Beberapa Kisah dari Lazismu Sragen Memberdayakan Mustadl’afin

Tiga Tahun Menderita Penyakit Jantung Sulastri Meninggal Dunia

Bendera merah berkibar di salah satu gang kecil daerah Teguhan Lor, Sragen Wetan Sragen. Bendera itu dipasang karena meninggalnya warga setempat, Tri Sulastri. Ia meninggal Senin (1/4/2019) saat dirawat di Rumah Sakit di Jogja pukul 17.00 WIB. Jenazah Tri diberangkatkan dari Jogja pukul 19.00 WIB dan sampai di kediamannya pukul 22.00 WIB.

“Sudah 3 tahun ini istri saya menderita penyakit Jantung. Selama itu ia harus menjalani kontrol kesehatan sebulan sekali. Ia terkadang juga diharuskan menginap ketika kontrol kesehatan 2 sampai 3 pekan,” ucap Jumanto saat ditemui Tim Lazismu Sragen

Dia menjelaskan sehari-hari Jumanto bekerja sebagai buruh serabutan bersama istrinya. Penghasilan mereka pun tidaklah menentu. Ditambah lagi mereka harus menghidupi kedua anaknya yang saat ini masih duduk dibangku SD dan SMP.

Lazismu memutuskan untuk membantu mereka. Senin (1/4/2019) Anggota Staff Program Lazismu Sragen, Tommy Arisaputra menyerahkan santunan duka cita kepada Jumanto. “Semoga Bu Tri Sulastri meninggal dalam keadaan husnul khotimah dan bantuan yang diberikan Lazismu Sragen dapat bermanfaat bagi keluargayang ditinggalkan,” tutur Tommy.

 

Gerobak Angkringan Bagi Warga Karangudi

Iit Enjang Utomo, warga Karangudi RT 17, Karangudi, Ngrampal, Sragen membantu menurunkan gerobak dari mobil pikap. Di rumahnya itu Iit tinggal bersama Silfiyanti dan anaknya, Iin Putri Sakinah. Pria yang setelah lulus SMP langsung merantau di Jakarta itu sehari-hari bekerja sebagai juru masak di salah satu restoran di daerah Sragen.

“Setelah lulus SMP saya langsung merantau di Bogor Mas, Tepatnya tahun 2007 lalu. Di sana saya jadi juru masak di warung pecel lele. Tahun 2013 saya memutuskan kembali ke Sragen kemudian menjadi juru masak di restoran daerah Sragen,” ucap Iit saat ditemui Tim Lazismu Sragen.

Iit menjelaskan karena ada kendala di restoran tempatnya bekerja. Ia pun berniat ingin membuka warung makan angkrian sendiri di dekat tempat tinggalnya. Mengingat Iit sudah berpengalaman menjadi juru masak ketika merantau di Bogor.

Senin (25/3/2019) Anggota Staff Program Lazismu Sragen, Tommy Arisaputra menyerahkan bantuan permodalan kepada Iit. Bantuan permodalan itu berupa seperangkat gerobak angkringan dan uang tunai. “Terima kasih Lazismu Sragen semoga usaha saya lancar dan berkembang,” tutur Iit.

Ayahnya Meninggal, Syahrul Jadi Tulang Punggung Keluarga

Seratus meter utara palang kereta api teguhan, Sragen terdapat sebuah gerobak yang menjual minuman. Di balik gerobak itu seorang pemuda nampak sedang membuat minuman. Pemuda itu Syahrul, warga Sragen Manggis RT 14 RW 5, Sragen Tengah, Sragen. Sudah beberapa hari ini ia mulai berjualan minuman ditempat itu.

Saat ini Syarul menjadi tulang pulang keluarganya. Ayah Syahrul, Wahyudi sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat terserang penyakit gagal ginjal. Sedangkan ibunya, tukiyem bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang gajinya tidaklah menentu.

“Adik saya, Alvi sejak enam tahun lalu putus sekolah, tepatnya ketika ia duduk dibangku SD kelas 3. Dulu ia pernah diejek teman-temannya karena memiliki keluarga kurang mampu. Hal inilah yang membuat adik saya putus sekolah,” ucap Syahrul.

Syahrul menjelaskan dirinya sebelumnya bekerja diperhotelan dan restoran. Karena memiliki kemampuan untuk memasak makanan dan membuat minuman, ia pun berniat untuk membuka usaha makanan dan minuman mandiri dari nol.

Senin (25/3/2019) Anggota Staff Program Lazismu Sragen, Tommy Arisaputra menyerahkan bantuan permodalan kepada Syahrul. “Hari ini kami dari Lazismu Sragen menyerahkan bantuan permodalan untuk Syahrul berupa cup sealer dan uang tunai. Semoga bantuan ini bisa bermanfaat dan usaha Mas Syahrul semakin lancar dan sukses,” tutur Tommy.

Kakek Buta Tempuh Sambungmacan-Sragen Untuk Mendapat Sesuap Nasi

Seorang kakek buta berusia 72 tahun membuka pintu rumahnya yang terbuat dari kayu Senin, (15/4/2019). Dia, Agung Bejo warga Pangkel, Sambungmacan, Sragen. Di rumah yang beralaskan tanah dan berdinding anyaman bambu Bejo tinggal sendirian.

Bejo menuturkan, istrinya meninggal dunia 2 tahun lalu akibat kecelakaan. Sama dengan Bejo, istrinya juga mengalami kebutaan. Bejo dan istrinya dikaruniani seorang anak. “Saya punya anak satu. Tetapi anak saya itu nakal sudah lama pergi dan tidak kunjung pulang-pulang,” ucap Bejo.

Setiap hari Bejo bekerja sebagai juru pijat di salah satu emperan toko jalan Sukowati, daerah Kutorejo, Sragen Tengah, Sragen. Walaupun dalam keadaan buta ia pulang pergi Sambungmacan Sragen naik ojek, bis dan berjalan kaki.

“Untuk pulang dan pergi kerja saya harus merogoh ongkos sebanyak 40 ribu. Itu termasuk ongkos jasa menyeberang karena untuk sampai ke Sragen saya harus menyeberang jalan raya dan ditarik biaya 4 ribu rupiah,” ucapa Bejo.

Dia menjelaskan setiap hari pelanggannya hanya sekitar 1 sampai 3 orang bahkan terkadang ia juga tidak mendapatkan pelanggan. “Walaupun sudah tua saya ndak mau menyusahkan orang lain Mas. Meskipun dalam keadaan buta saya harus tetap cari makan sendiri. Kalau saya buka usaha pijit di sini nanti tidak payu Mas. Makanya saya memaksakan diri ke Sragen,” kata Bejo.

Lazismu memutuskan untuk membantunya. Senin (15/4/2019) Anggota Staff Lazismu Kantor Layanan Sambungmacan, Nada dan Dina menyerahkan santunan kepada Bejo. “Semoga Mbah Bejo bantuan yang diberikan Lazismu Sragen dapat bermanfaat bagi Mbah Bejo dan dapat memenuhi kebutuhannya,” tutur Dina.

(teks dan foto: Lazismu Sragen)

Exit mobile version