Mengemis Bukan Budaya Islam

Mengemis Bukan Budaya Islam

Oleh : Safwannur

Assalaamu’alaikum Wr Wb

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Setiap individu yang diberi kesempatan hidup di atas permukaan bumi ini  memiliki keharusan untuk berikhtiar mencari rezeki yang halal bagi diri dan keluarganya, agar supaya mendapatkan keberkahan dan bernilai ibadah dari rezeki yang diusahakan itu. Setiap makhluk yang Allah ciptakan tentu beriringan dengan jatah rezekinya. Bukan kah hewan yang tak berakal saja mendapatkan porsi rezeki dari sang pencipta? Apalagi manusia sebagai makhluk istimewa yang tercipta dengan segala kesempurnaan yang disebut dalam al-Qur’an  fi ahsani taqwim, tentu lebih kreatif dibandingkan makhluk lain dalam hal mengelola alam ini dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (هود: ٦)

“Dan tidak ada suatu bintangan melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.” (Q.S. Hud [11]:6)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sifat malas yang kadung bercokol pada diri sebagian manusia menyebabkannya ingin memperoleh rezeki dengan cara instan tanpa perlu bekerja keras. Tak peduli walaupun cara itu merendahkan harga dirinya sendiri sebagai individu yang memiliki kehormatan. Kaum pemalas itu pada akhirnya memilih berprofesi sebagai pengemis yang berkeliaran di jalan, mengiba uluran tangan dari para pengguna jalan, padahal kondisi fisiknya sehat, anggota tubuhnya sempurna tanpa ada cacat sedikitpun.

Tak jarang kita saksikan di tayangan televisi, ketika Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merazia gelandangan pengemis (gepeng) di jalanan, justru para petugas mendapati uang dalam jumlah banyak terkumpul dalam kantong masing-masing pengemis itu. Ironisnya, bahkan ada yang memiliki rumah megah dan kendaraan mewah. Pakaian lusuh yang dikenakan saat beraksi di jalan hanyalah kamuflase untuk menarik simpati orang lain agar merasa iba kepadanya. Lebih parah lagi, ada yang berpura-pura cacat dan rela berpanas-panasan di bawah terik matahari demi mendapatkan penghasilan instan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Rasulullah melarang umatnya untuk berpangku tangan. Beliau justru memotivasi untuk meningkatkan etos kerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Orang yang rajin bekerja, sekecil apapun penghasilan yang diperolehnya,  meskipun pekerjaannya dipandang hina di hadapan manusia, itu jauh lebih mulia dibandingkan dengan peminta-peminta yang menggadaikan harga dirinya demi pundi-pundi rupiah. Rasulullah bersabda:

عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلًا فَيَأْتِيَ الْجَبَلَ فَيَجِيءُ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَسْتَغْنِيَ بِهَا، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ (رواه البخاري)

Dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari kakeknya berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik mereka memberinya atau tidak.(H.R. al-Bukhari)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Makanan terbaik yang dimakan oleh seorang hamba dan diberikan kepada keluarganya adalah yang diperoleh dengan cucuran keringatnya sendiri. Dia akan mendapat keberkahan dari kerja kerasnya itu. Para nabi utusan Allah, tak serta merta mendapatkan makanan dari langit setiap harinya tanpa perlu berusaha mencari penghidupan. Di samping tugasnya menyampaikan risalah kepada umatnya, para nabi juga bekerja sesuai dengan keahliannya.

Kita bisa belajar dari nabi Daud yang dikenal sebagai seorang raja Bani Israil. Sebagai raja, tentu beliau memiliki pelayan yang siap melayani apapun kebutuhan nya. Kondisi nyaman itu, tak lantas membuat beliau hanya duduk santai di atas singgasana, sambil memberi perintah kepada para pengawalnya. Tapi beliau tetap bekerja dengan keahlian yang Allah berikan, yaitu kemampuan untuk melembutkan besi dengan tangan kosong tanpa perlu ditempa, sebagaimana pandai besi pada umumnya. Rasulullah bersabda:

عَنِ المِقْدَامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخاري)

Dari Miqdam ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidaklah seorang hamba memakan makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri, dan sungguh Nabi Daud ‘Alaihissalam makan dari hasil usahanya sendiri.” (H.R. al-Bukhari)

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ،  إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار


Safwannur, S.Pd.I Alumnus Ponpes Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta.

 

Exit mobile version