Muhammadiyah sebagai gerakkan dakwah memiliki banyak modal dalam mencerahkan kehidupan masyarakat. Selain jiwa kedermawanan yang senantiasa ikhlas beramal shalih, suka bersedekah, sedikit bicara banyak bekerja, warga persyarikatan juga memegang teguh prinsip sami’na wa atha’na.
Sikap “kami mendengar dan kami taat” sudah menjadi motto Muhammadiyah. Secara khusus, identitas pribadi warga organisasi Islam Berkemajuan itu tersiar dalam lirik Mars Muhammadiyah,“seruan ilahi rabbi, sami’na wa atha’na.” Artinya, segala bentuk peraturan persyarikatan dan kebijakan pimpinannya selalu menjadi pedoman warga persyarikatan dalam berdakwah serta semampu mungkin direalisasikan dalam gerakan.
Sikap inilah yang ditampilkan warga Muhammadiyah Plompong, Sirampok, Brebes. Ranting Muhammadiyah yang terletak di daerah pegunungan ini telah membuktikan kehebatan kalimat sami’na wa atha’na. Alhasil, PRM Plompong mampu tumbuh menjadi Ranting yang mandiri dengan mendirikan banyak amal usaha.
Hari ini, kata Muhammad Mizan, Ketua PRM Plompong, kami memiliki amal usaha yang cukup untuk mengembangkan, memajukan, dan membantu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Kelurahan Plompong dan sekitarnya. Ada Tempat Pendidikan Al-Qur’an (TPA), TK Aisyiyah Bustanul Athfal, MTs Muhammadiyah, MA Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, Koperasi Surya Sekawan, klinik kesehatan PKU Muhammadiyah, dan Masjid KH Ahmad Dahlan. “Mendirikan amal usaha Muhammadiyah di sini tidak sulit karena warga kami berpegang prinsip sami’na wa atha’na,” terangnya.
Termasuk, sambungnya, dalam menjalankan berbagai program, PRM cukup mudah menggerakkan warga. Seperti, ia mencontohkan, dalam pengajian rutin mingguan dan bulanan. Setiap kali ada pengajian, jumlah jamaah memenuhi ruangan yang disediakan. “Pengajian dan kegiatan Ranting yang lain kami selenggarakan di gedung-gedung amal usaha secara bergiliran,” papar Mizan.
Selain sikap sami’na wa atha’na, gotong-royong juga menjadi modal besar dalam membangun kekuatan persyarikatan. “Warga kami suka gotong-royong, mengerjakan apapun selalu dilakukan bersama sampai selesai,” tutur Ketua PRM.
Sekarang, imbuhnya, warga sedang bergotong-royong membangun Mushalla Pondok Pesantren Muhammadiyah Hj Nasikhah Maemanah. Tujuannya untuk melengkapi fasilitas dan bagian dari upaya memajukan pondok. “Di antara banyak amal usaha yang kami miliki, hanya pondok pesantren yang sulit berkembang. Karenanya, kami sedang berupaya keras agar pondok ini bisa setingkat dengan amal usaha yang lain,” pungkas Mizan. (gsh)
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 2 Tahun 2017