Pancasila dan NKRI Sudah Islami

Pancasila dan NKRI Sudah Islami

KUDUS, Suara Muhammadiyah-Kemitraan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Kementerian Koordinator Bidang Pembinaan Manusia dan Kebudayaan dalam melaksanakan Sosialisasi dan Implementasi Negara Pancasila sebagai Dārul ‘Ahdi Wasy-Syahādah; Bersatu dengan Aksi Nyata Dalam Rangka Pelaksanaan Koordinasi Penguatan Ormas Keagamaan, berlanjut untuk kali kesepuluh di Kota Kudus (12/10/2019). Kali ini mengambil tema Sosialisasi dan Penguatan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasy-syahadah bagi Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah.

Dalam sambutan Tuan Rumah, Rizka Himawan, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) menyampaikan rasa syukur dan apresiasi yang cukup tinggi atas penyelenggaraan kegiatan di kampus UMKU ini yang dihadiri oleh tiga ratusan pendekar tapak suci putera Muhammadiyah dari tujuh wilayah karesidenan Pati yang melingkupi Kudus, Blora, Rembang, Jepara, Pati, Grobogan, dan Demak.

Ketua Tim Kerja kegiatan ini, Faozan Amar, melaporkan bahwa kegiatan hari ini adalah yang ke 10 dari 14 kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2019. Salah satu rangkaian kegiatan DAWS adalah menerbitkan buku Kumpulan Khuthbah Jumah: Spirit Darul Ahdi Wasy-Syahadah dalam Membangun Mental Anak Bangsa yang didistribusikan kepada para khatib, dai, Mubaligh Muhammadiyah dan umumnya bagi rakyat Indonesia sebagai bagian dari ikhtiar untuk memperkaya khazanah kita di tengah kehidupan keumatan dan kebangsaan yang dinamis dan kompleks.

Menurut Faozan, “Sinergitas program Gerakan Nasional Revolusi Mental dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dan Gerakan Dakwah Islam amar makruf nahi munkar Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah merupakan sebuah keniscayaan”, tuturnya dalam akhir sambutan.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menjadi pembicara kunci. Bagi Muhammadiyah, imbuhnya, sesuai keputusan Muktamar 47 tahun 2015, negara Pancasila tidak hanya ideal dan islami, tetapi juga merupakan Darul Ahdi Wasy-Syahadah (DAWS). Indonesia adalah negara perjanjian dan kesepakatan (darul ahdi) para pendiri bangsa yang harus dipertahankan. Indonesia adalah dar al-syahadah; rumah bagi seluruh warga negara dan tempat untuk berkhidmad dan membuktikan diri bahwa dengan Pancasila, Indonesia dan ajaran Islam, Indonesia akan mampu mewujudkan cita-citanya sebagai negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Menurut Mu’ti, Darul Ahdi Wasy-Syahadah ini menegaskan dukungan Muhammadiyah terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mempunyai tiga alasan. Pertama, alasan teologis bahwa Pancasila dan NKRI sudah islami dan sesuai dengan ajaran Islam dan tidak bertentangan dengan ajaran islam walaupun dinamakan Pancasila.

Kedua, alasan historis bahwa Muhammadiyah melalui tokohnya dan gerakannya telah menunjukkan kontribusi yang luar biasa dan menjadi penentu dalam merumuskan dasar negara Pancasila. Salah satunya adalah Ki Bagus Hadikusumo yang ketika itu merupakan ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Tokoh lainnya adalah Kasman Singodimejo, Kahar Muzakkir, dan Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Ketiga, alasan empiris, NKRI merupakan bentuk negara yang paling mungkin menjadi negara majemuk yang sangat pluralis dan beragam.

Di akhir sambutannya, Abdul Mu’ti berharap Nota Kesepahaman kegiatan ini bisa berlanjut untuk tahun periode ketiga. (FA/DHA)

Exit mobile version