Oleh : Haedar Nashir
Kegairahan sebagian anggota, kader, dan pimpinan pada isu-isu politik 2019 perlu dihargai sebagai bentuk partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengamati penggunaan media sosial di grup-grup internal warga Muhammadiyah, tampak sekali yang ramai dibicarakan soal-soal politik dan reaksi atas isu-isu luar. Kadang kalau urusan pilihan politiknya berbeda atau terganggu menjadi kesal dan marah, seolah pilihannya itu menyatu dengan urusan diri dan keberadaan Muhammadiyah.
Masalah politik tentu penting, seperti berkali-kali disampaikan di banyak forum Persyarikatan. Tetapi berpolitiklah dengan tengahan, jangan bersikap ekstrem dengan saling menegasikan dan menceca satu sama lain. Bersamaan dengan itu, Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah kemasyarakatan memiliki urusan utama yang tidak boleh diabaikan dan tetap memerlukan perhatian serius. Urusan pemenangan Pilpres ada yang bertanggungjawab. Partai dan elite politik pengusung saja santai, semestinya warga Muhammadiyah lebih rileks dan wajar, jangan terbawa irama politik praktis.
Muhammadiyah itu organisasi besar dengan segala amal usaha, program, kegiatan, aset, kekayaan, dan urusan dakwahnya yang luar biasa luas. Muhammadiyah jangan diperkecil atau dikalahkan oleh urusan-urusan sesaat yang belum tentu menguntungkan Persyarikatan. Muhammadiyah memiliki masalah dan tantangan yang semakin kompleks, termasuk agenda internal Persyarikatan. Perhatian dan fokus dalam mengurus Muhammadiyah sangatlah penting, apalagi bagi para pimpinan yang memperoleh amanat organisasi.
Masalah Internal
Masalah Muhammadiyah masih banyak yang harus dihadapi dan diselesaikan secara serius. Di sejumlah Wilayah masih terdapat Daerah, Cabang, dan Ranting yang tidak sepenuhnya aktif yang memerlukan penguatan. Jumlah anggota Muhammadiyah yang cenderung stagnan, sebagian amal usaha yang cenderung menyusut jumlahnya di samping masalah kualitas, kegiatan jamaah di tingkat bawah yang kurang hidup, pengelolaan organisasi yang seadanya, dan konflik dalam pengelolaan amal usaha. Banyak masjid masih belum terkelola dan dimakmurkan dengan sebaik-baiknya. Pembinaan jamaah dan pengajian-pengajian di bawah tidak sepenuhnya berjalan dengan baik, rutin, dan tersistem secara teroganisasi.
Pemahaman keagamaan dan ideologi di lingkungan Muhammadiyah pun masih memerlukan peneguhan. Dalam penelitian Prof Nakamura (2010) antara lain disebutkan menurunnya etos pimpinan Muhammadiyah yang berani mengambil resiko dan berkhidmat tanpa pamrih, banyak orang Muhammadiyah tidak mau berubah, kecenderungan sikap puritan yang ekslusif karena sebagian masih terfokus pada gerakan TBC (anti tahayul, bid’ah, dan churafat), sehingga dalam 40 tahun itu selain ada kemajuan juga kemunduran. Secara umum Nakamura mengkiritik melemahnya ideologi pembaruan di Muhammadiyah.
Alhamdulillah amal usaha Muhammadiyah secara umum berkembang baik. Namun peningkatan kualitas amal usaha menjadi keniscayaan untuk terus dilakukan, selain penting penyebarluasan dan pengembangan. Amal usaha ekonomi yang menjadi pilar ketiga mestinya semakin dibumikan dan diperluas sehingga menjadi gerakan unggulan. Amal usaha merupakan kekuatan dan aset strategis Muhammadiyah menjadi gerakan yang semakin kuat dan mandiri. Perlu perhatian serius dan terfokus dalam meningkatkan, mengembangkan, dan pembaruan amal usaha Muhammadiyah dari seluruh tingkatan pimpinan Persyarikatan. Persaingan dengan “amal usaha” lain semakin tinggi, sehingga jika amal usaha Muhammadiyah tidak benar-benar dipikirkan masa depannya maka akan tertinggal.
Dakwah Komunitas yang menjadi amanat dan agenda penting dalam Muhammadiyah periode 2015-2020 memerlukan penanganan serius dan terprogram secara masif. Diakui sampai sekarang belum tampak gerakan Dakwah Komunitas tersebut menjadi perhatian dan prioritas di lingkungan Persyarikatan. Padahal program tersebut sangat penting dan strategis untuk dilaksanakan dalam mengembalikan dan memperluas daya jangkau dakwah Muhammadiyah ke berbagai segmen atau lingkungan sosial yang heterogen di tengah arus perubahan sosial dan fungsi dominan media sosial saat ini.
Pertanyaannya apakah dakwah dan pergerakan Muhammadiyah saat ini masih memiliki tempat spesial di kalangan komunitas sosial lama maupun baru? Misalnya di berbagai komunitas masyarakat kota besar dan metropolitan, di samping di pedesaan dan daerah-daerah terpencil dan terjauh? Begitu pula pada generasi baru yang lahir dalam kultur media sosial dan generasi milenial? Mampukah Muhammadiyah berfastabiqul-khairat secara lebih unggul dengan gerakan Islam dan keagamaan lainnya di negeri ini yang dalam sejumlah aspek mereka lebih maju. Muhammadiyah wajib hadir di tengah dinamika sosial baru dengan menampilkan alternatif dakwah yang berkemajuan. Muhammadiyah jangan sampai mengalami stagnasi (kejumudan) atau involusi (jalan di tempat), sementara pergerakan keagamaan dan organisasi lain mengalami transformasi sosial baru.
Komitmen Pimpinan
Bagaimana para pimpinan Muhammadiyah memikirkan agenda-agenda penting dalam satu setengah tahun ke depan? Muhammadiyah tidak cukup berada di zona nyaman jika ingin terus maju menjadi gerakan Islam yang unggul. Amal usaha yang besar jangan sampai membuat para pimpinan Muhammadiyah berpuas diri tanpa melakukan usaha-usaha peningkatan kualitas meraih kemajuan. Hal yang niscaya ialah membangun pusat-pusat keunggulan yang akan menjadi kekuatan Muhammadiyah dalam lahan gerakannya di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, disertai gerakan tabligh yang masif dan mencerahkan.
Gerakan ke masyarakat di kota maupun desa serta daerah terjauh harus menjadi fokus pengembangan Muhammadiyah jika ingin tetap mengakar di negeri ini. Jangan terus berwacana dan sibuk dengan mengusung isu organisasi lain lebih maju, misi agama lain masif, dan kita merasa ketinggalan jika tidak dibarengi dengan kesungguhan menjalankan usaha-usaha Muhammadiyah secara optimal. Reaksi terhadap pihak lain harus disertai langkah nyata memajukan Persyarikatan. Kadang mau merumuskan satu konsep atau pemikiran organisasi tidak tertunaikan, padahal ber-WA (WhatsApp) dapat berlama-lama membicarakan segala isu.
Posisikan dan perankan diri sebagai pimpinan Muhammadiyah yang mengurusi dakwah kemasyarakatan secara semestinya. Pakai Kepribadian, Khittah, serta prinsip-prinsip Muhammadiyah dalam menyikapi sesuatu dalam bingkai koridor Persyarikatan sebagai organisasi. Jangan karena kemauan dan pola pikir sendiri-sendiri. Banyak agenda berat untuk diusahakan sebagai pekerjaan rumah Muhammadiyah. Semuanya menuntut komitmen, tanggungjawab, dan ikhtiar pengerahan segenap kekuatan seluruh pimpinan dan anggota di segenap tingkatan. Sungguh waktu yang tersedia sangatlah tidak mencukupi untuk dimanfaatkan guna mengurus dan memajukan Muhammadiyah secara optimal.
Muhammadiyah menuntut tanggungjawab para pimpinannya untuk memajukan gerakan Islam lebih unggul dibanding organisasi lain. Bagaimana agar para pimpinan benar-benar memikirkan, berkomitmen, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah dan agenda Muhammadiyah yang berat itu agar gerakan Islam ini semakin berkemajuan. Para pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting bersama segenap pengurus Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, dan Amal Usaha sungguh mulia ketika bersedia menjadi penerus perjuangan Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam berkhidmat mengurus Gerakan Islam ini. Semuanya memerlukan kehendak dan kerja nyata secara terorganisasi. Keasyikan menanggapi segala masalah luar tanpa menengok ke tubuh Muhammadiyah dapat melalaikan anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah dari masalah dan urusan internal Muhammadiyah sendiri.
Padahal tanggungjawab mengurus Muhammadiyah sama dengan mengikuti perjuangan Nabi Muhammad saw dalam mendakwahkan Islam untuk membangun peradaban utama. Jangan melalaikan tugas Muhammadiyah karena terpukau urusan lain yang belum tentu menguntungkan Persyarikatan. Mengurus Muhammadiyah tidak mencukupi pula dengan hanya bicara, tetapi memerlukan kiprah nyata dengan sepenuh hati. Kiai Dahlan berpesan yang mengandung wasiat ruhaniah (Mulkhan, 2004), “Aku berpesan hendaklah engkau sekalian bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh kebijaksanaan, penuh kehatihatian serta senantiasa waspada di dalam menggerakkan Muhammadiyah dan dalam mengerahkan tenaga umat. Janganlah engkau menganggap masalah ini sebagai persoalan kecil dan sepele, persoalan Muhammadiyah adalah masalah besar. Siapa saja yang mengindahkan pesanku adalah pertanda orang yang tetap mencintai aku dan Muhammadiyah!”
—
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 6 tahun 2019