YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Museum Rasulullah saw akan segera dibangun di Indonesia. Penandatanganan nota kerja sama pembangunan museum ini telah dilakukan Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Syafruddin bersama dengan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Syekh Muhammad Abdul Karim Al-Isa dan Ketua Yayasan Wakaf Salam Nashir Az-Zahroni di Jeddah, Arab Saudi, pada akhir September 2019.
Guna menyukseskan program strategis ini, Syafruddin didampingi Sekjen DMI Imam Addaruquthni menemui Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, di Grha Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 27 Oktober 2019. Muhammadiyah dipandang memiliki kekayaan khazanah dan konstribusi penting bagi umat Islam Indonesia dan bahkan dunia.
“Saya diutus Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla untuk menemui Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Selaku ketua pembangunan Museum Rasulullah ini, saya diminta untuk mengunjungi semua pimpinan organisasi Islam, pimpinan dan tokoh-tokoh Islam, bahkan juga akan kita informasikan kepada tokoh-tokoh non-Islam.”
Museum Rasulullah yang berisi sejarah perjalanan Nabi Muhammad dan peradaban Islam, kata Syafruddin, rencananya akan dibangun di Depok, bersebelahan dengan Kompleks Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Museum Rasul yang direncanakan rampung pada 2020 ini merupakan yang ketiga dibangun, setelah di Mekah dan Madinah.
“Alasan pemilihan Indonesia menurut Sekjen Liga Muslim adalah karena Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia. Kedua, Indonesia sangat moderat, muslim wasathiyah, umat Islam Indonesia dikenang di seluruh belahan dunia sangat toleran,” ujar mantan Menpan RB itu.
Haedar Nashir menyambut baik rencana ini dan menyatakan bahwa Muhammadiyah memberi dukungan penuh terkait dengan pembangunan museum Rasulullah. “Museum Rasulullah akan menampilkan khazanah kekayaan Rasulullah, termasuk sisi-sisi kemanusiaan Rasulullah, yang menjadi Rasul akhir zaman yang membangun peradaban dunia. Di dalamnya juga akan dimasukkan unsur Islam Indonesia,” tuturnya.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar dengan banyak khazanah yang dimilikinya akan memberi dukungan. “Memang sudah seyogyanya, dengan tetap kita mengayomi saudara-saudara kita dari agama lain, Islam Indonesia itu juga memiliki kekayaan sejarah, kekayaan peradaban yang perlu ditampilkan.”
Pembangunan museum Rasulullah ini, dikatakan Haedar, bukan bentuk ekslusivisme umat Islam, “Namun menunjukkan bahwa Indonesia ini tidak akan bisa lepas dari Islam. Antara keislaman dan keindonesiaan itu sebagai sesuatu yang integral.” Kesadaran ini perlu dipahami oleh seluruh warga bangsa. Museum ini diharap akan mengingatkan kita untuk selalu meneladani akhlak Nabi.
Pembangunan museum Rasulullah juga dipandang sejalan dengan agenda Muhammadiyah. “Muhammadiyah sedang membangun Pusat Kebudayaan Islam Indonesia di Yogyakarta yang pelaksananya adalah Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PP Muhammadiyah.” Pusat Kebudayaan Islam Indonesia ini akan dibangun di Yogyakarta, di atas lahan 13,5 hektar. Program ini dikerjasamakan PP Muhammadiyah dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan era Puan Maharani. “Semoga kedua proyek besar ini bisa disinergikan,” tuturnya.
Keberadaan Muhammadiyah dengan segala perannya, kata Haedar, adalah dalam rangka memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. “Tema muktamar 2020 itu bukan sekadar retorika dan simbol pikiran, tetapi melambangkan apa yang diperbuat Muhammadiyah selama lebih dari seabad. Bahwa pada dasarnya sejak awal berdiri dan seterusnya, Muhammadiyah akan terus memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta,” tukas Haedar Nashir. (ribas/yadi-gsh)