Oleh : Yunahar Ilyas
Ilmu dan Kekuasaan Sulaiman
Sepeninggal Raja Daud, singgasana kerajaan diwarisi oleh Sulaiman yang sudah sejak muda memang memiliki bakat untuk memimpin. Bahkan dalam beberapa hal dapat melebihi bapaknya. Pernah terjadi dalam memutuskan suatu perkara, Sulaiman memiliki pandangan yang berbeda dengan bapaknya. Hal itu dikisahkan dalam firman Allah SWT berikut ini:
وَدَاوُۥدَ وَسُلَيۡمَٰنَ إِذۡ يَحۡكُمَانِ فِي ٱلۡحَرۡثِ إِذۡ نَفَشَتۡ فِيهِ غَنَمُ ٱلۡقَوۡمِ وَكُنَّا لِحُكۡمِهِمۡ شَٰهِدِينَ ٧٨ فَفَهَّمۡنَٰهَا سُلَيۡمَٰنَۚ وَكُلًّا ءَاتَيۡنَا حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ وَسَخَّرۡنَا مَعَ دَاوُۥدَ ٱلۡجِبَالَ يُسَبِّحۡنَ وَٱلطَّيۡرَۚ وَكُنَّا فَٰعِلِينَ ٧٩
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya.” (Q.S. Al-Anbiya’ 21: 78-79)
Menurut riwayat Ibn ‘Abbas, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir dalam Tafsîr Al-Qur’an al-‘Azhîm (9: 421) bahwa beberapa ekor kambing telah merusak tanaman seorang petani, maka petani itu mengadukan peristiwa itu kepada Nabi Daud AS. Lalu Daud membuat keputusan bahwa kambing-kambing itu diserahkan kepada petani sebagai ganti rugi tanamannya yang rusak. Keluar dari tempat Daud, mereka bertemu dengan Sulaiman, lalu Sulaiman menanyakan bagaimana putusan yang diambil oleh Nabi Daud. Setelah mendengar penuturan mereka, Sulaiman menyatakan, kalau kalian meminta saya yang memutuskannya, maka saya akan membuat keputusan yang berbeda. Tatkala hal itu disampaikan kepada Daud, Sulaiman dipanggil dan ditanya: “Bagaimana engkau memutuskan perkara mereka?”. Sulaiman menjawab: “Kambing-kambing itu diserahkan kepada petani pemilik tanaman untuk sementara waktu. Dia boleh mengambil susunya, anaknya dan manfaat yang lain. Sementara pemilik kebun disuruh untuk menanam kembali tanaman yang sama di kebun tersebut. Kalau tanaman itu sudah tumbuh seperti semula, maka kambing-kambing itu dikembalikan kepada pemiliknya dan kebun dengan tanaman tersebut kembali diserahkan kepada pemiliknya. Keputusan bijak Sulaiman itulah yang dimaksud oleh ayat: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)”.
Di samping mewarisi kerajaan, Sulaiman juga diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul. Jadilah bapak dan anak ini, kedua-duanya adalah Raja sekaligus Nabi dan Rasul. Sebagai seorang raja, sebagaimana Daud, Sulaiman juga diberi oleh Allah SWT ilmu. Pada awal Surat An-Naml ayat 15 Allah SWT menyatakan “Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman.”
Tidak dijelaskan dalam ayat ilmu apa yang diberikan. Tetapi karena diungkapkan dalam bentuk nakirah, maka ilmu di sini bersifat umum, bisa ilmu apa saja yang diperlukan, terutama ilmu tentang bagaimana mengelola kerajaan dengan baik dalam segala aspeknya.
Di samping ilmu pemerintahan, Nabi Sulaimana AS diberi karunia oleh Allah SWT banyak kelebihan. Salah satunya adalah memahami bahasa burung, sehingga burung-burung bisa dimanfaatkan oleh Sulaiman untuk beberapa keperluan, seperti mengantar surat-surat, memata-matai musuh dan tugas-tugas lainnya yang memungkinkan. Burung pun masuk dalam barisan tentara Sulaimanan di samping balatentara manusia dan bangsa jin.
Sulaimanpun diberi anugerah oleh Allah SWT untuk dapat mendengar dan mengerti pembicaraan semut. Allah SWT berfirman:
حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوۡاْ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمۡلِ قَالَتۡ نَمۡلَةٞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمۡلُ ٱدۡخُلُواْ مَسَٰكِنَكُمۡ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ١٨ فَتَبَسَّمَ ضَاحِكٗا مِّن قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٩
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah (ratu) semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu, dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (Q.S.An-Naml 27: 18-19)
Dalam suatu perjalanan dengan pasukannya, sampailah Sulaiman di sebuah lembah. Rupanya di lembah itu banyak semut yang sedang keluar dari sarangnya untuk mencari dan mengumpulkan makanan. Jika seekor semut menemukan makanan, dia akan ambil sebagian makanan itu lalu membawanya menuju sarangnya. Dalam perjalanan setiap berjumpa dengan temannya, semut tersebut akan memberi tahu temannya bahwa ada makanan yang dapat diambil. Lalu dalam waktu singkat semut-semut sudah mengerumuni makanan tersebut dan membawanya untuk disimpan dalam lobang yang berfungsi sebagai sarang dan sekaligus gudang makanan mereka.
Seekor semut betina (dalam ayat disebut namlah) mengetahui akan kedatangan Sulaiman dan balatentaranya. Ayat ini mengisyaratkan bahwa sebut betina itu adalah pemimpin atau ratunya. Instink ratu semut menyadari bahaya yang akan menimpa mereka apabila terinjak oleh sepatu para pasukan Sulaiman. Oleh sebab itu segera saja Ratu Semut memberi komando kepada anak buahnya untuk secepatnya masuk kedalam sarang untuk menyelamatkan diri. Kalau kalian tidak segera masuk kedalam sarang, tentu balatentara Sulaiman akan menginjak kalian tanpa mereka sadari. Kita bisa membayangkan betapa lemahnya semut-semut itu berhadapan dengan bala tentara Sulaiman yang begitu banyaknya. Satu kaki saja menginjak semut-semut tersebut, barangkali tidak hanya puluhan, bahkan bisa ratusan semut langsung mati. Jika manusia ingin menghancurkan mereka, semut-semut itu tidak akan bisa selamat sekalipun masuk ke dalam sarang-sarangnya. Manusia dengan mudah akan menghancurkan semut-semut itu dengan sarang-sarangnya sekalian.
Nabi Sulaiman yang diberi anugerah oleh Allah SWT ilmu dapat mendengar dan memahami bahasa semut, tersenyum dengan tertawa. Barangkali membayangkan kekhawatiran dan ketakutan semut-semut itulah Nabi Sulaiman tersenyum dan tertawa. Sebagai Nabi dan Rasul Allah tentu Sulaiman tidak akan berbuat zalim kepada semut-semut itu. Dan tidak ada perlunya juga Sulaiman dan balatentaranya menghancurkan semut-semut itu. Benar yang dikatakan semut, jika mereka menginjaknya, tentu dilakukan tidak dengan sengaja untuk membunuh semut-semut tersebut.
Dalam mementum itulah Nabi Sulaiman merasa sangat besar nikmat yang diberikan Allah SWT kepada dirinya dan kedua ibu bapanya. Nabi Sulaiman sangat khawatir apabila dia tidak mensyukuri semuanya itu. Oleh sebab itu segera dia memohon kepada Allah SWT:
رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (bersambung)