Oleh : Yunahar Ilyas
Ratu Balqis selalu mati langkah di hadapan Nabi Sulaiman. Pertama dia membujuk Sulaiman dengan hadiah, tetapi ditolak Sulaiman mentah-mentah. Kedua, sesampainya di istana Sulaiman, singgasananya sudah lebih dahulu berada di sana. Ratu Balqis tentu tidak akan bisa melakukannya. Ketiga, lantai istana Sulaiman dikiranya kolam berisi air, ternyata kolam air itu ditutupi lantai kristal yang bening. Lebih memalukan lagi, Ratu mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan.
Semua peristiwa yang dialaminya beruntun tersebut menyebabkan Ratu bertambah yakin bahwa Sulaiman bukanlah hanya seorang Raja semata, tapi juga seorang Nabi utusan Allah SWT, maka segera dia menyatakan keimanannya. Ratu menyatakan beriman kepada Allah Tuhan Semesta Alam bersama Sulaiman.
Tidak dijelaskan lagi lebih lanjut dalam Al-Qur’an apa yang terjadi setelah Ratu Balqis menyatakan beriman dengan Allah Tuhan semesta alam. Kemungkinan Nabi Sulaiman AS menikahinya. Menurut Tsa’labi, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir dalam Qashash al-Anbiyâ’ (hlm. 327), setelah menikahinya, Sulaiman mengembalikannya sebagai Ratu di Yaman. Sulaiman mengunjunginya sekali sebulan, dan setiap kali datang Sulaiman tinggal bersama Ratu tiga hari. Raja Sulaiman membangun tiga istana di Yaman yaitu Istana Ghamdan, Salihin dan Baitun. Wallahu a’lam.
Sulaiman dan Kuda-kuda
Allah SWT memuji Sulaiman sebagai sebaik-baik hamba dan seorang yang selalu kembali kepada Allah SWT (awwâb). Salah satu kebaikan Sulaiman adalah kesenangannya kepada kuda-kuda yang dilatih untuk kenderaan perang. Allah SWT berfirman:
وَوَهَبۡنَا لِدَاوُۥدَ سُلَيۡمَٰنَۚ نِعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ ٣٠ إِذۡ عُرِضَ عَلَيۡهِ بِٱلۡعَشِيِّ ٱلصَّٰفِنَٰتُ ٱلۡجِيَادُ ٣١ فَقَالَ إِنِّيٓ أَحۡبَبۡتُ حُبَّ ٱلۡخَيۡرِ عَن ذِكۡرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتۡ بِٱلۡحِجَابِ ٣٢ رُدُّوهَا عَلَيَّۖ فَطَفِقَ مَسۡحَۢا بِٱلسُّوقِ وَٱلۡأَعۡنَاقِ ٣٣
“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. Maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. lalu ia mengusap kaki dan leher kuda itu.” (Q.S. Shad: 30-33)
Sebagai sebuah kerajaaan besar, Sulaiman memiliki pasukan yang besar dan oleh sebab itu memerlukan kuda-kuda untuk kenderaan perang. Konon kuda-kuda perang milik Nabi Sulaiman mencapai jumlah 40.000 ekor. Kuda-kuda itu adalah kuda yang dapat berdiri dengan tenang sambil menekuk sebelah kaki dan meletakkan ujung kaki yang ditekuk itu di atas tanah (ash-shafinat) dan kalau berlari dapat berlari dengan kencang (al-jiyâd).
Sore-sore hari kuda-kuda itu sering ditampilkan di hadapan Sulaiman memperlihatkan ketenangan dan ketangkasannya, kadang-kadang sampai matahari terbenam. Nabi Sulaiman sangat menyenanginya. Begitu senangnya tidak jarang Nabi Sulaiman menyuruh bawa kembali kuda-kuda itu kehadapannya, lalu mengusap kaki dan leher kuda tersebut. Begitulah ungkapan kasih sayang dari seorang manusia kepada binatang piaraan.
Tidak semua mufassir sepakat dengan penafsiran di atas. Ada juga yang menafsirkan berbeda. Nabi Sulaiman, karena sangat asyiknya dengan kuda-kuda kesayangannya itu sampai lalai mengingat Allah SWT. Ada yang mengatakan lalai mengerjakan shalat Ashar sehingga masuk waktu Maghrib, lalu beliau memerintahkan untuk menyembelih kuda-kuda tersebut. Kalimat mengusap kaki dan lehernya diartinya sebagai kalimat metaforik yang berarti menyembelih kuda-kuda itu karena telah menjadi sebab lalainya Sulaiman dari mengingat Allah SWT. Ada juga yang mengkompromikan dua penafsiran itu dengan menyatakan Sulaiman mengusap kaki dan leher tanda sayang lalu kemudian mewakafkan kuda-kuda itu untuk kepentingan perjuangan pada jalan Allah SWT (Tafsir Al-Mishbah 12: 140-141).
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar (XXIII: 224) menolak pendapat yang menyatakan Sulaiman menyembelih kuda-kuda tersebut. Hamka tidak menafsirkan Sulaiman lalai dari mengingat Allah, apalagi lalai dari shalat Ashar karena asyik dengan kuda-kudanya. Di zaman Nabi Sulaiman belum ada syariat shalat Ashar dan Maghrib seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW. Tidak mungkin Sulaiman menyembelih kuda-kuda yang tidak bersalah tersebut, apalagi kuda-kuda itu sangat diperlukan untuk kenderaan perang.
Satu Ujian untuk Sulaiman
Di samping diberi bermacam nikmat yang luar biasa, Sulaiman juga diberi ujian. Salah satu ujiannya adalah dilemparkan ke atas kursinya satu tubuh manusia. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدۡ فَتَنَّا سُلَيۡمَٰنَ وَأَلۡقَيۡنَا عَلَىٰ كُرۡسِيِّهِۦ جَسَدٗا ثُمَّ أَنَابَ ٣٤
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami campakkan atas kursinya satu tubuh kemudian kemudian ia bertaubat.” (Q.S. Shad 38: 34)
Jasad apa yang dimaksud oleh ayat tersebut? Para ulama berbeda-beda dalam menafsirkan ayat tersebut. Ada yang menafsirkan bahwa pada suatu malam Nabi Sulaiman menyatakan bahwa malam itu dia akan berkeliling mendatangi isteri-isterinya, masing-masing isterinya nanti akan melahirkan seorang penunggang kuda yang berjuang pada jalan Allah, tapi Sulaiman tidak membaca insya Allah. Setelah beliau mengunjungi semuanya, ternyata nanti tidak ada yang hamil kecuali hanya seorang isteri yang kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki terbelah. Bayi laki-laki itulah yang dimaksud dengan jasad yang dilemparkan ke kursinya tersebut.
Yang lain menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan jasad adalah patung bapak dari salah satu isteri Nabi Sulaiman. Isteri beliau tersebut menangis terus menerus mengenang bapaknya yang sudah meninggal dunia, maka untuk menghibur isterinya tersebut, maka dibuatkanlah patung bapaknya sehingga tiap pagi dan sorenya isterinya terhibur dengan melihat patung bapaknya tersebut. Patung itulah yang dimaksud dicampakkan ke atas kursi Sulaiman, artinya diletakkan di istananya.
Ada juga yang menafsirkan bahwa jasad itu adalah Sulaiman sendiri, tatkala dia menderita sakit yang cukup parah. Seolah-olah ayat itu menyatakan Sulaiman yang sakit itu seperti jasad tanpa ruh di atas singgasananya. (Tafsir Al-Mishbah 12: 142).
Apapun tafsirnya, yang jelas Nabi Sulaiman memohon ampun kepada Allah SWT dan sekaligus memohon kepada Allah SWT agar diberi kerajaan yang tidak diberikan kepada siapapun sesudahnya. Allah SWT berfirman:
قَالَ رَبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَهَبۡ لِي مُلۡكٗا لَّا يَنۢبَغِي لِأَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ ٣٥
“Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”. (Q. S. Shad 38:35)
Allah SWT mengabulkan permintaan Sulaiman, sehingga beliau diberi kekuasaan yang tidak diberikan kepada siapapun selain beliau. (bersambung)