Musyawarah PCIM Amerika Serikat di Pesantren Imam Shamsi Ali Bahas Isu Strategis

Musyawarah PCIM Amerika Serikat di Pesantren Imam Shamsi Ali Bahas Isu Strategis

CONNECTICUT, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Amerika Serikat menyelenggarakan forum silaturahmi dan musyawarah di Pesantren Nusantara Madani, pada 22-23 Juni 2019. Pesantren yang berlokasi di 613 Town Street, Kota Moodus, negara bagian Connecticut ini didirikan oleh Imam Shamsi Ali, kader Muhammadiyah yang menjadi tokoh agama berpengaruh di Amerika Serikat. Kegiatan PCIM ini berbarengan dengan agenda open house pesantren yang diadakan oleh Imam Shamsi untuk masyarakat yang tinggal di sekitar pesantren.

Acara silaturahmi dan musyarawah ini dihadiri oleh warga Muhammadiyah yang tinggal di berbagai negara bagian di Amerika Serikat: California, Arizona, Minnesota, Florida, Washington DC, Maryland, New Hampshire, Virginia, New York, dan Connecticut. Peserta acara silaturahmi PCIM ini berjumlah empat puluh orang. Sedangkan yang mengikuti acara Musyawarah Cabang (Musycab) berjumlah dua puluh orang. Acara dimulai pada hari kedua dengan sambutan dari ketua PCIM dan tuan rumah. Musycab dibuka oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Amerika Serikat Prof Popy Rufaidah MBA PhD, yang juga warga Muhammadiyah, mewakili Duta Besar RI Mahendra Siregar.

Dubes menyampaikan dukungannya untuk kegiatan Muhammadiyah di Amerika Serikat. Popy Rufaidah menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, Ketua PP Muhammadiyah akan diundang ke USA untuk mendiskusikan program Atdikbud, berupa sister school (kerja sama antara lembaga pendidikan menengah di Amerika Serikat dan di Indonesia). Pihaknya berharap agar warga Muhammadiyah di Amerika Serikat terus produktif dalam berkarya, khususnya dalam menulis dan menyebarkan pemikiran konstruktif bagi bangsa Indonesia.

Amanat dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir disampaikan melalui rekaman video. Haedar menyampaikan pesan tentang arti penting keberadaan PCIM Amerika Serikat bagi Persyarikatan Muhammadiyah. Pertama, PCIM berfungsi sebagai wadah silaturahmi dan wasilah untuk menuntut ilmu bagi warga dan simpatisan Muhammadiyah di luar negeri. Kedua, PCIM berfungsi sebagai kepanjangan tangan PP Muhammadiyah di Amerika Serikat. Diharapkan PCIM dapat ikut terlibat melaksanakan agenda-agenda dakwah Muhammadiyah di tingkat internasional, khususnya di Amerika Serikat. Ketiga, PCIM diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi gerak dakwah Muhammadiyah.

Acara Musycab terdiri dari sejumlah agenda: laporan dari pengurus lama, pembentukan formatur, dan penyusunan garis besar program kerja untuk periode selanjutnya. Selain itu, Musycab juga melakukan pengumpulan dana untuk kas organisasi, dan berhasil menghimpun 500 US dolar.

Ketua PCIM USA sebelumnya, Associate Professor Muhamad Ali PhD melaporkan beberapa program dan capaian yang telah dilaksanakan PCIM Amerika Serikat. Di antaranya terlibat dalam program internasionalisasi Muhammadiyah dengan membantu menerjemahkan produk pemikiran keislaman menurut paham Muhammadiyah ke Bahasa Inggris. Tiga karya Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah yang diterjemahkan oleh PCIM Amerika serikat adalah buku Fikih Air (Islamic View of Water Conservation), Fikih Kebencanaan (Coping with Disaster: Principle Guidance from an Islamic Perspective), Fikih Anti Korupsi (Islamic Perspective of Corruption Eradication). Penerjemahan dilakukan oleh Zulkarnain Tajibnapis, warga senior Muhammadiyah yang tinggal di negara bagian Virginia. Melalui Imam Shamsi Ali, PCIM Amerika Serikat juga mewakili Muhammadiyah terlibat dalam forum ECOSOC (The United Nations Economic and Social Council).

Forum ini juga menyusun program untuk periode kepengurusan mendatang. Di antaranya adalah menyusun buku pemikiran untuk menyongsong muktamar Muhammadiyah ke-48 tahun 2020 di Surakarta, mengadakan kajian online untuk pembinaan keislaman dan memperkaya wawasan warga Muhammadiyah, menginisiasi berdirinya satu amal usaha Muhammadiyah, serta mengadakan konferensi PCIM se-dunia.

Musycab mendiskusikan beberapa hal terkait dengan isu-isu keislaman yang dihadapi oleh umat Islam di Amerika Serikat secara khusus dan di tingkat global secara umum. Isu tersebut antara lain: Islamophoba, internasionalisasi dakwah Islam berkemajuan, peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, dan penguatan nilai keislaman di era revolusi teknologi 4.0.

Islamophobia dianggap sebagai fenomena gejala yang terus meningkat di Amerika Serikat dan dunia Barat. Islamophobia bahkan sudah menjadi industri tersendiri yang bersifat sistematis dan didukung oleh pendanaan yang sangat kuat dan media internasional. Pada saat pemilu, islamophobia juga menjadi komoditas politik. Meningkatnya Islamophobia ini harus menjadi perhatian serius bagi umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam diharapkan jangan sampai justru mengamplifikasi wacana-wacana yang mendiskreditkan Islam.

Warga Muhammadiyah secara khusus dan umat Islam secara umum diharapkan pro aktif dan percaya diri bergaul dengan umat Islam dan warga dunia lainnya untuk menunjukkan identitas dan kekhasan corak keislaman Muhammadiyah yang berkemajuan.  Muhammadiyah perlu berpartisipasi aktif dalam dakwah Islam di tingkat global.

Forum ini juga menyoroti fenomena rendahnya kualitas pendidikan yang berdampak pada rendahnya kreatifitas dan daya produksi umat Islam Indonesia. Akibatnya, umat Islam dan bangsa Indonesia hanya cenderung menjadi konsumen dari produk bangsa lain. Untuk itu, Muhammadiyah Amerika Serikat mendorong agar lembaga pendidikan di Indonesia secara umum dan amal usaha pendidikan Muhammadiyah secara khusus mengorientasikan dirinya untuk melahirkan dan mencetak warga bangsa yang kritis, kreatif, dan produktif.

Perkembangan dunia modern dan revolusi teknologi kontemporer juga mendapat perhatian. Modernitas selain membawa dampak positif, juga membawa ekses negatif bahkan destruktif terhadap nilai-nilai moral dan keislaman. Untuk itu, Muhammadiyah Amerika Serikat juga merekomendasikan agar warga Muhammadiyah terus memperkuat internalisasi nilai-nilai keislaman dalam seluruh aspek kehidupan. Musycab secara khusus merekomendasikan agar Persyarikatan Muhammadiyah memiliki perhatian pada usaha untuk memperkuat hafalan, penghayatan, dan pengalaman al-Quran bagi peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Silaturahmi dan Musyawarah PCIM Amerika Serikat kali ini diikuti oleh Muhamad Ali, Dutamardin Umar, Shamsi Ali, Faisal Marzuki, Evan Wibowo, Popy Rufaidah, Mohammad Toha Rudin, Asna Husin, Muthahhir Arif, Alexander Rachman, Anny Alyzcha, Farichah Tri Askari, Muhamad Harestya Darmawan, Irwan Saputra, Muhammad Afdillah, Lamadi De Lamato, Maulana Permana Ajie, Bienthaj Fadila, Muhammad Rofiq Muzakkir, dan Noor Chairani. (ribas/rofiq)

 

Exit mobile version