YOGYAKARTA, Suars Muhammadiyah- Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar di Aula Masid Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada hari pertama, Kamis (9/5/2019), menghadirkan tiga pembicara: Prof Syamsul Anwar, Prof Musa Asy’ari, dan Prof Syamsul Arifin. Pengajian yang digelar selama tiga hari ini mengusung tema Risalah Pencerahan dalam Kehidupan Keumatan dan Kebangsaan: Tinjauan Teologis, Ideologis, dan Praksis.
Muhammadiyah berpandangan bahwa Islam merupakan agama yang mencerahkan bagi kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Pencerahan merupakan nilai keutamaan yang tertanam dalam segenap kebaikan jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang maslahat, berkeadaban, dan berkemajuan. Namun dalam kehidupan sehari-hari masih dijumpai pemahaman dan pengamalan Islam yang tidak atau kurang menunjukkan pencerahan sehingga menimbulkan masalah dalam kehidupan umat dan bangsa seperti kekerasan, sikap takfiri, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan sikap buruk lainnya.
Dalam pemaparannya, Syamsul Anwar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menjelaskan bahwa pencerahan adalah sebuah pencarian jalan Tuhan tanpa henti dan terus-menerus. Pencarian itulah proses pencerahan. Apa yang kita pahami hari ini, esok bisa jadi akan berubah karena dunia terus bergerak. Maka kita harus terus berusaha mancari, demi kemaslahatan kehidupan.
Syamsul Anwar menambahkan bahwa tarjih adalah metode pencarian yang menuntut adanya wawasan keagamaan dan wawasan kemanusiaan. Dalam hal ini, agama yang mencerahkan adalah agama yang mendorong pengikutnya untuk berilmu pengetahuan. Kemajuan Islam, lanjutnya, tergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan, dan kemunduran Islam juga disebabkan oleh kemunduran ilmu pengetahuan yang ditandai dengan kemuduran di dunia filsafat.
Keimanan merupakan modal penting bagi umat. Semestinya pengalaman imani itu mewujud dalam ranah amal saleh karena agama merupakan sebuah pengamalan melalui penghayatan. Jadi esensi pengalaman keagamaan adalah hati nurani yang diekspresikan dengan pemikiran dan perilaku, baik dalam lingkup individu maupun kolektif.
Syamsul Anwar memaparkan bahwa pencerahan juga merupakan proses belajar tanpa henti untuk asah otak dan asah hati. Tidak semata-mata intelektual, namun juga spiritual. Di Muhammadiyah dikenal pendekatan irfani, burhani, dan bayani. Dengan pendekatan yang menyeluruh, agama diharapkan memberikan jawaban bagi setiap persoalan umat dari zaman ke zaman.
“Agama itu harus memberi makna kehidupan kita di setiap prosesnya,” kata Syamsul Anwar. (Erik Taufani).