YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Era 4.0 yang telah menjadi era baru sejak beberapa tahun terakhir di dunia telah membukakan pintu seluas-luasnya kepada siapa saja untuk mengakses teknologi informasi tanpa batas. Bahkan, siapapun bisa menciptakan informasi untuk disebarluaskan kepada siapapun dengan modal konektivitas yang tanpa batas pula. Orang tidak lagi melihat validitas suatu berita. Akhirnya, arus informasi yang demikian deras menjelma menjadi Tsunami yang siap menerjang siapapun dan di manapun, bahkan tak jarang ia menjadi kekuatan penghancur bagi tatanan moral dan sosial suatu masyarakat.
Hal demikian disampaikan oleh Hamim Ilyas, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saat memberikan kata sabutannya dalam acara Forum Dialog dan Literasi Media Sosial di Hotel Cavinton Yogyakarta pada Sabtu, 16 Maret 2019. Hamim menekankan bahwa masyarakat harus segera melangkah maju dari Era 4.0 menuju Era 5.0 agar tidak hanyut dan hancur karena terjangan Tusnami Informasi. Masyarakat Era 5.0, jelasnya, adalah masyarakat yang tidak hanya menjadi konsumen informasi saja, tetapi juga mampu membuat informasi, bahkan menciptakan teknologi itu sendiri untuk mewujudkan kebaikan nyata dalam kehidupan.
Seminar yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo RI dan Suara Muhammadiyah ini mengambil tema Bijak di Dunia Maya, Rukun di Dunia Nyata. Ini adalah seminar kedua setelah sebelumnya acara yang sama telah diadakan pada Kamis, 14 Februari 2019, dalam Seminar Pra Tanwir di Bengkulu. Hadir dalam acara ini sebagai pembicara: Prof Dr Ahmad Syafii Maarif sebagai Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah, Prof Dr Henry Subiakto sebagai Staf Ahli Menkominfo RI, Deni Asy’ari MA sebagai Direktur Utama Suara Muhammadiyah, Dr Hamim Ilyas sebagai Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhamamdiyah, Prof Dr Widodo Muktiyo sebagai Wakil Rektor UNS, Irfan Amalee sebagai Co Founder PeaceGenID, dan Budi Kusumah selaku Pembawa Acara.
Dalam kata sambutannya, Buya Syafii Maarif berpesan agar orang bijak dalam bermedia sosial dan tidak mudah terbawa arus. Tema yang diambil dalam seminar ini, kata Buya, sangat bagus. Tetapi, lanjutnya, dalam kenyataan kita ini sering berperang di dunia maya dan terbelah di dunia nyata. Media sosial penuh dengan ujaran kebencian, berita palsu, caci maki, dan fitnah. Pengguna media sosial yang tidak kritis dan cermat umumnya mudah percaya berita-berita hoaks. Mereka tidak lagi melihat benar dan salah suatu berita. Penerimaan atas suatu berita hanya berdasarkan suka dan tidak suka. Hal ini diperparah lagi dengan momentum politik di sebuah negara.
Menurut Prof Dr Henry Subiakto, hoaks dalam dunia maya sesungguhnya adalah suatu hal yang sengaja diciptakan oleh mereka yang memiliki kepentingan. Ada hoaks yang memang dibuat secara profesional dan teroganisir. Ada pula hoaks yang dibuat dibuat amatiran oleh aktivis pendukung yang terlalu fanatik dan tidak terorganisir. Tujuannya adalah menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan, dan pemujaan yang berlebihan. Di depan 250 peserta seminar, Henry menjelaskan secara gamblang data dan fakta penyebaran hoaks di berbagai belahan dunia dengan masing-masing dampaknya yang mengerikan bagi negara tersebut.
Dalam acara ini panitia memberikan secara cuma-cuma buku Fikih Informasi kepada seluruh peserta. Pemberian buku karya Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini adalah bagian dari upaya Muhammadiyah untuk mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat dalam dunia komunikasi dan informasi yang terus berkembang tiada henti.
Menjadi catatan bersama bahwa kemajuan teknologi komunikasi tidak akan melemahkan pentingnya komunikasi tatap muka. Komunikasi tatap muka adalah jenis komunikasi yang paling sempurna yang menumbukan keakraban dan empati. Bentuk komunikasi ini mampu mengatasi perasaan terasing, ketidakpuasan, dan keterpinggiran. Komunikasi sejatinya untuk menciptakan sikap saling memahami antar satu dengan lainnya. Dengan saling memahami itu, orang akan mengetahui kelebihan dan kekurangan lawan komunikasinya sehingga akan dapat saling memberi, membantu, dan melengkapi.
Teknologi informasi dan komunikasi yang mengalami kemajuan sedemikian pesat ini memungkinkan orang menjalin komunikasi melalui teknologi tanpa batas demi kemudahan hidup. Tanpa sikap yang bijak, hal yang semestinya dapat memberikan manfaat dan kemudahan justru menciptakan bencana sosial dalam lingkup yang sangat luas. Semua tergantung pada pengguna media sosial itu sendiri. Kemenkominfo RI dan Suara Muhammadiyah melalui acara ini mengajak kepada segenap masyarakat agar bijak di dunia maya dan rukun di dunia nyata. (Erik Tauvani)