Oleh: Dr M G Bagus Kastolani, Psi
Suatu hari saya berkunjung kepada HRD Manager perusahaan BUMN ternama. Saya menanyakan bagaimana kinerja lulusan kami yang bekerja di perusahaannya. Ia menyampaikan kepada saya bahwa lulusan kami belum siap kerja. Jika diminta mengerjakan tugas baru, pekerjanya yang lulusan kami menyatakan bahwa tugas ini tidak pernah dipelajari di bangku kuliah. Walhasil mereka menyatakan tidak bisa… menyerah… kalah sebelum bertanding. Dia menyatakan ada yang salah dengan sistem pendidikan kami. Tentunya, saya tidak begitu saja percaya dengan omongan HRD Manager tersebut. Apakah betul ini kesalahan sistem pendidikan kami, yang tidak mengajarkan semuanya di bangku kuliah?
Rasa penasaran ini kemudian saya wujudkan dengan memberikan soal ujian kepada mahasiswa saat ujian tengah semester. Di mana jawaban atas soal itu belum pernah kami ajarkan di kelas. Ternyata respons mahasiswa setelah ujian begitu mengejutkan saya. Hampir semua mahasiswa saya, baik ketemu langsung, menggunakan japri atau menelepon saya dengan keluhan bahwa soal-soal ini belum pernah diajarkan di kelas. Mereka menyatakan ini tidak adil dalam sistem pendidikan karena seharusnya dosen memberikan soal yang sudah dipelajari oleh mahasiswa. Sesungguhnya, saya sangat memahami hal itu dan memang mempersiapkan nilai bonus bagi mahasiswa karena memang soal itu belum pernah diajarkan di kelas.
Namun yang menjadi takjub bagi saya adalah respons mahasiswa yang mengeluh dengan soal yang belum pernah diajarkan di kelas. Meskipun sebenarnya saya sudah mengunggah semua referensi dan materi di sistem pendidikan online kami. Ternyata eksperimen saya berhasil membuktikan bahwa mahasiswa mengeluh tidak bisa mengerjakan soal yang belum diajarkan. Bukankah ini analogi terhadap pernyataan HRD Manager tadi? Ketika mahasiswa saya lulus dan bekerja kemudian diberikan tugas yang mungkin belum pernah diajarkan di kelas… jawabannya adalah keluhan tidak bisa mengerjakan karena tidak diajarkan sewaktu di bangku kuliah. Dan pernyataan HRD Manager ini saya sampaikan ke kelas agar mahasiswa siap dengan tugas apapun meskipun belum pernah mereka pelajari. Mempelajari suatu hal baru sambil mengerjakan tugas inilah yang disebut sebagai learning by doing. Diperkuat dengan mentalitas yang tidak mudah putus asa ketika mengalami hambatan, maka learning by doing akan banyak membantu orang mengerjakan tugas barunya. Bukankah dalam kehidupan kita ini Allah SwT juga sering memberikan ujian kepada kita tanpa kita harus belajar terlebih dahulu?
Huwallahu a’lam bishshawab.
—
Tulisan ini telah dimuat di Majalah SM edisi 22 tahun 2017