SLEMAN, Suara Muhammadiyah– Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2019, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) menyelenggarakan seminar nasional dan simulasi evakuasi gempa bumi, Jum’at (26/04/19). Lebih dari 350 orang mengikuti kegiatan hasil kerjasama antara Unisa dan MDMC PP Muhammadiyah ini. termasuk beberapa peserta berasal dari Purworejo, Kebumen, dan Magelang.
HKB kali ini mengangkat tema “Peran Perempuan Muhammadiyah dalam Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia”. Karenanya Rektor Unisa, Warsiti dalam sambutanya menegaskan, bahwa perempuan memiliki peran besar dalam upaya mengurangi risiko bencana. Baik itu pada hal manajemen risiko, mitigasi, hingga rehabilitasi.
Menguatkan itu, Rahmawati Husein, wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah juga menyampaikan, perempuan harus memiliki peran aktif di masyarakat, yaitu mulai dengan mendidik kesiapsiagaan bencana pada diri, keluarga dan masyarakat. Sebab, ia menjelaskan, perempuan berisiko 14 kali terkena risiko bencana dari pada laki-laki. “Dan juga banyak korban yang meninggal adalah perempuan,” terangnya. Karenanya peran aktif perempuan sangat berpengaruh besar terhadap upaya mengurangi risiko bencana.
Lebih dalam, Wahyu Heniwati Divisi Pengurangan Risiko dan Kesiapsiagaan MDMC memaparkan, bahwa secara geografis Indonesia memang berada pada kawasan berpotensi bencana. Seperti gempa bumi, keberadaan ratusan gunung berapi, potensi banjir dan longsor, kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Karenanya ia menyarankan, “Hidup harmoni bersama bencana”. Yaitu dengan mengenali bentuk dan potensi bencana lingkungan sekitar, mengenali cirri-ciri bencana, dan kemudian mengambil tindakan sebagai upaya untuk menanggulingnya.
“Dalam hal ini jelas peran perempuan sangat penting, sebab perempuan cenderung multitasking,” ujarnya. Namun, ia mengingatkan, tapi tak jarang dengan multitasking tersebut justru perempuan mengabaikan risiko. Karenanya penting bagi perempuan untuk meningkatkan kemampuan dengan menambah pengetahuan dan wawasan, berorganisasi, seta meningkatkan rasa kepedulian. Sehingga dengan semau itu sedikit atau banyak dapat mengurangi kerentanan.
Iin Inayah pemateri lain yang merupakan seorang dokter pun berpendapat serupa. Menurutnya, berorganisasi dan menjalin kerjasama dengan organisasi lain adalah langkah penting untuk mengurangi risiko bencana.
Bukan hanya sebagai penggerak dapaur umum, dengan segala potensi yang dimiliki, perempuan memamng memiliki peran penting dalam kegiatan edukasi pra-bencana maupun recovery pasca-bencana. Tetapi, Diyah Puspitarini Ketua Umum PP NA menyayangkan adanya pengaruh kultur budaya yang cukup kuat yang cenderung memandang perempuan sebelah mata. Akibatnya, dalam banyak hal, salah satunya dalam pengambilan keputusan, perempuan jarang diikutkan.
Acara ini juga mendeklarasikan Perempuan Tangguh Bencana. Pembacaan deklarasi perempuan tangguh bencana ini dipimpin oleh Surriya Dwi Wahyu ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Wilayah Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan ditirukan oleh semua peserta. (gsh).