YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengapresiasi pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto hari ini, Sabtu (13/07/10). Menurutnya, pertemuan keduanya merupakan momentum yang sangat bagus dan elok dalam kehidupan politik kebangsaan.
“Pertemuan Pak Jokowi dengan Pak Prabowo sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas dan berbagai komponen bangsa,” ucap Haedar saat ditemui di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, (13/07).
Lebih dari itu, Haedar mengatakan, dari pertemuan ini menunjukkan: pertama, Pak Jokowi dan Pak Prabowo telah memberikan contoh kenegarawanan yang sangat tinggi. Bahwa kontestasi politik itu tidak menyebabkan retak sesama tokoh bangsa. Bahkan, terang Haedar, dalam konteks kehidupan nasional, pertemuan ini akan merekatkan kembali suasana kehidupan kebangsaan menjadi lebih bersatu.
Kedua, lanjutnya, melalui pertemuan ini masyarakat dapat memperoleh penguatan untuk kepentingan kohesi sosial, atau dalam bahasa lain sering disebut sebagai rekonsiliasi politik dalam makna yang longgar. Yaitu ketika dalam pilpres yang lalu ada suasana pembelahan politik, dan itu wajar, tetapi setelah pemilu selesai dan proses sengketa politik diselesaikan oleh MA, Pak Jokowi dan Pak Prabowo menutupnya dengan silaturahim. Sehingga rekonsiliasi nasional memperoleh legitimasi yang kuat dari kedua tokoh dan elit puncak yang berkontestasi dalam pilpres yang lalu tersebut.
Ketiga, bahwa silaturahmi antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo telah menjadi energi bagi kehidupan kebangsaan. “Yakni setelah pemilu selesai dengan segala dinamikanya, kita harus move on, kita harus melangkah ke depan agar kehidupan kebangsaan ini betul-betul dihadapkan pada keinginan bersama yakni membangun bangsa dan negara. Jangan sampai suasana kehidupan politik yang cukup lama dalam bingkai pemilu kemudian energi kolektif menjadi melemah,” pesan Ketum PP Muhammadiyah tersebut.
Bahkan bagi Haedar, pertemuan yang diselenggarakan di MRT itu, sesungguhnya mengisyaratkan kepada masyarakat sebagai suatu tempat simbol dari kemajuan Jakarta. Artinya, Haedar menjelaskan, tempat itu menjadi simbolik, bahwa Indonesia boleh berbeda secara politik dalam konteks kontestasi, tetapi begitu selesai, kembali menatap dan melangkah ke depan untuk membangun negara menjadi Indonesia yang berkemajuan.
“Insya Allah, warga masyarakat dan seluruh komponen bangsa akan bersatu membangun negeri tercinta ini menjadi Indonesia yang maju, adil, makmur, bermartabat, berdaulat, sebagai negara yang modern di tengah persaingan global yang semakin penuh dengan tantangan. Dan mudah-mudahan Allah meridhai kita semua sebagai bangsa, sehingga kita tetap utuh dalam perbedaan, dan kita menjadi bangsa yang penuh dengan perdamaian tapi tetap membawa bangsa menuju kepada kemajuan,” kata Haedar. (gsh)