Darul Ahdi Wasy Syahadah Harus Menjadi Materi Dakwah

Darul Ahdi Wasy Syahadah Harus Menjadi Materi Dakwah

SEMARANG, Suara Muhammadiyah- Muhammmadiyah dan pemerintah kembali bersinergi menyosialisasikan Negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi  Wasy Syahadah, Sabtu (27/7/2019). Kali ini, bertema Negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi  Wasy Syahadah bagi Dai Muhammadiyah di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang. Diikuti para dai Muhammadiyah se-Jawa Tengah. Hadir dan memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan, Samsudi Rahardjo, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang.

Dalam kesempatan ini, Faozan Amar selaku koordinator program, melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang merupakan tindak lanjut MoU PP Muhammadiyah dengan Menko PMK dan kerjasama dengan majelis, Lembaga, ortom, AUM dan elemen lain di kalangan Muhamadiyah. Tahun 2018 telah berlangsung sebanyak 13 kegiatan. Sementara tahun ini direncanakan dilaksanakan sebanyak 14 kegiatan. Fokus kali ini diharapkan DAWS bias menjadi referensi para dai Muhammadiyah dalam berdakwah.

Abdul Mu’ti hadir menjadi pembicara kunci. Selaku Sekretaris Umum PP Muhammadiyah menyampaikan terima kasih kepada kementerian PMK beserta jajaran dan terkhusus kepada Menko PMK Puan Maharani atas kerjasama kegiatan ini. Menurut Mu’ti, tema yang diusung dalam Muktamar Muktamar ke-47 tahun 2015 ini mempertegas bahwa Muhammadiyah tidak bisa lepas dari tanggung jawab sejarah Indonesia. Banyak tokoh Muhammadiyah hadir dalam sejarah bangsa Indonesia. Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, Abdul Kahar Muzakir, bahkan presiden RI pertama, Soekarno. Fatmawati, ibu negara pertama adalah kader Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.

Dalam sejarah TNI, panglima Jenderal Soedirman merupakan tokoh Hizbul Wathan. Dan banyak lagi. Oleh karenanya, menurut Mu’ti yang juga dosen UIN Jakarta, Muhammadiyah harus ikut bertanggung jawab bagi masa depan Republik Indonesia. Bagi Muhammadiyah, Negara Pancasila tidak hanya ideal dan islami, tetapi juga merupakan darul ahdi wasy syahadah. Karenanya muhammadiyah perlu mengambil peran-peran partisipatif dan melakukan Gerakan yang sesuai tuntunan al-Quran dan Sunah serta kepribadian Muhammadiyah untuk bisa mewujudkan negara Indonesia dalam rangka menciptakan baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.

Dalam acara yang dimoderatori Rohmat Suprapto, dosen Unimus, Narasumber dari Kemenko PMK, Aris Darmansyah, mengingatkan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama sebagai modal pembangunan. Menjaga kerukunan tidak ada artinya jika tidak dibarengi  bijak dalam menggunakan media sosial. “Medsos sangat berpengaruh dalam kehidupan, mari saring sebelum sharing”, ujar Staf Ahli Menko PMK.

Dalam  materinya M. Ziyad, Ketua LDK PP Muhammadiyah, mengingatkan Implementasi Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasy Syahadah bagi Da’i adalah dengan mengembangkan dakwah Islam yang wasathiyah (penuh dengan toleransi, tidak terjebak ekstremitas, mengambil jalan tengahan). Ziyad yang juga Dai salah satu TV Swasta Nasional, menambahkan perlunya mengembangkan dakwah Islam yang mencerdaskan, mencerahkan dan memberdayakan serta mengembangkan dakwah yang menggembirakan.

Tafsir, Ketua Pimpinan Wilayah  Muhammadiyah Jawa Tengah, hadir menyampaikan materi berjudul “Strategi Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat Plural”. Dalam makalahnya, Tafsir yang juga dosen UIN Wali Songo Semarang, menguraikan bahwa Pancasila sebagai dasar negara RI adalah ideologi negara yang mengikat seluruh rakyat dan komponen bangsa. Pancasila bukan agama, tetapi substansinya mengandung dan sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam, yang menjadi rujukan ideologis dalam kehidupan kebangsaan yang majemuk. Menurut Tafsir, Pancasila itu Islami, karena substansi pada setiap silanya selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. “Dalam Pancasila terkandung ciri ke-Islaman dan ke-Indonesiaan”, tegasnya.

Acara sosialisasi juga diisi dengan soft lauching buku kumpulan materi khotbah Jumat : spirit Darul ‘Ahdi Wasy Syahadah dalam membangun mental bangsa. (DHA/FA)

Exit mobile version