Judul : Islam Agama Pencerahan
Penulis : Haedar Nashir
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Tebal : XVI + 203 hlm, Cet. II, 2019
Muhammadiyah sudah lama, terutama sejak sekitar tahun 2000, mengusung isu pencerahan. Pada Muktamar Malang tahun 2005m diangkat tema “Gerakan Tajdid Menuju Pencerahan Peradaban”. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta tahun 2010 bahkan dihasilkan “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua”, yang diantara isi pentingnya ialah tentang “Gerakan Pencerahan” sebagai agenda strategis Muhammadiyah memasuki fase baru abad kedua dalam perjuangannya. Dalam Muktamar ke-47 tahun 2015 di Makassar secara tegas bahkan diusung tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”.
Isu tentang pencerahan tentu bukan sekedar berwacana,apalagi bermain utopia, tetapi Muhammadiyah memang berkomitmen kuat untuk membumikannya dalam pergerakan dunia nyata. Gerakan pencerahan bagi Muhammadiyah sesungguhnya bukan akan, tetapi telah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah seabad yang silam. Kehadiran Muhammadiyah melalui gerakan tajdid atau pembaruannya tidak lain sebagai wujud gerakan pencerahan.
Gerakan mengembalikan umat pada sumber ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi yang murni dengan mengembangkan ijtihad di banyak bidang kehidupan merupakan aktualisasi dari gerakan pencerahan. Langkah-langkah pembaruan Kyai Dahlan dan Muhammadiyah generasi awal sesungguhnya sama dengan gerakan pencerahan karena mengeluarkan umat dari kegelapan dalam bentuk keterjajahan, keterbelakangan, ketertinggalan, dan kebodohan menuju kemerdekaan kemajuan, dan pencerdasan di segala bidang kehidupan.
Islam bukan sekadar ajaran agama yang mengatur akidah dan ibadah, tetapi juga akhlak dan mu’amalah duniawiyah. Ajaran tentang akidah dan ibadah pun bukan sekadar menyangkut hubungan dengan Allah semata, tetapi juga berkaitan dengan sesama manusia termasuk dengan alam sekitar. Islam sesungguhnya agama yang mencerahkan kehidupan umat manusia. Kehadiran Islam membawa misi penting untuk mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk kegelapan (kejahiliyahan) menuju pada petunjuk (jalan, ajaran) Allah yang terang benderang.
Islam yang mecerahkan mengajarkan keadaban hidup sesuai posisinya selaku abdullah dan khalifatullah. Abdullah adalah insan pengabdi kepada Sang Khaliq (Qs Adz-Dzariyat: 56) yang melahirkan diri sebagai sosok yang shalih sebagai pelaku kebenaran, kebaikan, keadilan dan segala kemuliaan hidup. Insan abdullah memiliki jiwa iman, Islam dan ihsan dalam seluruh tarikan nafas hidupnya. Hidup mereka harmonis dengan dirinya, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Sebaliknya, mereka anti segala wujud perilaku rakus (israf) dan merusak (jasad) seperti membunuh, mencuri, menista, dan beragam kemunkaran yang menghancurkan tatanan.
Buku ini, sebagaimana dikatakan penulisnya kiranya dapat menjadi wahana dialog pemikiran bagi warga, kader, dan pimpinan Persyarikatan di seluruh lingkungan dan tingkatan. Hal itu karena membaca dan berkeilmuan merupakan bagian dari tradisi pencerahan dalam khazanah Islam dan budaya Muhammadiyah. Semoga buku ini menjadi bagian dari matarantai merajut spirit Gerakan Islam Berkemajuan dan Pencerahan yang menjadi komitmen Muhammadiyah di abad kedua.(Imron Nasri)