KUDUS, Suara Muhammadiyah -Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan kuliah umum bertema “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” dalam milad Universitas Muhammadiyah Kudus, 24 Oktober 2019. Haedar mengingatkan supaya warga Muhammadiyah tidak melupakan pembinaan jamaah dan tugas-tugas kultural.
Menurutnya, UMKU punya potensi besar sebagai pemberi solusi bagi masyarakat. Salah satu potensi UMKU yang dilihat oleh Haedar adalah dalam bidang wirausaha. Universitas Muhammadiyah Kudus diharap menjadi kekuatan baru, yang mengembangkan etos wirausaha bagi para mahasiswanya. “Islam di Nusantara itu datangnya lewat pantai termasuk lewat Pantura. Bisnis Islam juga masuk melalui jalur Pantura.”
Muhammadiyah telah tumbuh dengan jaringan yang luas. Akselerasi dan sinerginya berjalan bagus. Amal Usaha Muhammadiyah sering berjejaring dan mengadakan konsorsium untuk saling membantu. “Sekarang tinggal membangun dan memperkokoh kekuatan di jamaah, di akar rumput,” ujarnya.
Setelah mengurus AUM, ungkap Haedar, Muhammadiyah juga perlu lebih memperhatikan problem jamaah. Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah serta konsep Dakwah Komunitas yang menjadi keputusan resmi Muhammadiyah harus lebih dikuatkan. “Masing-masing membina sepuluh rumah. Jika bisa, warga Muhammadiyah akan menjadi subjek, menjadi fa’il.” Pembinaan ini meliputi bidang agama, kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.
Tugas dan tanggung jawab di tingkat jamaah ini harus dipegang kuat. “Warga Muhammadiyah harus menjadi segolongan umat yang terpilih.” Qur’an Surat Ali Imran ayat 103 menjadi pedoman. Warga Muhammadiyah sebagai aktor penggerak yang punya tugas untuk menyeru pada kebaikan, amar makruf, nahi munkar.
Di ayat lain, ujar Haedar, umat Islam disebut sebagai khairu ummah. Predikat umat terbaik dicirikan dengan posisi sebagai ummatan wasathan yang menjadi syuhada ala al-nas. “Umat tengahan itu adalah mereka dalam keseimbangan yang multiaspek. Mementingkan rohani sekaligus jasmani, ada simbol, ritual, ada substansi. Ada akidah, ibadah, akhlak, muamalah.” Islami itu harus menyeluruh dan tidak terjebak pada formalisme.
Orang Muhammadiyah itu al-ruju ila al-Quran wa al-Sunnah al-Maqbulah wa al-ijtihad. Dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disebutkan bahwa, “Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.”
Pembinaan jamaah harus dilakukan dengan pendekatan dakwah. Tugas dakwah itu bil hikmah, wal mauidhatul hasanah, wajadilhum billati hiya ahsan, (Qs An-Nahl:125). Supaya dakwah Muhammadiyah diikuti dan dijadikan rujukan, maka para warga Muhammadiyah harus lebih baik, harus beyond, lebih berilmu. “Nilai harus diperkaya. Supaya luwes dan fleksibel, tetapi tetap teguh dalam prinsip.”
Sisi lain, Haedar menyebut bahwa di antara penyebab orang menjadi saling mutlak-mutlakan dan cenderung mengeras adalah karena faktor politik. Kegagalan dalam politik membuat orang tumbuh dalam mentalitas kecewa, sesuai teori deprivasi relatif. Seharusnya dalam pilihan politik tidak perlu dibawa ke ranah ideologis dan keyakinan, karena politik itu wilayah al-umur al-dunyawiyah. “Jangan ada sakralisasi agama dalam politik.”
Jean Baudrillard memperkenalkan konsep dunia simulasi yang menggambarkan tampilan sarat rekayasa yang dihadirkan di pentas. Dalam dunia simulasi berlaku hukum simulacra. Objek atau peristiwa itu diperagakan seakan mencerminkan realitas aslinya, tetapi sesungguhnya maya. Dalam pandangan Haedar, warga Muhammadiyah kadang tidak bisa membedakan realitas semu dan asli. Terlebih dalam hal politik, kecenderungan puritan dan lugu justru membuat umat sering jadi objek dalam politik.
Di saat yang sama, kata Haedar, Muhammadiyah harus memperkuat ekonomi, yang ditopang oleh akar budaya aslinya. Indonesia harus menyelaraskan tradisi dan modernitas. Jepang dengan restorasi meijinya mampu menjadi kekuatan negara modern yang tidak melupakan akar kultural tradisinya. “Muhammadiyah harus di posisi tengahan. Tidak membenci tradisi secara mutlak dan tidak menerima semua tradisi secara tanpa seleksi.” Muhammadiyah punya konsep dakwah kultural.
Segenap warga Muhammadiyah diminta untuk terus berpegang pada manhaj yang telah ada. “Kuncinya adalah ketulusan. Bermuhammadiyah harus dengan jiwa ikhlas. Jika ada perbedaan, cari titik temu dan dialog,” ungkap Haedar Nashir. UMKU menjadi simbol kemajuan dan perjuangan. Rektor, para jajaran, dan BPH dianggap sangat gigih berjuang.
Ketua PWM Jawa Tengah, Tafsir mengatakan bahwa Muhammadiyah Jawa Tengah mengelola 25 PTM, 22 di bawah binaan LLDIKTI dan sisanya di bawah naungan Kopertais.
Dalam kesempatan ini, dilakukan penyerahan izin pembukaan beberapa program studi baru UMKU. Ditandai dengan penyerahan SK dari Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah VI Prof DYP Sugiharto kepada Rektor UMKU Rusnoto MKes.
Izin tersebut meliputi Program Studi Gizi Program Pascasarjana, Prodi Studi Bisnis Digital Program Sarjana, Prodi Administrasi Rumah Sakit Program Sarjana, Prodi Teknologi Laboratorium Medis Program Sarjana Terapan, Prodi Kebidanan Program Sarjana, dan Prodi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi.
Rusnoto menyatakan bahwa untuk tahap awal, semua mahasiswa tidak dipungut biaya kuliah. Oleh karena itu, ia mengajak para siswa dari berbagai panti asuhan untuk mendaftarkan diri di UMKU.
Sugiharto menyebut bahwa LLDIKTI mengapresiasi Persyarikatan Muhammadiyah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi terbanyak di Jawa Tengah. Muhammadiyah memiliki 22 Perguruan Tinggi yang tertata dengan baik. Dirinya berharap UMKU mampu menjadi PT yang berkualitas. “Perguruan Tinggi harus menjadi agen penjawab persoalan.” (ribas/foto dwi agus)