Kunming, Suara Muhammadiyah – Hampir satu bulan berlalu semenjak dunia diguncang oleh kemunculan virus misterius yang kemudian diketahui sebagai Virus Corona atau belakangan diidentifikasi sebagai 2019-nCov. Saat ini pemerintah China telah melakukan upaya di antaranya menutup akses masuk da keluar di 14 kota di Provinsi Hubei. Upaya ini dilakukan guna menghambat penyebaran virus yang hingga saat ini diketahui melalui peta realtime penyebaran Corona Virus milik John Hopkins University https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6, kurang lebih telah menjangkit 7.783 orang dari 20 negara di seluruh dunia. Di antaranya 170 dinyatakan meninggal dan 133 telah sembuh.
Dalam sebuah pernyataan pers, Dosen Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Adhita Sri Prabakusuma mengabarkan kondisi terkini terkait keberadaan Virus Corona ini. Dirinya mengabarkan bahwa di Wuhan sendiri ada 3 mahasiswa doktoral UAD yang sedang menempuh studi di kota tersebut. Namun ketiganya dikabarkan sudah bertolak ke Indonesia bersama 8 mahasiswa doktoral lainnya dari UAD yang sedang mengambil studi di kota Nanjing, Shanghai, juga Harbin. Dirinya sendiri merupakan satu-satunya dosen UAD yang masih berdiam di Kunming.
“Sejauh ini, telah terkonfirmasi ada 132 pasien yang terinfensi virus Corona di Chongqing dan 26 pasien di Yunnan,” terangnya dalam pernyataan pers yang didapatkan Suara Muhammadiyah Kamis (30/1) pagi.
Menurut mahasiswa yang sedang memepuh Doktoral di Yunnan Agricutural University ini, pemerintah China juga telah melakukan sejumlah langkah untuk sigap menangani penyebaran virus tersebut dari kampus-kampus hingga upaya pendirian RS yang khusus menangani pasien yang terjangkit virus tersebut.
“Pemerintah juga berupaya keras mendirikan RS Khusus dengan kapasitas 1.000 orang dalam waktu 6 hari, membersihkan lokasi-lokasi yang dinilai menjadi pusat penyebaran virus, dan memformulasi antivirus yang tepat.”
Hingga saat ini menurutnya, belum ada kabar yang menyatakan keberadaan mahasiswa Indonesia yang terjangkit virus tersebut. Dirinya berpesan agar mahasiswa yang tetap bertahan di China maupun masyarakat di Indonesia untuk tetap tenang dan lebih bijak dalam menerima serta menyebarkan konten-konten mengenai kondisi yang ada China ini.
“Bantuan moral dan spiritual sangat diperlukan untuk mendukung WNI yang tengah bertahan di China,” tandasnya. (Th)