Oleh : Farhan Aji Dharma
Assalaamu’alaikum Wr Wb
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!
Sungguh besar nikmat dan karunia yang Allah Swt. berikan kepada kita sebagai makhluq-Nya. Pantang bagi kita untuk tidak mensyukurinya. Maka marilah kita senantiasa menanamkan rasa syukur ke dalam sanubari. Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur sehingga Allah Swt. terus menambah nikmat-Nya. Dan semoga kita terhindar dari sifat kufur nikmat sehingga Allah Swt. menimpakan azab-Nya yang pedih. Na’udzubillah.
Shalawat beriring salam puji-pujian marilah selalu kita haturkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw. Sungguh beruntung orang-orang yang termasuk golongan umat beliau. Salah satunya ialah orang-orang yang senantiasa mengirimkan shalawat kepadanya sekaligus menjadikan beliau sebagai tauladan utama dalam hidup. Semoga kita dapat meneladani sifat-sifat mulia beliau. Aamiin.
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!
Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Sebagaimana yang telah ditegaskan-Nya dalam Surat At-Tiin:
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤
“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk.” (Q.S At-Tiin: 4)
Jika dibandingkan dengan makhluq lain, secara lahiriyah manusia memang nampak sempurna penciptaannya. Namun bila tolok ukur yang digunakan adalah lahiriyah belaka, maka kita dapat menjumpai bahwa tidak semua manusia diciptakan sempurna oleh Allah Swt. Kita mengenal istilah difabilitas atau kemampuan berbeda yang dimiliki oleh saudara-saudara di sekitar kita. Seperti tuna wicara, tuna rungu, tuna netra, atau perbedaan fisik yang lain. Secara fisik, mereka memang tidak sempurna. Akan tetapi sungguh ketidaksempurnaan itu tidak lantas menjauhkan mereka dari kesempatan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya.
Sungguh, kesempurnaan itu terletak di hati dan akal kita dalam melihat, mendengar dan memahami ayat-ayat Allah Swt baik yang tertulis dalam al-Qur’an (qauliyah) maupun yang tersaji di sekitar kita (kauniyah). Dalam al-Qur’an, Allah Swt. dengan terang menegaskan bahwa kesempurnaan lahir bukanlah menjadi standar sempurnanya manusia. Melainkan sempurnanya hati, mata, dan telinga untuk menangkap kebesaran Allah Swt.
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”(Q.S Al-A’raf: 179)
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!
Terdapat kisah luar biasa yang dapat kita ambil pelajaran. Suatu hari Rasulullah kedatangan seorang tamu yang mempunyai kekurangan dalam penglihatan atau jamak kita sebut tuna netra. Rasulullah menyambut tamu tersebut dengan wajah yang musam sebab pada waktu yang bersamaan Rasulullah sedang bercakap dengan pembesar-pembesar Quraisy. Maka Allah Swt seketika menegur Rasulullah yang dapat kita lihat dalam Surah ‘Abasa ayat 1-4.
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ أَن جَاءَهُ ٱلْأَعْمَىٰ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُۥ يَزَّكَّىٰ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكْرَىٰ
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta padanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari dosa? Atau dia ingin mendapatkan pelajaran lalu kemudian pelajaran itu bermanfaat baginya?”
Sahabat Rasulullah itu bernama Abdullah bin Umi Maktum yang kelak menjadi Muadzin kebanggaan Rasulullah di samping Bilal bin Rabah. Kisah di atas sangatlah menarik untuk kita serap nilai dan pelajarannya. Betapapun seseorang yang kekurangan fisik, harus tetap kita hargai sebagaimana manusia pada umumnya. Bahkan dalam ekspresi wajah sekalipun meskipun saudara kita tidak dapat melihat wajah bahagia kita ketika menyambutnya. Hal ini menunjukkan bahwa betapapun mereka, mereka tetap manusia sebagaimana umumnya dan tiadalah berbeda dengan kita di hadapan Allah Swt. Terlebih, betapapun kekurangan mereka, mereka tetaplah saudara kita yang wajib kita sayangi dan cintai sebagaimana saudara kita yang lain.
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa yang dapat membedakan manusia satu dengan manusia lain hanyalah iman dan taqwanya kepada Allah Swt.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ…
“Sungguh yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa kepada Allah” (Q.S Al-Hujurat: 13)
Dalam kasus di atas, kita juga disuguhkan kisah yang mecerminkan betapa mulianya sikap Rasulullah terhadap saudaranya yang memiliki kekurangan meskipun bukanlah seorang Muslim. Beliau mempunyai kebiasaan menyuapi seorang miskin buta Yahudi. Di hadapan beliau, orang tersebut bercerita bahwa di wilayahnya terdapat seorang bernama Muhammad dan mencegah siapapun untuk mendekatinya. Namun Rasulullah tidak bergeming. Sampailah Rasulullah wafat dan ketika menyadari bahwa orang yang setia memberinya makan adalah Muhammad, si fakir tadi kemudian bersyahadat. Subhanallah.
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!
Kita perlu mencermati realitas di sekitar. Bahwa saudara-saudara difabel masih cukup sulit mendapatkan akses kehidupan yang layak. Minimnya akses tersebut terkadang menghambat mereka untuk mendapatkan haknya. Kita patut bersyukur, banyak lembaga-lembaga pendidikan di berbagai tingkat telah menyediakan sarana bagi mereka untuk memperoleh pendidikan. Namun dalam wilayah yang lain, sarana-sarana bagi mereka kurang mendapat perhatian.
Sebutlah di tempat ibadah. Jarang kita jumpai masjid-masjid yang memberikan fasilitas yang memadai bagi saudara-saudara difabel untuk dapat beribadah dengan nyaman. Hal ini semoga dapat menjadi perhatian dan menumbuhkan kesadaran. Terutama bagi saudara yang diberi amanah untuk membuat kebijakan, buatlah kebijakan yang dapat memperbaiki keterbatasan sarana bagi saudara-saudara difabel agar mereka dapat merasakan kehidupan yang semestinya tanpa merasakan kesulitan. Semoga Allah Swt membalas kebaikan saudara dengan berlipat-lipat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Jamaah Jum’at rakhimakumullah!
Marilah kita berdoa kepada Allah Swt agar kita dapat istiqamah melakukan kebaikan terutama sekali kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan. Sebagai kesimpulan khutbah ini, marilah kita tanam di dalam hati bahwa sebaik-baik dan se-sempurnanya lahiriyah manusia, hanyalah keimanannya kepada Allah Swt dan kebermanfaatannya kepada manusia dan makhluq lain yang dapat menentukan kemuliannya di hadapan Allah Swt.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
Penulis adalah Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Sleman