BANTUL, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir bersama istrinya yang juga Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini memberikan hak suaranya pada pemilu kali ini. Haedar pada pukul 10.00 WIB, datang ke TPS 13, RT 5 Dusun Godegan, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta.
Atas nama pribadi dan ketum PP Muhammadiyah, Haedar mengapresiasi terselenggaranya Pemilu serentak ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya. “Pemilu lima tahunan ini sebagai instrumen politik demokrasi untuk terciptanya Pemerintahan di legislatif dan eksekutif yang good government dan membawa Indonesia bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Dan kami percaya bahwa seluruh komponen bangsa dan warga negara akan menerima hasil pemilu,” ujarnya saat ditemui awak media.
Siapa pun yang terpilih, akan menjadi wakil seluruh rakyat, tidak lagi hanya mewakili suatu kelompok atau golongan tertentu. Haedar mengimbau agar semua peserta Pemilu menerima hasil pemungutan suara dengan lapang dada. Bagi yang diberi kepercayaan, diharapkan supaya mengemban amanah rakyat dengan baik serta tidak sombong dengan kemenangannya. “Yang diberi amanat oleh rakyat, tunaikan amanat itu dengan sebaik-baiknya, rendah hati, tidak perlu jumawa atau merasa digdaya, apalagi angkuh karena memperoleh kekuasaan,” ungkapnya.
Para kandidat yang terpilih menanggung tanggung jawab besar. “Bahwa yang memperoleh mandat itu mendapat beban yang sangat berat untuk membawa 160 juta rakyat Indonesia dan seluruh negeri ini menjadi maju, berdaulat dan memiliki daya saing tinggi,” ujarnya. Pesan ini menjadi penting disadari oleh para kandidat terpilih, guna menggunakan jabatannya untuk kemaslahatan bangsa dan negara.
Kepada yang belum terpilih, Haedar berharap supaya tetap mengabdikan diri kepada negara melalui banyak cara, jalur politik bukan satu-satunya. “Percayalah bahwa semuanya juga punya tempatnya masing-masing untuk berperan dengan posisinya masing-masing untuk memajukan bangsa. Justru saat itulah pengkhidmatan sebagai elite bangsa teruji, dan tentu terimalah keadaan seperti itu dengan lapang hati dan berjiwa kenegarawan yang tinggi. Karena orang beriman selalu menerima hasil, baik yang kita pandang baik atau sebaliknya, semua selalu ada hikmahnya,” tutur Haedar.
Apabila dalam proses demokrasi ini ditemukan adanya sengketa atau permasalahan terkait hasil penghitungan suara, Haedar meminta agar peserta Pemilu menggunakan jalur hukum sesuai jalur konstitusi. “Kalau ada masalah-masalah yang bersifat persengketaan pemilu, (Mahkamah) Konstitusi sudah beri koridor untuk menyelesaikannya, dan kami percaya semuanya akan mengikuti proses hukum dan konstitusional, karena bangsa ini cukup dewasa, apalagi para elitenya,” ungkapnya.
Semua kandidat yang bersaing perlu untuk menunjukkan teladan dan melakukan rekonsiliasi kembali. Haedar percaya bahwa semua pihak akan kembali merekatkan persaudaraan sesama anak bangsa. “Insyaallah rekonsiliasi prosesnya berlangsung secara alami, karena bangsa ini punya kekuatan cukup besar dalam persamaan dan perbedaan. Karakter bangsa Indonesia (adalah) dalam kebudayaan kolektif dan dialektis, ketika ada gesekan pasti ada rekonsiliasi,” tukas Haedar Nashir. (ribas)