Oleh : Yunahar Ilyas
Dalam Surat Al-A’raf ayat 152 ada ancaman hukuman bagi orang-orang yang menjadikan patung anak lembu sebagai sembahan. Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ ٱلۡعِجۡلَ سَيَنَالُهُمۡ غَضَبٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَذِلَّةٞ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُفۡتَرِينَ ١٥٢
“Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.” (Q.S. Al-‘Araf 7: 152)
Apa hukuman yang dijatuhan kepada Samiry sebagai pembuat patung dan Bani Israil yang menyembahnya?
Sebelum menjatuhkan hukuman mula-mula Musa mengajukan pertanyaan kepada Samiry, kenapa dia melakukan semuanya itu. Allah SWT berfirman:
قَالَ فَمَا خَطۡبُكَ يَٰسَٰمِرِيُّ ٩٥
“Berkata Musa: “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?” (Q.S. Thaha : 95)
Samiry menjawab:
قَالَ بَصُرۡتُ بِمَا لَمۡ يَبۡصُرُواْ بِهِۦ فَقَبَضۡتُ قَبۡضَةٗ مِّنۡ أَثَرِ ٱلرَّسُولِ فَنَبَذۡتُهَا وَكَذَٰلِكَ سَوَّلَتۡ لِي نَفۡسِي ٩٦
“Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku”. (Q.S. Thaha 20: 96)
Apa yang dimaksud dengan jejak Rasul dalam jawaban Samiry tersebut? Penjelasan para mufasir berbeda-beda. Ada yang memahaminya sebagai ajaran Musa. Menurut faham ini Samiri mengambil sebahagian dari ajaran-ajaran Musa kemudian dilemparkannya ajaran-ajaran itu sehingga dia menjadi sesat. Menurut yang lain, jejak Rasul ialah jejak telapak kuda Jibril a.s. artinya Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak itu lalu dilemparkannya ke dalam logam yang sedang dihancurkan sehingga logam itu berbentuk anak sapi yang mengeluarkan suara. (Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 487)
Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar (XVI:207-208) Samiry telah berbohong kepada Musa sekadar untuk membela dirinya. Dia mengaku dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, yaitu dia mengaku melihat Jibril membelah lautan tatkala Musa memukul laut dengan tongkatnya, dan melihat kembali tatkala laut bertaut waktu Musa kembali memukulkan tongkatnya. Dia mengaku melihat Jibril menaiki kenderaan kuda, dan melihat jejak telapak kaki kuda itu tatkala Jibril terbang ke langit. Tanah bekas jejak kaki kuda Jibril itulah yang diambilnya segenggam lalu dilemparkan kedalam lobang tempat pembakaran perhiasan Bani Israil. Lalu terbentuklah patung anak kuda yang mengeluarkan suara. Demikian cerita Samiry. Menurut Hamka, cerita itu adalah cerita bohong belaka untuk mengelabui Musa yang sedang murka. Seorang yang punya hati kotor seperti Samiry tidak akan bisa melihat malaikat Jibril.
Musa tidak bisa ditipu oleh Samiry. Jawabannya yang penuh dengan omong kosong itu tidak mempengaruhi Musa. Musa segera memutuskan mengusir Samiry dan membakar patung anak lembu hasil karyanya. . Allah SWT berfirman:
قَالَ فَٱذۡهَبۡ فَإِنَّ لَكَ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ أَن تَقُولَ لَا مِسَاسَۖ وَإِنَّ لَكَ مَوۡعِدٗا لَّن تُخۡلَفَهُۥۖ وَٱنظُرۡ إِلَىٰٓ إِلَٰهِكَ ٱلَّذِي ظَلۡتَ عَلَيۡهِ عَاكِفٗاۖ لَّنُحَرِّقَنَّهُۥ ثُمَّ لَنَنسِفَنَّهُۥ فِي ٱلۡيَمِّ نَسۡفًا ٩٧
“Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)” Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya. Dan lihatlah Tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). (Q.S. Thaha 20: 97)
Samiry dikucilkan buat selamanya. Dia tidak boleh bergaul lagi dengan siapapun agar tidak kembali merusak. Bani Israil sudah ratusan tahun turun temurun tinggal di Mesir dan terpengaruh dengan keyakinan banyak dewa penduduk Mesir. Ajaran tauhid yang dibawa oleh Musa belum lagi benar-benar mereka pahami dengan baik. Mereka masih rentan dan rapuh, masih gampang dirusak keyakinannya. Oleh sebab itu orang seperti Samiry harus dijauhkan dari mereka.
Musa memerintahkan kepada Bani Israil untuk sama sekali tidak berhubungan dengan Samiry. Bahkan kalau ada Bani Israil yang mendekatinya, Samiry harus memberi tahu: “”Janganlah menyentuh (aku)” sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat.
Patung anak lembu yang dibuat oleh Samiry dibakar, dihancurkan, dilumat hingga menjadi abu, dan abunya dibuang ke laut. Penghancuran patung anak lembu itu disaksikan oleh Samiry dan Bani Israil yang ikut menyembahnya. Mereka bisa saksikan sendiri, bahwa berhala yang mereka sembah itu tidak berdaya apa-apa, tidak dapat mempertahankan dirinya tatkala dihancurkan. Sungguh bodoh apabila mereka menyembahkan patung anak sapi yang tidak berdaya apapun.
Musa harus memperbaiki kembali kerusakan aqidah Bani Israil yang dipimpinnya. Musa menegaskan kembali kepada mereka, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah SWT semata. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَآ إِلَٰهُكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ وَسِعَ كُلَّ شَيۡءٍ عِلۡمٗا ٩٨
“ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu”.(Q.S. Thaha 20: 98)
Demikianlah hukuman untuk Samiry. Sedangkan hukuman untuk Bani Israil yang menyembah patung anak lembu itu adalah taubat dengan cara membunuh diri sendiri. Allah SWT berfirman:
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ يَٰقَوۡمِ إِنَّكُمۡ ظَلَمۡتُمۡ أَنفُسَكُم بِٱتِّخَاذِكُمُ ٱلۡعِجۡلَ فَتُوبُوٓاْ إِلَىٰ بَارِئِكُمۡ فَٱقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ عِندَ بَارِئِكُمۡ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ٥٤
”Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 54)
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (1:262) mengutip beberapa riwayat dari pada sahabat menceritakan bagaimana peristiwa taubat itu terjadi. Intinya pada mulanya Musa memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk kaumnya yang telah menyembah patung anak lembu buatan Samiry tersebut. Allah SWT tidak akan menerima taubat mereka sebelum mereka membunuh diri mereka sendiri. Perintah yang sungguh sangat berat itu disampaikan Musa kepada kaumnya, dan mereka bersedia melakukannya.
Tentang teknis bunuh diri itu para mufasir berbeda pendapat memahaminya. Pertama, yang tidak ikut menyembah patung anak lembu membunuh yang ikut menyembah. Kedua, yang ikut menyembah satu sama lain saling membunuh. Ketiga, masing-masing dari yang ikut menyembah membunuh diri sendiri. Sepertinya teknis kedualah yang paling bisa diterima.
Al-Qur’an tidak menyebutkan berapa jumlah yang gugur karena hukuman bunuh diri tersebut. Kitab-kitab tafsir umumnya menyebutkan angka 70.000 orang. Tapi Al-Kitab menyebut angka yang lebih sedikit yaitu 3000 orang. Wallahu ‘alam.
Menurut Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manâr (1:266) kisah taubat dengan bunuh diri itu masih ada dalam Taurat sampai sekarang. Jumlah Bani Israil yang gugur dalam peristiwa taubat itu sekitar 3000 orang. Abduh juga menyinggung angka 70.000 seperti yang disebut para mufassir, tapi beliau tidak memilih mana yang benar. Al-Qur’an tidak menyebut jumlah yang gugur. Yang penting bukan angka korban, tapi substansi kisahnya, yaitu taubat Bani Israil baru diterima oleh Allah SWT dengan cara membunuh diri sendiri. Membunuh saudara sendiri sama nilainya dengan membunuh diri sendiri.
Begitu banyaknya yang gugur, Musa dan Harun khawatir Bani Israil akan binasa, lalu mereka berdua memohon kepada Allah SWT agar taubat dengan cara bunuh membunuh itu dapat dihentikan:
ربنا أهلكت بني إسرائيل، ربنا البقيةَ البقيةَ،
“Oh Tuhan kami, Engkau telah binasakan Bani Israil. Oh Tuhan kami, sisakan…sisakan…”. Lalu Allah SWT mengabulkan permohonan dua utusan-Nya tersebut.
Merujuk kepada betapa beratnya cara bertaubat yang dipikulkan kepada Bani Israil ini, dalam ayat lain kita diajarkan doa memohon kepada Allah SWT jangan sampai beban seperti itu dipikulkan pula ke pundak kita umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:
ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ
“…Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. …” (bersambung)