Oleh: Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani
Assalaamualaikum Wr Wb
اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh keridhaan-Nya. Shalawat dan salam tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya.
Jika lebih mendalami makna dan maksud yang terkandung di dalam al-Qur`an surat al-‘Alaq ayat 1-5 seperti di bawah ini:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ, خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ , اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ , الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ , عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.
Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Maka terlintas pertama kali dalam benak pikiran kita adalah perintah Allah SWT kepada hamba-Nya untuk membaca. Muatan perintah tersebut mengandung unsur adanya suatu kewajiban bagi setiap individu manusia untuk membaca secara luas apapun yang ada di alam semesta ini. Karena kata اقْرَأْ (iqra) secara maknawiyah bersifat universal, tidak ditentukan kadarnya dan tidak dibatasi oleh Allah SWT terhadap objek yang dibaca. Hanya saja meskipun Allah SWT tidak membatasi objek yang dibaca, tetapi secara langsung Allah SWT menyatakan dalam konteks membaca, orientasi sejatinya adalah untuk mengingat dan menemukan kembali kebesaran Allah SWT dengan menyebut بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ yang disifati dengan sebutan diri-Nya sebagai Rabb (Tuhan Alam Semesta).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Setelah melihat secara ringkas dan jelas, makna kandungan dari Q.S. al-‘Alaq ayat 1-5, sekarang persoalannya adalah mengkontekstualisasikannya pada era digital saat ini. Era digital yang serba disruptif dan kompleks ini, menjadi suatu kondisi atau bahkan membudaya dalam melahirkan berita-berita yang cenderung cepat dan mudah diterima, namun di sisi lain pula terkadang menciptakan informasi yang tidak autentik. Arus informasi yang sangat disruptif ini, menjadi persoalan yang besar manakala jika sering kali sebagai konsumsi publik, disebarkan dan diterima secara mentah-mentah tanpa dikonfirmasikan kembali kebenarannya, yang pada akhirnya berita hoax lah yang terjadi.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Coba kita perhatikan kembali korelasi surat al-‘Alaq ayat 1-5 di atas dengan surat al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Inilah budaya membaca yang diajarkan oleh agama kita dengan sebenarnya, membaca secara berkualitas, selektif, teliti, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagaimana dalam surat al-Alaq ayat 1-5 terdapat kata اقْرَأْ (iqra) yang tujuan sebenarnya dengan konsep iqra tersebut adalah untuk mencapai kebijaksanaan. Jikalau dengan membaca kita tidak menjadi lebih bijaksana, maka itu bukanlah dalam konsep iqra yang diajarkan melalui surat al-‘Alaq tersebut karena dalam surat al-‘Alaq kata iqra berimplikasi suatu kemuliaan yang pada awalnya bersifat teologis (sifat Tuhan), namun maksud اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ di sini dapat pula dimaknai secara sosiologis dengan persepsi bahwa manusia yang suka membaca akan menemukan dirinya dalam suatu tingkat kemuliaan yang tinggi. Tentunya, pola membaca dalam konsep iqra dilakukan dengan benar yang di dalamnya mengandung maksud kualitas membaca. Kualitas membaca di dalamnya harus mengedepankan prinsip ketelitian yang disebut dalam surat al-‘Alaq sebagai بِالْقَلَمِ (simbol kejelian dan ketelitian yang diajarkan oleh Allah SWT) dan prinsip kehati-hatian (ihtiyath) dalam wujud tabayyun (rekonfirmasi) untuk mendapatkan suatu kebenaran. Prinsip al-qalam (ketelitian) dan tabayyun (kehati-hatian) menjadi dua syarat mutlak untuk kualitas membaca yag kita lakukan sebagai ciri dari orang yang beriman.
Jama’ah Sholat Jum’at yang Berbahagia
Berasal dari universalisme konsep iqra maka didapatkan dua rumusan yaitu al-qalam dan tabayyun inilah yang harus diejawantahkan dalam kegiatan dan budaya membaca kita setiap hari. Perwujudan rumus al-qalam dan tabayyun dalam konteks budaya membaca era digital ini tertuang menjadi dua langkah progresif yaitu literasi media dan literasi digital. Literasi media merupakan keahlian dalam membuat suatu informasi, sedangkan literasi digital adalah keahlian dalam mendapatkan informasi-informasi yang autentik.
Akhir-akhir ini bahkan banyak orang yang menggunakan media sosial baik melalui Whatsapp, Instagram, Facebook dan lain sebagainya dengan tidak menggunakan langkah progresif yang disebutkan di atas. Minimnya pemahaman dan penerapan masyarakat akan suatu literasi media dan literasi digital, maka isu-isu dan berita-berita yang belum diketahui kebenarannya tersebar secara massif dan membudaya bagi banyak pengguna sosial media.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam mensikapi era disrupsi ini, kaum milenial seharusnya mengedepankan langkah literasi media dan literasi digital yang berprinsip pada al-qalam dan tabayyun dengan tujuan agar kualitas membaca yang diajarkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dapat diraih dan berakhir pada tingkat kemuliaan seseorang. Kemuliaan seseorang juga dapat ditentukan melalui kualitas membacanya sehingga menjadikannya sebagai orang yang bijak dalam mengolah informasi-informasi agar bermanfaat bagi semua orang.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Kedua
اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِميْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ والْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, S.Pd.I., M.Pd.I.
Dosen PAI Universitas Muhammadiyah Gresik & Anggota Majelis Tabligh PDM Gresik