Memperbaiki Kualitas Amal

Memperbaiki Kualitas Amal

Oleh : Arif Fahrudin

Assalaamu’alaikum Wr Wb

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ

Jamaah sidang jumat yang dirahmati Allah.

Rasulullah pernah menyampaikan dalam sabdanya “Sesungguhnya hari yang paling utama dari hari hari kalian adalah hari jumat”. Semoga dengan hadirnya dalam majelis ini dapat menjadikan kita sebagai manusia yang diberi kemuliaan oleh Allah. Dan semoga dengan moment ini menjadikan ketakwaan kita kepada Allah bisa bertambah semaksimal mungkin. Aamiin

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad saw., karena beliaulah panutan hidup. Semoga kita senantiasa meneladani beliau.

Ma’ashiralmuslimin rahimakumullah

Hidup dan mati adalah sebuah keniscayaan bagi setiap makhluk. Terkhusus manusia, Allah menjadikan keduanya sebagai ladang ujian, sebagaimana telah Allah kabarkan dalam al-Qur’an surat al-Mulk ayat 2:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Artinya: “Yang telah menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji diantara kalian siapa yang paling baik amalnya”

Lantas seperti apakah ahsanu amala itu? dan bagaimana cara menggapainya?

Arti dari Ahsanu ‘amala masih berhubungan erat dengan makna kata “ihsan”. Suatu saat nabi Muhammad pernah ditanya tentang ihsan, maka Nabi menjawab: kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya, jika kamu belum bisa merasa melihatNya, maka fahamilah bahwa Dia (Allah) melihatmu (muttafaq ‘alaih).

Imam At-Thabari memberikan penafsiran yang sangat global dengan “siapakah diantara kalian (para manusia) yang paling taat dan paling cepat mencari ridha Allah”. Sehingga makna “ahsanu ‘amala” bukanlah sebatas paling baik dalam mengamalkan ibadah yang diperintahkan saja. Namun disertai dengan ketaatan dalam segala bidang.

Imam Ibnu Katsir bahkan memberikan penekanan bahwasanya ahsanu ‘amala itu bukanlah aktsaru ‘amala (paling banyak amalnya). Kata “ahsan” berbicara kualitas, dan kata “aktsar” berbicara kuantitas. Maka seolah-olah beliau menyampaikan “jika kalian hendak menjadi manusia yang paling baik amalnya, maka bukan hanya sekedar memperbanyak ibadah saja. Namun harus selalu memperbaiki kualitas ibadah yang dikerjakan.

Lalu tafsiran tersebut diperluas dan diperjelas oleh As-Sa’di di dalam tafsirnya dengan ”barangsiapa diantara kalian yang paling ikhlash dan paling sesuai amalnya dengan ajaran Rasulullah SAW”. Allah telah menetapkan perintah-perintah, larangan-larangan, memberikan syahwat yang menyelisihi perintah-perintahnya. Maka manusia yang mendapat predikat “ahsanu ‘amala” adalah yang mau menaati perintah-perintah Allah, memperbagus amal ibadahnya, tidak condong kepada syahwat, dan tidak melalaikan perintah-perintah Allah.

Maka arti dari ayat “ahsanu ‘amala” secara utuh adalah “paling ikhlash dan paling sesuai amal ketaatannya kepada Allah, dan bukan hanya sekedar paling banyak amalnya. Namun juga yang paling taat dan paling bisa mengendalikan syahwatnya unuk menjauhi larangan-larangan yang telah  Allah dan Rasulullah tetapkan. Sehingga makna “ahsanu ‘amala” sama dengan “atqaahum hayaata” atau yang paling bertaqwa hidupnya. Maka untuk menggapai predikat tersebut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. diantaranya:

Pertama, Ikhlashunniyah (Mengikhlaskan Niat). Niat adalah inti yang paling inti dalam bangunan ibadah. Nabi pernah bersabda tentang pentingnya niat:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“hanyalah segala amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang akan mendapatkan pahala berdasarkan pada niatnya” (H.R. Bukhori dan Muslim)

Kedua, Ishlahul’amal (Perbaikan Amal). Syarat suatu ibadah diterima adalah dengan niat yang benar, dan sesuai dengan ajaran Islam. Niat menjadi panduan hati dan tujuan hidup, sedangkan kesesuaian dengan ajaran Islam adalah menjaga ibadah dari bahaya bid’ah yang melenakan.

Ketiga, Ihsanul Ibadah (Memperbaiki Kualitas Ibadah). Nabi telah menjelaskan perkara ihsan, bahkan saat itu Nabi sedang ditanya oleh malaikat Jibril. Ihsan yang paling tinggi adalah rasa di mana kita merasakan hadirnya Allah dalam ibadah. Namun ihsan yang paling rendah adalah perasaan yang tunduk dan khusyu’ saat ibadah, bahwa Allah selalu melihat amal-amal hambanya. Sehingga perkara ihsan bukan hanya berkaitan ketika seorang hamba beribadah saja. Namun juga bergantung pada seberapa besar seorang hamba menghambakan dirinya kepada Allah.

Dengan demikian maka kita tidak akan mendapatkan kesempurnaan kualitas ibadah melainkan dengan menyertakan perbuatan-perbuatan baik pada keseharian kita, serta menjauhkan diri dari perbuatan makshiat yang menyesatkan. Semoga kita semua terhindar dari kecondongan terhadap makshiat yang dibenci oleh Allah. Aamiin

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ  وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah kedua

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَعْوَاتِ. اللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا الْإِيْمَانَ وَالحِكْمَةَ وَأَوْزِعْنَا أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْنَا.

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَجَنِّبْنَا الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَبَارِكْ لَنَا فيْ أَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا ، وَأَزْوَاجِنَا ، وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ ، مُثْنِيْنَ بِهَا ، قَابِلِيْهَا ، وَأَتَمَّهَا عَلَيْنَا

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ,وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ,وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ, وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ


Penulis Musyrif PUTM

Exit mobile version