Oleh : Yunahar Ilya
Nama Nabi Ilyasa’ ‘alaihi as-salam disebut dalam Al-Qur’an 2 kali, pertama pada Surat Al-An’am 86, dan kedua Surat Shad ayat 48. Kita kutip pertama kali Surat Al-An’am 86 sekalian dengan ayat 87. Allah SWT berfirman:
وَإِسۡمَٰعِيلَ وَٱلۡيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطٗاۚ وَكُلّٗا فَضَّلۡنَا عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ ٨٦ وَمِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡ وَإِخۡوَٰنِهِمۡۖ وَٱجۡتَبَيۡنَٰهُمۡ وَهَدَيۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٨٧
“Dan Ismail, Ilyasa’, Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya). Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan dan saudara-saudara mereka. dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. “ (Q.S. Al-An’am 86-87)
Dalam ayat 86 di atas disebutkan empat orang Nabi yaitu Ismai’il, Ilyasa’, Yunus dan Luth. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang dilebihkan oleh Allah SWT derajat mereka di atas umat pada masanya. Penyebutan empat nama Nabi pada ayat ini memang tidak urut secara kronologis. Nabi Luth disebut pada urutan keempat padahal dia lebih dahulu dari Isma’il, karena Luth sudah diangkat sebagai Nabi sebelum Isma’il lahir. Luth juga lebih dulu daripada Ilyasa’ dan Yunus.
Pada ayat selanjutnya yaitu ayat 87 Allah SWT menyatakan juga melebihkan derajat di antara bapak-bapak mereka (seperti Ibrahim bapak dari Isma’il), keturunan mereka (Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Isma’il), dan juga derajat sebagian dari saudara-saudara mereka (Ishaq adalah saudara Isma’il). Mereka semua dipilih oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul dan ditunjukkan kepada mereka jalan yang lurus.
Untuk yang kedua kali nama Ilyasa’ disebut dalam Surat Shad ayat 48. Kita kutip sekalian dengan ayat 49. Allah SWT berfirman:
وَٱذۡكُرۡ إِسۡمَٰعِيلَ وَٱلۡيَسَعَ وَذَا ٱلۡكِفۡلِۖ وَكُلّٞ مِّنَ ٱلۡأَخۡيَارِ ٤٨ هَٰذَا ذِكۡرٞۚ وَإِنَّ لِلۡمُتَّقِينَ لَحُسۡنَ مََٔابٖ ٤٩
“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. semuanya termasuk orang-orang yang paling baik . Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik” (Q.S. Shad 38: 48-49)
Kalau pada ayat sebelumnya setelah Ilyasa’ disebut Yunus dan Luth maka pada ayat ini setelah Ilyasa’ disebut Nabi Zulkifli. Ketiga-tiganya adalah orang-orang pilihan, artinya semuanya adalah Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT. Nama mereka disebut sebagai sebuah kehormatan, penghargaan, dan sebagaimana Nabi-Nabi dan Rasul lainnya, nama mereka nanti akan tetap menjadi buah bibir umat manusia sepanjang masa sebagai pejuang yang meluruskan penyimpangan, terutama penyimpangan dari tauhidullah SWT dan membimbing mereka ke jalan yang benar.
Seperti halnya Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa’ AS juga diutus di Baa’labak atau Ba’alabek (Heliopolis, kota matahari), Lebanon dan juga meninggal di sana (Athlas Al-Qur’an hal. 86).
Menurut Ibn Sa’ad, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Washfi dalam Târîkh al-Anbiyâ’ wa ar-Rusul wa al-Irtibâth az-Zamani wa al-‘Aqâaidi (hlm. 259), Ilyasa’ diutus setelah Ilyas. Lengkapnya beliau adalah Ilyasa’ ibn ‘Uza ibn Nastalakh ibn Afraim ibn Yusuf ibn Ya’qub ibn Ishaq.
Pada urutan huruf “ya” dalam buku sejarahnya, Al Hafidz Abu Qasim bin Asakir, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir dalam Kisah Para Nabi (hlm. 524) menyebutkan, “Ilyasa” adalah Al Asbath bin Adi bin Syautlim bin Afraim bin Yusuf bin Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim alaihissalam. Ada juga yang menyebutkan, Ilyasa’ adalah putera paman Ilyas. Ada juga yang menceritakan, ia dulu pernah bersembunyi bersama Ilyas di gunung Qasiyun dari raja Ba’albak. Setelah Ilyas meninggal dunia, maka posisinya digantikan oleh Ilyasa’.
Ada juga yang menyatakan bahwa Ilyasa’ adalah puteranya Akhthub ibn ash-Shakhuz. Banyak versi tentang nasab Ilyasa’ ditingkat bapak dan kakeknya seperti terlihat dalam kutipan sebelumnya. Satu versi bapaknya adalah ‘Uza ibn Nastalakh.Versi lain bapaknya adalah Adi bin Syautlim. Ada juga yang menyebut bapaknya adalah Akhthub ibn ash-Shakhuz. Tetapi di atas kakeknya semua sepakat menyebutkan Afraim ibn Yusuf ibn Ya’qub ibn Ishaq. Jadi jelas Nabi Ilyasa’ adalah keturunan Bani Israil (putera-putera Ya’qub) dan diutus kepada Bani Israil juga.
Dalam versi Al-Kitab, Ilyasa’ (885-795 SM) ditulis juga Elisa dan Eliseus. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 830 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Ia wafat di Palestina.
Ilyasa’ adalah anak angkat dari Ilyas. Tatkala Ilyas dikejar-kejar oleh kaumnya yang durhaka, beliau bersembunyi di rumah Ilyasa’ yang waktu itu masih belia dan sedang sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh mereka bersahabat dan Ilyasa’ selalu mendampingi Ilyas menyeru kaumnya kepada kebaikan.Setelah Ilyas meninggal dunia, Ilyasa’ meneruskan tugasnya sebagai Nabi menyeru kaumnya kepada penyembahan Allah SWT semata dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apa pun.
Nabi Ilyasa’ diutus setelah Ilyas, oleh sebab itu beliau meneruskan misi Nabi Ilyas AS yaitu menyeru kaumnya untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apapun. Tentu Nabi Ilyasa’ mengingatkan mereka tentang Hari Akhir, tentang Sorga dan Neraka. Sebagaimana Nabi2 sebelum dan sesudah beliau semuanya mengingatkan akan azab Allah di Hari Akhir yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka dan juga tidak lupa menjanjikan sorga dengan segala kenikmatannya kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan tentu juga Nabi Ilyasa’ dibekali oleh Allah SWT dalam perjuangannya dengan mukjizat-mukjizat untuk membuktikan kenabiannya. Dari segi syari’at Nabi Ilyasa’, sebagaimana Nabi Ilyas meneruskan syariat yang dibawa oleh Nabi Musa AS dalam Kitab Taurat.
Al-Qur’an sedikit sekali bercerita tentang Nabi Ilyasa’, nama beliau hanya disebut dua kali seperti sudah dikutip di awal tulisan ini. Sekian.