Oleh : Muhammad Chirzin
Al-Quran menghadirkan kisah sebagai bagian dari pesan-pesan Allah SwT sekaligus metode penyampaian pesan. Di antara kisah-kisah dalam Al-Quran ialah kisah para nabi dan rasul. Kisah-kisah tersebut tidak terhimpun dalam suatu surat tertentu, melainkan tersebar dalam sejumlah surat, kecuali kisah Nabi Yusuf. Fragmen kisah Nabi Musa, misalnya, tersebar dalam lebih dari 17 surat dalam Al-Quran. Episode kisah Nabi-nabi tersebut sebagiannya berulang dalam beberapa surat. Kami menceritakan kepadamu kisah-kisah yang indah dalam Al-Quran yang Kami wahyukan kepadamu, meskipun sebelum Kami wahyukan ini engkau termasuk orang yang tidak tahu. (Yusuf/12:3)
Sebagian rasul-rasul Allah dikisahkan dalam Al-Quran, dan sebagian yang lain tidak dikisahkan. Kami telah mengutus rasul-rasul sebelum kau: di antara mereka ada yang Kami kisahkan kepadamu, dan ada pula yang tidak Kami kisahkan kepadamu. Tak ada seorang rasul pun yang membawa suatu ayat kecuali dengan seizin Allah; tetapi jika perintah Allah sudah datang, segala perkara diputuskan dengan benar dan adil, dan di situ rugilah orang yang bertahan dengan kebatilan.(Al-Mu`min/40:78)
Kami menurunkan wahyu kepadamu seperti wahyu yang Kami turunkan kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya. Kami menurunkan wahyu kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yaqub dan anak cucunya, kepada Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan kepada Daud Kami memberikan Zabur. (An-Nisa`/4:163)
Tugas seorang nabi menyampaikan agama Allah, menunjukkan jalan yang benar, menerangkan perlunya manusia bertobat, dan mengingatkan mereka terhadap bahaya yang mereka hadapi dan meninggalkan cara hidup yang penuh dosa. Sebanyak umat di bumi sebanyak itu pula Allah SwT mengutus pemberi peringatan. Sungguh Kami mengutusmu dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan; dan pada setiap umat di masa silam pasti ada seorang pemberi peringatan. (Fathir/35:24)
Siapa yang mengikuti petunjuk Rasul, maka petunjuk itu untuk kebaikan dirinya sendiri, dan siapa yang mengingkarinya, maka ia akan menanggung risikonya sendiri. Allah SwT tidak akan mengazab suatu kaum hingga Allah SwT telah mengutus rasul kepada kaum tersebut. (Al-Isra`/17:15)
Sebagian dari kisah rasul-rasul Allah SwT adalah sebagai berikut. Pertama, kisah Nabi Adam as. Kami berfirman: “O Adam, tinggallah kamu dan istrimu dalam taman surga, dan makanlah dari sana apa yang kamu sukai, tetapi jangan dekati pohon ini, supaya kamu tidak menjadi orang yang zalim. Lalu setsan membuat mereka tergelincir dari surga itu dan mengeluarkan mereka dari keadaan mereka yang bahagia di sana… (Al-Baqarah/2:35-36)
Kedua, kisah Nabi Nuh as.
Maka diwahyukan kepada Nuh: “Tidaklah akan ada dari kaummu yang akan beriman kecuali yang sudah beriman. Maka jangan bersedih hati atas perbuatan mereka! Buatlah bahtera di bawah pengawasan Kami dan dengan wahyu Kami, dan jangan bicarakan lagi kepada-Ku tentang orang yang sudah berbuat durhaka; mereka niscaya akan tenggelam. “ Dan Nuh mulai membuat bahtera. Dan setiap pemimpin kaumnya meliwatinya, mereka mengejeknya. Ia berkata: “Kalau sekarang kamu mengejek kami, kami pun mengejek kamu dengan cara yang serupa… Akhirnya bila sudah tiba perintah Kami dan mata air di bumi pun menyembur ke luar, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera masing-masing binatang sepasang dan keluargamu, kecuali firman telah berlaku baginya dan mereka yang beriman.” Tetapi hanya sedikit orang yang beriman yang bersamanya. Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu ke dalamnya dengan nama Allah dalam berlayar dan berlabuh. Sungguh Tuhanku Maha Pengampun. Maha Pengasih.” Dan bahtera pun berlayar membawa mereka di tengah-tengah gelombang setinggi gunung, dan Nuh memanggil anaknya yang terpisah: “Hai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah ikut orang kafir!” Anaknya menjawab: “Aku akan pergi ke atas gunung yang akan melindungi aku dari air bah.” Nuh berkata: “Tak ada yang diselamatkan hari ini dari hukuman Allah, kecuali yang sudah mendapat rahmat!” Dan gelombang pun datang memisahkan mereka, dan dia pun ikut bersama mereka yang tenggelam. Dan difirmankan: “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit, hentikanlah hujanmu.” Air pun surut dan perintah teralaksana. Bahtera berlabuh di atas gunung Judi, dan difirmankan: “Binasalah mereka yang zalim.” (Hud/11:36-44)
Ketiga, kisah Nabi Ibrahim as.
Sebelumnya telah Kami berikan kepada Ibrahim sifat yang lurus; dan Kami sudah mengenalnya. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apa yang kamu sembah begitu tekun ini?” Mereka menjawab: “Kami dapati leluhur kami menyembahnya.” Ibrahim berkata: “Sungguh kamu dan leluhurmu dalam kesesatan yang nyata…” Demikianlah, maka dia hancurkan berhala-berhala itu jadi berkeping-keping, kecuali yang terbesar, supaya mereka kembali kepadanya. Mereka berkata: “Siapa yang melakukan ini terhadap sembahan-sembahan kami? Sungguh dia termasuk orang yang zalim.” Mereka berkata: “Kami mendengar ada seorang pemuda yang menyebut-nyebut tentang mereka, namanya Ibrahim.” Mereka berkata: “Bawa dia ke depan mata orang banyak, agar mereka memberikan kesaksian.” Mereka bertanya: “Engkaukah yang melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “Tidak, malah itu dilakukan oleh yang terbersar dari mereka! Tanyakanlah kepada mereka kalau mereka dapat berbicara…” Ibrahim berkata: “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat sedikit pun dan tidak mendatangkan mudarat?” Mereka berkata: “Bakarlah dia dan tolonglah tuhan-tuhanmu, jika kamu hendak bertindak.” Kami berfirman: “Hai api, jadilah dingin dan aman bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya`/21:51-69)
Keempat, kisah Nabi Musa as.
Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sebab dia berlaku sewenang-wenang. Berkatalah kepadanya dengan lemah lembut, kalau-kalau ia mau ingat atau takut.” Musa dan Harun berkata: “Kami takut ia akan menganiaya kami atau bertindak sewenang-wenang.” Allah berfirman: “Janganlah khawatir, Aku bersama kamu, mendengar dan melihat.” (Thaha/20:43-46)
Mereka berkata: “Kedua orang ini pasti tukang sihir yang mahir. Tujuannya akan mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya dan melenyapkan adat lembagamu yang utama. Maka susunlah rencanamu, kemudian datanglah berbaris-baris. Pastilah yang menang hari ini akan beruntung.” Mereka berkata: “Hai Musa engkaukah yang akan melemparkan ataukah kami yang melemparkan lebih dulu?” Musa berkata: “Ya, kalianlah yang melempar dulu.” Tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang seperti merayap-rayap cepat. Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: “Jangan takut! Engkaulah yang unggul. Lemparkanlah yang ada di tangan kananmu, ia akan menelan segala yang mereka buat. Apa yang mereka buat hanya tipu daya tukang sihir; dan tukang sihir tidak akan pernah berhasil dari mana pun ia datang.” Maka tukang-tukang sihir itu bersujud. Mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhannya Harun dan Musa.” (Thaha/20:63-70)
Terakhir, kisah Nabi Muhammad saw. Menjelang usia empatpuluh tahun Nabi Muhammad saw mengasingkan diri di puncak gua Hira untuk merenung dan beribadah menurut ajaran Nabi Ibrahim as. Tatkala sedang tidur, malaikat Jibril datang membawa perintah Allah SwT, “Bacalah!” Nabi Muhammad saw menjawab, “Saya tak dapat membaca.” Malaikat itu pun berkata lagi, “Bacalah!” Seterusnya malaikat itu mengucapkan, “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.” (Al-‘Alaq/96:1-5). Nabi Muhammad saw pun mengucapkan bacaan itu hingga terpatri dalam kalbunya.
Allah SwT mengabadikan episode hijrah Nabi Muhammad saw bersama Abu Bakar ra dari Mekah ke Madinah sebagai berikut. Jika kamu tidak menolongnya, Allah telah menolongnya, ketika golongan orang kafir mengusirnya; dia salah seorang dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, dan berkata kepada sahabatnya: “Jangan sedih, Allah bersama kita.” Lalu Allah melimpahkan ketenangan kepadanya dan membantunya dengan suatu pasukan yang tidak kamu lihat. Dijadikan-Nya seruan orang kafir menyuruk jatuh sampai ke dasar dan firman Allah menjulang tinggi sampai ke puncak. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (At-Taubah/9:40)
Allah SwT mendidik orang-orang beriman dengan kisah-kisah dalam Al-Quran dan meneguhkan hati mereka agar istiqamah pada jalan-Nya.