Yogyakarta, Suara Muhammadiyah-Pada kamis malam 28 November 2019 Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY bersama MPR RI mengadakan sosisalisasi terkait 4 pilar MPR RI (Pancasila, Undang – undang NKRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Ketetapan MPR RI) yang di laksanakan di aula gedung DPD RI DIY kemudian di hadiri oleh seluruh organisasi otonom Muhammadiyah dan beberapa dari masyarakat jogja.
Dalam agenda sosialisasi 4 pilar ini ada 2 narasumber yaitu ayahanda Drs M.Afnan Hadikusumo (anggota MPR RI) dan ayahanda Ir. Ahmad Syauqi Suratno, M.M acara sosialisasi 4 Pilar ini di awali oleh ayahanda Drs. M.Afnan Hadikusumo memamparkan beberapa hal terkait jiwa seorang pemuda harus bisa mandiri agar tidak mudah di kendalikan oleh orang lain, seperi KH Ahmad Dalan itu mandiri seperti saat mendirikan Muhammadiyah yang tidak minta kesana kemari bahkan sampai suatu saat membunyikan kentongan di daerah kauman untuk menjual isi rumahnya untuk keberlangsungan Muhammadiyah. Kemudian jiwa seorang pemuda harus memiliki jiwa yang ikhlas yaitu jiwa untuk memberikan / mengorbankan segala sesuatu untuk kemajuan indonesia. Jiwa seorang pemuda yang selanjutnya adalah dengan membangun literasi, tetapi bukan hanya sekedara membaca saja, harus bisa di praktekan agar tidak percuma, seperti membaca buku bisnis yang harus bisa memperaktekan bisnis.
Kemudian ayahanda berpesan kepada seluruh organisasi otonom Muhammadiyah baik PW PM, Nasiyah, IMM, TS dll agar bisa menginfakan sebagian hartanya untuk persyarikatan baik dalam keadaan lapang maupun sempit, kemudian meminta sabar dalam menghadapi tantangan di persyarikatan, kemudain yang terakhir adalah sikap memaafkan sesama.
Selanjutnya ayanda Ir. Ahmad Syauqi Suratno, M.M memberikan materinya, mengintakan untuk para pemuda untuk bisa memiliki semangat spiritualis itulah yang menjadikan pancasila sila pertama “Ketuhanan yang maha Esa”. Maka dalam menerapkan seperti ekonomi maka Muhammadiyah sendiri sudah menganut semangat spirtualitas itu sendiri seperti untuk menggaji tenaga kesehatan, membangun sekolah, menggaji guru dan lain sebagainya sehingga potongan gaji berapa persen untuk persyarikatanpun akan tetap benilai pahala, bahkan bangsa kita sebelum merdekapun selalu merapat ke langgar bahkan ketika mau perangpun merapatnya ke langgar terlebih dahulu. Hal yang selanjutnya setelah semangat sepiritualitas adalah semangat untuk memperbaiki dan menguasai budaya, sosial dan ekonomi. Terakhir Ayahanda Syauqi mengatakan bahwa nasionalisme adalah dalam konteks bentuk berjuang untuk melakukan yang terbaik untuk indonesia. (Norman Nur Alafatul Akhda)