Zakat merupakan salah satu kewajiban seorang muslim, namun sering kali diabaikan. Dibanding kewajiban lain, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan pergi haji, zakat sering kali diakhirkan pengamalannya, bahkan terkadang orang Islam cenderung lupa untuk menunaikan zakat. Barangkali, sebagian besar muslim menunda berzakat karena berpendapat belum masuk kriteria nisab zakat.
Karena alasan nisab tersebut, cerita Iwan Kurniawan Ketua Lazismu PCM Weleri, Kendal, Jawa Tengah, Kiai Abdul Bari Shoim, sesepuh Muhammadiyah di sana, mengubah pemahaman masyarakat tentang nisab zakat. Bagi Kiai Shoim, lanjut Iwan, setiap muslim wajib berzakat jika dalam satu tahun hartanya mengalami surplus, peningkatan. Jika tetap, tidak diwajibkan zakat dan jika mengalami penurunan, berhak mendapatkan zakat yang disesuaikan dengan ketentuan delapan konsep asnaf sebagaimana anjuran dalam Al-Qur’an. “Pemahaman baru itu, kemudian digulirkan kepada masyarakat, hingga akhirnya Muhammadiyah Weleri mendirikan Bapelurzam (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) pada tahun 1979,” terangnya.
Langkah baik untuk menggerakkan zakat warganya tersebut tidaklah mudah. Baru jumlah kecil, kisaran puluhan orang saja, yang tergerak menunaikan zakat lewat Bapelurzam. Padahal, kata Iwan, warga Muhamadiyah di sana ada ribuan orang. Namun Muhammadiyah Weleri pantang menyerah, tetap istiqamah dan bekerja keras demi terwujudnya gerakkan zakat warganya. Proses demi proses sudah terlewati, dan kini Lazismu (awalnya Bapelurzam) PCM Weleri menjadi Cabang dengan Lazismu terbaik. “Tahun 2017 ini, dana Lazismu yang kami kumpulkan mencapai 2 milyar lebih dengan angka muzaki-nya hampir mencapai 2 ribuan orang,” ucap Iwan kepada Suara Muhammadiyah.
Dengan capaian tersebut, PCM Weleri turut andil mengantarkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah sebagai Wilayah terbaik menggerakkan Lazismu dan menduduki peringkat pertama tahun 2017 ini dengan pendapatan mencapai 37,4 milyar. Sedang untuk Cabang sendiri, tahun ini PCM Weleri berhasil menyalurkan dana Lazismu-nya kepada lebih 5 ribu orang yang dibagi ke dalam 8 kelompok asnaf. Di luar itu, untuk rutin tiap bulan, melalui program ith’amu tha’am, dhuafa konsumtif, Lazismu membagikan paket sembako dan uang kepada dhuafa yang sudah tidak mampu bekerja sebanyak 9 puluhan orang.
Sedang untuk internal Muhammadiyah, guna pengembangan organisasi, dari Lazismu secara merata juga menyalurkan dananya untuk kegiatan Cabang, AUM, dan Ortom, termasuk membuat berbagai program dengan bekerjasama dengan beberapa majelis yang ada. “Kerjasama dengan Majelis Dikdasmen untuk memberi tunjangan kepada guru Muhammadiyah dan besiswa untuk siswanya. Sedang dengan Majelis Ekonomi kami membuat unit usaha simpan pinjam (cikal bakal BTM) tanpa bunga,” terang Ketua Lazismu PCM Weleri tersebut.
Kesuksesan penyelenggaraan Lazismu PCM Weleri diakui oleh Sutiyono Ketua Lazismu PDM Kendal. Menurutnya, karena sederhananya ketentuan yang berlaku memudahkan warga Muhammadiyah untuk berzakat. Termasuk mereka yang miskin pun ikut berzakat. (gsh)
—
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 18 Tahun 2017