Oleh : Yunahar Ilyas
Setelah sadar dari pingsannya dan menyadari kesalahannya kemudian minta ampun serta bertasbih kepada Allah SWT Musa kemudian menerima risalah dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:
قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّي ٱصۡطَفَيۡتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَٰلَٰتِي وَبِكَلَٰمِي فَخُذۡ مَآ ءَاتَيۡتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ ١٤٤
“Allah berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Al-A’raf 7:144)
Musa harus mengambil apa yang diturunkan Allah tersebut dan menjadi orang yang bersyukur artinya tidak meminta apa-apa yang berada di luar kemampuannya, seperti sebelumnya Musa pernah meminta untuk dapat melihat Allah SWT secara langsung.
Allah SWT juga menegaskan kembali bahwa Dia telah memilih Musa untuk menjadi utusan-Nya menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada Bani Israil. Di samping berbicara langsung kepada Musa, Allah SWT juga menurunkan wahyu-Nya dalam bentuk tulisan yang ada dalam kepingan-kepingan batu atau kayu (alwâh). Allah SWT berfirman:
وَكَتَبۡنَا لَهُۥ فِي ٱلۡأَلۡوَاحِ مِن كُلِّ شَيۡءٖ مَّوۡعِظَةٗ وَتَفۡصِيلٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ فَخُذۡهَا بِقُوَّةٖ وَأۡمُرۡ قَوۡمَكَ يَأۡخُذُواْ بِأَحۡسَنِهَاۚ سَأُوْرِيكُمۡ دَارَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ١٤٥
“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada alwâh segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik” (Q.S. Al-A’raf 7: 145)
Kitab Taurat yang diberikan kepada Musa dalam bentuk alwâh (jama’ dari lûh) berisikan syariat atau hukum-hukum yang terperinci serta pedoman hidup bagi Bani Israil. Musa dan kaumnya Bani Israil haruslah mempunyai tekad yang kuat untuk berpegang teguh dengan kitab suci tersebut.
Dalam ayat di atas juga Allah berjanji akan memperlihatkan kepada Musa negeri orang-orang yang fasik. Ini berupa peringatan atau ancaman bagi siapa saja yang menentang perintah Allah SWT mereka akan dihancurkan seperti halnya Fir’aun dan para pembesarnya serta balatentaranya yang sudah ditenggelamkan Allah SWT di laut merah.
Dari sisi lain, Allah SWT menilai Musa terlalu cepat meninggalkan kaumnya. Allah SWT berfirman:
۞وَمَآ أَعۡجَلَكَ عَن قَوۡمِكَ يَٰمُوسَىٰ ٨٣
“Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?” (Q.S. Thaha 20: 83)
Musa menjawab:
قَالَ هُمۡ أُوْلَآءِ عَلَىٰٓ أَثَرِي وَعَجِلۡتُ إِلَيۡكَ رَبِّ لِتَرۡضَىٰ ٨٤
“Berkata Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. (Q.S. Thaha 20: 84)
Kemudian Allah SWT memberi tahu Musa bahwa sepeninggalnya, kaumnya telah disesatkan oleh Samiry. Allah SWT berfirman:
قَالَ فَإِنَّا قَدۡ فَتَنَّا قَوۡمَكَ مِنۢ بَعۡدِكَ وَأَضَلَّهُمُ ٱلسَّامِرِيُّ ٨٥
“Allah berfirman: “Maka Sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” (Q.S. Thaha 20: 85)
Mendapatkan informasi tersebut dari Allah SWT, tentu saja Musa sangat kaget sedih dan marah. Dia segera kembali menemui kaumnya. Allah SWT berfirman:
فَرَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ غَضۡبَٰنَ أَسِفٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ أَلَمۡ يَعِدۡكُمۡ رَبُّكُمۡ وَعۡدًا حَسَنًاۚ أَفَطَالَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡعَهۡدُ أَمۡ أَرَدتُّمۡ أَن يَحِلَّ عَلَيۡكُمۡ غَضَبٞ مِّن رَّبِّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُم مَّوۡعِدِي ٨٦
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”. (Q.S. Thaha 20: 86)
Musa marah kepada Samiry yang telah menipu kaumnya. Marah kepada kaumnya yang tidak juga mau mengerti. Dan marah juga kepada Harun yang diberinya amanah menjaga kaumnya sepeninggal dia pergi.
Sebenarnya apa yang terjadi? Dalam Surat Al-‘Araf 148 Allah SWT menjelaskan apa yang terjadi:
وَٱتَّخَذَ قَوۡمُ مُوسَىٰ مِنۢ بَعۡدِهِۦ مِنۡ حُلِيِّهِمۡ عِجۡلٗا جَسَدٗا لَّهُۥ خُوَارٌۚ أَلَمۡ يَرَوۡاْ أَنَّهُۥ لَا يُكَلِّمُهُمۡ وَلَا يَهۡدِيهِمۡ سَبِيلًاۘ ٱتَّخَذُوهُ وَكَانُواْ ظَٰلِمِينَ ١٤٨
“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. “ (Q.S. Al-‘Araf 7: 148)
Mereka membuat patung anak lembu dari emas. Para mufassirin berpendapat bahwa patung itu tetap patung tidak bernyawa dan suara yang seperti lembu itu hanyalah disebabkan oleh angin yang masuk ke dalam rongga patung itu dengan tekhnik yang dikenal oleh Samiri waktu itu. (Al-Qur’an dan Terjemahnya, Foot Note nomor 570, hal 244)
Begitu marahnya Musa sampai dia melemparkan ke tanah alwâh yang ada di tangannya, lalu menarik rambut saudaranya Harun yang dinilainya paling bertanggung jawab. Allah SWT berfirman:
وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ غَضۡبَٰنَ أَسِفٗا قَالَ بِئۡسَمَا خَلَفۡتُمُونِي مِنۢ بَعۡدِيٓۖ أَعَجِلۡتُمۡ أَمۡرَ رَبِّكُمۡۖ وَأَلۡقَى ٱلۡأَلۡوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأۡسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُۥٓ إِلَيۡهِۚ قَالَ ٱبۡنَ أُمَّ إِنَّ ٱلۡقَوۡمَ ٱسۡتَضۡعَفُونِي وَكَادُواْ يَقۡتُلُونَنِي فَلَا تُشۡمِتۡ بِيَ ٱلۡأَعۡدَآءَ وَلَا تَجۡعَلۡنِي مَعَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٥٠
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? dan Musa pun melemparkan alwâh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim” (Q.S. Al-‘Araf 7: 150)
Menyadari tindakannya yang keras dan tidak tepat kepada Harun Musa segera memohon ampun kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
قَالَ رَبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَلِأَخِي وَأَدۡخِلۡنَا فِي رَحۡمَتِكَۖ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ ١٥١
“Musa berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara Para Penyayang”. (Q.S. Al-‘Araf 7: 151)
Sementara itu Bani Israil yang menjadikan patung emas anak lembu sebagai Tuhan tidak menyatakan penyesalan dan mengaku bersalah, malah mereka menimpakan semua kesalahan kepada Samiry. Allah SWT berfirman:
قَالُواْ مَآ أَخۡلَفۡنَا مَوۡعِدَكَ بِمَلۡكِنَا وَلَٰكِنَّا حُمِّلۡنَآ أَوۡزَارٗا مِّن زِينَةِ ٱلۡقَوۡمِ فَقَذَفۡنَٰهَا فَكَذَٰلِكَ أَلۡقَى ٱلسَّامِرِيُّ ٨٧ فَأَخۡرَجَ لَهُمۡ عِجۡلٗا جَسَدٗا لَّهُۥ خُوَارٞ فَقَالُواْ هَٰذَآ إِلَٰهُكُمۡ وَإِلَٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِيَ ٨٨
“Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya. Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”. ” (Q.S. Thaha 20: 87-88)
Setelah kemarahannya reda, Musa mengambil kembali alwâh yang tadi dia lemparkan. Di dalam itu ada petunjuk dan rahmah bagi orang-orang takut kepada Tuhannya. Allah SWT berfirman:
وَلَمَّا سَكَتَ عَن مُّوسَى ٱلۡغَضَبُ أَخَذَ ٱلۡأَلۡوَاحَۖ وَفِي نُسۡخَتِهَا هُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلَّذِينَ هُمۡ لِرَبِّهِمۡ يَرۡهَبُونَ ١٥٤
“Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) alwâh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-‘Araf 7: 154)
Apa hukuman yang dijatuhkan kepada Bani Israil yang menyembah patung anak lembu yang dibuat oleh Samiry itu? (bersambung)