Oleh : Bara Cita Mahendra
Assalaamu’alaikum Wr Wb
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang banyak, dan sebesar-besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat Islam dan iman. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, imam kita, penyejuk hati kita, Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Ali bin Abi Thalib saat menjadi Amirul Mu’minin mendapatkan kunjungan dari sekelompok orang. Dalam perbincangan ini mereka bertanya, “Ya Amirul Mu’min, pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatab, masyarakat begitu patuh dan tunduk pada keduanya, juga wilayah kekuasaan yang meluas. Sedang pada masa Utsman bin Affan dan dirimu masyarakat tidak patuh dan tunduk, ditambah kekuasaan yang menyempit?”
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Pada saat mereka berdua memimpin, rakyat saat itu seperti diriku dan Utsman. Sedangkan rakyat pada masa dipimpin Utsman dan diriku adalah seperti kalian.”
Dari percakapan ini kita bisa menilai, bahwa pemimpin itu adalah pencerminan rakyatnya. Ada kalimat yang sangat menarik, “kama takunu yuwalla’alaikum” (sebagaimana kalian, demikian pula ditetapkan pemimpin atas kalian). Mungkin ini bila ditafsirkan berarti “pemimpin adalah manifestasi dari rakyat”.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Berdasarkan hal di atas, berperilaku baik secara berulang perlu kita lakukan agar mendapatkan pemimpin yang baik. Sehingga masa berikutnya tidak perlu menyalahkan pemimpin bila kita yang memang memilihnya. Ini sebagai bentuk menjadi sebaik-baik ummat di antara manusia. Ditambah dengan keimanan yang dijadikan dasar dalam mengajak dan melarang. Berdasarkan keimanan ini timbul dinamika hidup (jiwa bebas). Kemerdekaan jiwa dikarenakan tauhid ini kemudian memunculkan kembali kemerdekaan kedua, yaitu kemerdekaan kemauan (irradah). Dilanjutkan dengan kemerdekaan menyatakan pikiran.
Sebaik-baik pemimpin diantara kalian adalah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakannya dan merekapun mendoakan kalian, dan seburuk-buruknya pemimpin diantara kalian adalah pemimpin yang kalian benci dan merekapun membenci kalian, kalian melaknatnya dan merekapun melaknat kalian (H.R. Muslim dari Auf bin Malik).
Berdasarkan hal ini, menjadi gambaran buat kita memunculkan satu lagi solusi. Seperti Ibnu Taimiyah yang mengutip imam Ahmad bin Hanbal: “Seandainya kita mempunyai doa yang (kita ketahui) makbul, niscaya itu kita gunakan mendoakan Kepala Negara”. Perlu diingat dan diketahui, keduanya pernah merasakan penjara berdasarkan keputusan pemimpin yang merasa berkuasa. Integritas menjadi modal mereka saat menghadapinya.
Akhirnya, selama agama dan tanah air kita tidak diancam keberadaannya. Sesuai “tafsir” ahli bukanlah kondisi darurat yang mendesak waktunya. Maka ikuti saja jadwal “eksekusi” keputusan bagi masyarakat. Tentunya tidak ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dalam pengawasannya, sambil bersiap untuk menghadapinya.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Pemilihan seorang pemimpin dengan adanya keterlibatan pihak lain (masyarakat) ada konsekuensinya. Maka seorang pemimpin yang telah ditetapkan akan dituntut memperhatikan kehendak masyarakat. Sehingga menjadi hal wajar, stigma pemimpin merupakan “pelayan” bagi masyarakatnya. Perlu diingat, di dunia saat ini mayoritas pemimpin menempatkan jabatan sebagai suatu hak. Sedangkan bagi minoritas pemimpin, mereka menempatkan jabatan sebagai sebuah kewajiban. Di sinilah perbedaan yang kemudian muncul saat mereka menjabat, bahkan bisa saja menjadi pihak yang kemudian sering berlawanan.
Bagi kita sebagai pihak yang mereka butuhkan, juga terimbas efeknya. Bisa dalam kancah pergaulan sesama manusia, bisa juga dalam kancah sebagai hamba Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa kita lakukan adalah dengan bersikap syukur dan sabar.
Syukur posisinya saat menerima karunia dari Tuhan, kemudian menafkahkan di jalanNya. Serta sabar, saat memilih jalan Tuhan, ketika datang desakan hawa nafsu. Standar ibadah adalah kewajiban, bisa juga kebutuhan. Mengidentifikasi, apakah sudah memenuhi standar ataukah belum? Maka marilah rasakan yang kita lakukan. Apabila sering melanggar, maka standar ibadah, baru pengguguran kewajiban. Kerangka adalah perlu. Bagi kita, kitab suci dan perilaku nabi adalah bentuknya. Meski ada problem di dalamnya, karena beda penafsiran yang membungkusnya.
جَعَلَنَا اللهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ اْلمُؤْمِنِـيْنَ الْعَالِمِيْنَ، وَ أدْخَلَنَا وَ إِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ الْرَّاشِخِيْنَ فِى اْلعِلْمِ، وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Kedua
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama berdoa, semoga Allah Swt berkenan menjadikan kita sebagai hamba yang memiliki komitmen atau rasa keterikatan diri kuat. Serta tidak berhenti menggali ilmu pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah Swt.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ
Penulis Guru SMA Muhammadiyah Bumiayu