YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Untuk memperteguh pendidikan karakter dan budi perkerti luhur bagi para santri, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan berbagai upaya edukatif kepada para peserta didiknya yang berasal dari seluruh Indonesia itu. Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berasrama (boarding school) dengan konsep long day education, madrasah tertua di Indonesia itu selalu menyelipkan matan pendidikan kepribadian kepada para santrinya di luar jam pembelajaran reguler di kelas.
Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Santri Nasional, Selasa (22/10), sekitar 300-an santri Asrama 1 Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang terdiri dari kelas XI IIK dan kelas program multilingual, melakukan kajian kitab Nurul ‘Uyun yang merupakan biografi Nabi Muhammad SAW. Kitab karya Ibnu Sayyidin Nas tersebut merupakan ringkasan dari kitab ‘Uyunul Atsar yang membahas biografi Nabi Muhammad SAW secara mendalam.
Ibnu Sayyidin Nas (734 H) merupakan pakar penelitian hadits dan sejarawan, yang kedua orang tuanya berasal dari Andalusia dan kemudian berpindah ke Cairo Mesir demi menghindari gejolak politik yang terjadi di Andalusia. Dalam kitab itu dia menjelaskan bahwa tujuan peringkasan tersebut tidak lain untuk memudahkan para pelajar yang ingin memulai belajar biografi Nabi Muhammad SAW, serta pengingat bagi para pelajar yang telah lama mendalami ilmu-ilmu agama.
Bertindak selaku muqri’ dalam talaqqi tersebut adalah Akmal Ariswan asal Surabaya, dan Ariiq Rifqi Rastyaputra asal Wonosobo, keduanya santri kelas XI IIK, Muhsinul Hanif santri kelas VIII H asal Jombang dan rekan sekelasnya Araf Caysar Muqorrobin asal Darmasraya.
Sementara itu, Talaqqi Kitab Nurul ‘Uyun ini diampu oleh Ustadz muda, Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc. Menurut da’i muda yang sejak SMP sudah belajar di Timur Tengah itu, ke depan kegiatan kajian khusus tersebut akan berlangsung secara rutin di setiap hari Ahad.
“Kami berharap, forum kajian kitab ini akan mampu berkontribusi dalam upaya mencetak generasi Islami yang berakhlakul karimah, santun dalam berdakwah, istiqomah dalam beramar ma’ruf nahi munkar dan dapat mengimplementasikan karakter mulia yang telah dicontohkan oleh Rasulullah itu dalam kehidupan mereka sehari-hari,” ungkap Mush’ab yang fasih berbahasa Arab itu. (mu’in)