Menjaga Lisan

Menjaga Lisan

Oleh : Ahmad Syarif

Assalaamu’alaikum Wr Wb

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah

Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza wajalla, yang telah menganugerakan banyak kenikmatan kepada kita semua sehingga kita dapat menghadiri sholat jum’at tanpa ada halangan satu apapun.   Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran agama yang benar yaitu ajaran agama Islam.

Kaum Muslimin yang dirahmati oleh Allah

Allah menciptakan manusia semua di dunia ini dengan diberikan berbagai macam kenikmatan, nikmat sehat, nikmat waktu, nikmat rasa aman, nikmat hidup tenang,  dari kesemua nikmat tersebut  apabila disuruh untuk menghitungnya, maka manusia tidak akan sanggup untuk menghitungnya satu persatu. Allah swt. berfirman:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(an-Nahl : 18)

Diantara berbagai macam kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita yaitu dalam tubuh ini dianugerahi dengan lisan. Sebagai seorang hamba, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu mensyukurinya dengan menjaga lisan  dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah saw bersbda:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” مَنْ يَضْمَنُ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ ، وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّة  

Dari sahl bin sa’ad, ia berkata: Rasulullah, saw. Bersabda: “barang siapa memberi jaminan kepadaku atas selamatnya apa yang ada di antara dua tulang mulutnya dan apa yang ada di antara kedua pahanya, maka aku berani memberi jaminan surga kepadanya.”(HR.Buhari dan Muslim)

Begitu pentingnya lisan tersebut, sampai-sampai Rasulullah memberi jaminan surga bagi siapa yang mampu untuk menjaganya. Dengan lisan tersebut kita bisa berbicara dengan baik, kita bisa memanfaatkan lisan ini untuk kita pergunakan yang bermanfaat baik bagi diri kita maupun orang lain, untuk berdakwah, untuk  mengajar, saling nasehat menasehati dan lain sebagainya. Sadar atau tidak, kita sering menyia-nyiakan lisan kita, tanpa kita sadari kita sering pergunakan lisan ini untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan kita mempergunakannya untuk sesuatu yang dilarang oleh agama. kita sering terlena, sehingga tidak sedikit yang menyebabkan percekcokan, perkelahian bahkan pembunuhan yang hal itu disebabkan kurang kehati-hatian dalam menjaga lisan. Akan tetapi apabila kita bisa menjaga lisan ini dengan sebaik-baiknya, maka kita akan mendapatkan kebaikan yang luar biasa.

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Allah menganugerahkan lisan kepada kita bukan untuk kita gunakan berbangga diri dengan ilmu yang kita miliki, bukan untuk mengelabui, bukan untuk menipu dan bukan untuk menghina serta mengejek saudara-saudara kita, melainkan untuk kita pergunakan hal-hal yang telah dituntunkan oleh Rasulullah saw.

Allah melarang para hambanya agar tidak saling menghina, sebagaimana firma-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.(al-Hujurat:11)

Perbuatan saling menghina, memfitnah, mengadu domba merupakan perbuatan yang sangat tercela serta amat besar dampak negatifnya, karena hal itu tidak hanya merugikan orang yang dicela, melainkan merugikan banyak pihak yang kesemuanya itu dapat memutus hubungan persaudaraan antar sesama umat manusia.

Rasulullah bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه

Orang muslim adalah orang-orang-orang yang selamat dari gangguan lidah dan tangannya.(HR.Bukhari)

Kaum Muslimin yang dirahmati oleh Allah

Dalam kisah yang lain disebutkan, pada zaman dahulu ada seorang raja yang memerintahkan pada pembantunya untuk membelikan daging yang paling bagus dari  kambing, karena akan ada pesta dirumah raja tersebut. Karena pelayan ini adalah pelayan yang cerdas, kemudian pelayan ini pergi ke pasar untuk beli lidah kambing yang kemudian diberikan pada tuannya. Lalu sang raja bertanya, “Mengapa engkau beliakan aku lidah kambing”? Kemudian pelayan ini menjawab, “wahai tuan sesungguhnya lisan ini sumber kebaikan, pembuka hikmah dan pembuka ilmu.” Kemudian sang raja kembali memerintahkan pelayan untuk membelikan daging yang paling jelek dari kambing, kemudian sang pelayan kembali ke pasar dan membeli lidah kambing lagi, lalu diberikan kepada tuannya, heranlah sang raja. Sang raja menyangka bahwa pelayannya ini menghina sang raja. “apa sebabnya kamu membelikan lidah kambing lagi?  Menjawablah sang pelayan: “wahai tuan sesungguhnya lidah ini apabila tidak dijaga dengan baik, lidah merupakan sumber malapetaka, sumber fitnah dan kejelekan.

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Dari kisah di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaga lisan. Lidah bisa menjadi sumber kejelekan dan juga bisa menjadi sumber kebaikan, tergantung bagaimana diri ini mamanfaatkannya. Namun perlu diketahui manjaga bukan berarti diam seribu bahasa tanpa ada sepatah katapun yang keluar. Akan tetapi menjaga berarti memanfaatkan lidah ini untuk berbuat kebajikan, berjuang dan berdakwah  demi mencapai kejayaan ummat Islam dalam membangun kekuatan dan kemajuan sehingga umat Islam menjadi umat yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan waktu.

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah.

Pertanyaannya adalah, sudahkah kita menjaga dan memanfatkan lisan kita dalam hal kebaikan? Marilah kita berusaha untuk memikirkan kemudian mensyukuri nikmat ini dengan menjaga lisan yang telah dianugerahkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya agar kita selalu dalam koridor syariat-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Kaum muslimin yang dirahmati oleh

Marilah pada khutbah yang kedua ini kita sejenak tundukkan dan khusukkan hati kita untuk berdo’a kehadirat Allah swt. agar kita selalu mendapatkan hidayah dan bimbingan-Nya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Ahmad Syarif, S.Th.I adalah Guru MIM Wonorejo dan MBS SMP Muhammadiyah 1 Pati

Exit mobile version