YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Manusia hidup dalam lingkup waktu yang terus bergerak maju. Gerak waktu membawa serta perubahan. Kita memasuki buana yang berlari dalam kecepatan dan keseketikaan. Berbagai hal datang dan pergi silih berganti dalam sekejap mata. Kata Paul Virilio: diam, berarti mati. Dalam dunia yang terus berlari, manusia kadang ikut terserap di dalamnya.
Masyarakat menjadi mudah larut dalam kerumunan. Meluruhkan perenungan, penghayatan, dan cara berpikir analitis-kritis. Hal itu disadari oleh Staf Khusus Kemdikbud, Fajar Riza Ul Haq dalam acara temu penulis muda Muhammadiyah, pada Rabu, 10 April 2019, di Hotel Mutiara Yogyakarta. Menurutnya, pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini menjadi salah satu bukti. Para siswa tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan analisis.
Perubahan pola perilaku dan karakter masyarakat salah satunya ditandai dengan era keterbukaan informasi. Dalam suasana banjir informasi, kita menjadi tidak berdaya dan rentan terkena bias konfirmasi. Hanya menerima dan percaya informasi yang sesuai dengan kecenderungan pribadi. Sebaliknya, kita akan menolak informasi dari yang berbeda keyakinan dan mengusik kenyamanan.
Dalam situasi ini, publik membutuhkan pasokan informasi yang bisa memberikan pencerahan. Menyadari fakta ini, kanal islam berkemajuan menyelenggarakan temu penulis muda Muhammadiyah. Kegiatan yang didukung oleh Kemdikbud ini sekaligus dalam rangka launching website ibtimes. Platform ini diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi dahaga masyarakat yang terus bergerak maju.
Pemimpin Umum ibtimes, Hilman Latief menyebutkan bahwa generasi muda Muhammadiyah perlu untuk mengambil peran mengisi ruang kosong di media daring dan media sosial. Pemimpin Redaksi ibtimes, Azaki Khoiruddin mengakui bahwa kehadiran kanal islam berkemajuan dalam rangka mengisi ruang itu, guna memberikan pencerahan bagi masyarakat dengan gagasan keislaman yang bercorak kemajuan.
Kehadiran website ini menjadi pelengkap bagi website official Muhammadiyah yang sudah ada. Masyarakat membutuhkan banyak kanal yang bisa dijadikan rujukan sesuai dengan segmen yang diinginkan. Website resmi suaramuhammadiyah.id dan muhammadiyah.id akan mendapat dukungan dari website kultural semisal ibtimes.id, milenialis.id, masa-kini.id, menara62.com, pwmu.co, dan seterusnya.
Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini mengakui bahwa di internal Muhammadiyah, kesadaran untuk melakukan dakwah di dunia maya masih belum menjadi arus utama. Banyak tokoh Muhammadiyah yang belum merasa perlu terjun ke gelanggang. Situasi ini menjadi peluang dan sekaligus tantangan bagi generasi muda Muhammadiyah untuk ikut bertanggung jawab di media sosial.
Esais muda Muhammadiyah, Iqbal Aji Daryono menunjukkan beberapa fakta yang mendukung hal itu. Menurutnya, media sosial memiliki karakter tersendiri, yaitu bersifat personal, informal, informasi singkat, visual lebih kuat, cepat, bergegas, melenyapkan tumakninah, mengaduk emosi, dan viral menjadi penting. Dalam hal eksekusi, kata Iqbal, pola di media sosial juga perlu diperhatikan. Muhammadiyah membutuhkan peluru dan pasukan tempur yang bergerak bersama. Oleh karena itu, harus ada kolaborasi antara website official, para influencer, dan pasukan buzzer di media sosial. (ribas)