yang membuat nama baik bangsa dan negara ku terjaga kehormatannya.” Haaaa… aku pun dibuatnya melongo dengan pernyataan yang mungkin tidak masuk akal bagiku. Di tengah kebingunganku yang belum bisa kujawab sendiri… orang tua itu telah menjawabnya. “Engkau pasti bingung… kenapa tugasku ini dapat menjaga nama baik bangsa dan negaraku. Hotel ini adalah hotel terbaik di sini dan banyak CEO, petinggi negara luar ataupun orangorang penting dari luar negeri yang menginap di hotel ini. Seandainya ada kebakaran kemudian pintu dan kunci ini macet… dan mereka bisa mati terbakar karena pintu dan kunci yang macet maka ini akan mempermalukan bangsa dan negaraku. Anak muda, jangan pernah engkau meremehkan pekerjaan ini!” Tercekat… kelu lidahku tak bisa berkata apapun mendengar penjelasannya.

Kembali aku berpikir setelah ia keluar dari kamarku. Terkadang kita bosan dan menyepelekan pekerjaan kita. Tidak ada kebanggaan sedikit pun terhadap pekerjaan kita sehingga kita tidak mencintai pekerjaan dan membuat kita tidak mampu menampilkan perfoma kerja yang baik. Kenapa? Karena kita tidak pernah menemukan arti penting pekerjaan ini yang kontribusinya luar biasa bagi ummat. Inilah yang disebut sebagai pemaknaan kerja (work meaning). Kalau bukan kita yang menemukan makna luar biasa dan menghargai pekerjaan kita sendiri, siapa lagi?

Wallahu a’lam bi shawab.

___

Rubrik Motivasi hidup Islami dalam kehidupan karier profesional.

Diasuh oleh Dr M G Bagus Kastolani, Psi, seorang psikolog dan kader Muhammadiyah.

___

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 10 tahun 2018

Baca juga

Motivasi: Angin

Motivasi: Elang atau Ayam?

Motivasi: Siapa Minta Kaktus?

Exit mobile version