Oleh : Yunahar Ilyas
Nama Nabi Zakariya ‘alaihi as-salâm disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 7 kali. Pertama pada Surat Ali Imran ayat 37 disebut dua kali dan pada ayat 38 disebut satu kali. Kedua pada surat Al-An’am ayat 85. Ketiga pada surat Maryam ayat 2 dan 7. Keempat disebut pada Surat Al-Anbiya’ ayat 89. Tiga dari empat surat tersebut makkiyah, yaitu Al-An’am,Maryam dan Al-Anbiya’ dan satu madaniyah yaitu Surat Ali Imran.
Zakariya adalah putera Azan ibn Burkiya. Zakariya dan ‘Imran ibn Matan bin Ya’aqim sama-sama keturunan Nabi Daud dari jalur Yahuda ibn Ya’qub. Mereka berdua hidup sezaman. Zakariya menikah dengan ‘Isya’ binti ‘Imran.’Isya’ adalah saudara perempuan dari Maryam puteri Imran. Ibunya Maryam, isteri ‘Imran bernama Hanah. Dari segi hubungan keluarga, Maryam ibunya Nabi ‘Isa adalah adik ipar dari Zakariya. Zakariya nanti punya putera Yahya, dan Maryam punya putera ‘Isa. Berarti Ibunya Nabi Yahya adalah bibi dari Nabi ‘Isa, sementara ibunya Nabi ‘Isa adalah bibi dari Nabi Yahya. Yahya dan ‘Isa saudara satu nenek dari pihak ibu yaitu sama-sama cucu dari Hanah. (Târîkh al-Anbiyâ’ wa ar-Rusul, hal. 272)
Ada juga yang berpendapat Isteri Zakariya, ‘Isya’ bukan kakak dari Maryam, tapi bibinya, karena ‘Isya’ adalah saudara perempuan dari Hanah isterinya ‘Imran. Dalam versi ini Maryam bukanlah adik ipar dari Zakariya tapi kemenakan isterinya. Dalam versi ini juga tentu Maryam bukanlah bibi dari Yahya putera Zakariya tapi sepupu, dan ‘Isa putera Maryam adalah kemenakan dari Yahya bukan sepupu. (Târîkh al-Anbiyâ’ wa ar-Rusul, hal. 273)
Kalau dilihat dari segi jarak umur antara isteri Zakariya dengan Maryam yang terlalu jauh maka pendapat kedua, yang menyatakan bahwa Maryam adalah kemenakan dari Zakariya lebih dapat diterima daripada pendapat pertama yang menyatakan Maryam adalah adik ipar dari Zakariya. Bukankah waktu mengasuh Maryam, Zakariya sudah tua dan isterinya juga sudah tua seperti dapat dipahami dari firman Allah dalam Surat Maryam ayat 2-7.
Zakariyah Mengasuh Maryam
Kisah tentang Zakariya kita mulai dari nazar isterinya ‘Imran, Hanah. Allah SWT berfirman:
إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ٣٥ فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ ٣٦
“(ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
“Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (Q.S. Ali Imran 3: 35-36)
‘Imran adalah seorang laki-laki saleh dari Bani Israil. Namanya sama dengan nama bapak dari Nabi Musa AS. Jarak antara keduanya lebih kurang 1800 tahun. ‘Imran mempunyai isteri bernama Hanah, seorang perempuan yang salehah. Tatkala Hanah hamil, dia bernazar, anaknya nanti akan diserahkan untuk mengabdi di Baitul Maqdis, menjadi salah seorang penyelenggara tempat suci tersebut. Hanah memohon kepada Allah SWT agar persembahannya itu dapat diterima. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Sebagaimana biasanya para penyelenggara Baitul Maqdis adalah kaum laki-laki. Tentu saja dalam harapan Hanah, isteri ‘Imran ini, yang akan lahir nanti adalah anak laki-laki. Ternyata yang lahir anak perempuan. Dia beri nama Maryam. Dengan tulus dia menyatakan kepada Allah SWT: ““Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan”.Tanpa diberitahu pun, Allah SWT tentu sudah tahu bahwa anak yang dia lahirkan adalah perempuan. Dan perempuan memang tidak sama dengan laki-laki. Kelirulah kalau ada yang punya pikiran bahwa anak laki-laki dan perempuan sama saja. Memang sama-sama manusia dan sama-sama hamba Allah, tetapi secara fisik, fisiologis dan psikologis tentu tidak sama antara anak laki-laki dan anak perempuan. Itu sebabnya dalam beberapa hal ada perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan.
Walau pun yang lahir anak perempuan, tekad Hanah tidak berobah, dia tetap mempersembahkan puterinya tersebut untuk mengabdi di Baitul Maqdis. Hanah berdo’a agar puterinya dan anak keturunannya nanti dilindungi oleh Allah SWT dari godaan syaithan yang terkutuk.
Setelah Maryam bisa pisah dari ibunya, maka diserahkanlah gadis kecil tersebut kepada penyelenggara Baitul Maqdis. Para penyelenggara Baitul Maqdis banyak yang berminat mengasuh Maryam, lalu diadakanlah undian siapa yang dapat hak mengasuhnya. Allah SWT berfirman:
ذَٰلِكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلۡغَيۡبِ نُوحِيهِ إِلَيۡكَۚ وَمَا كُنتَ لَدَيۡهِمۡ إِذۡ يُلۡقُونَ أَقۡلَٰمَهُمۡ أَيُّهُمۡ يَكۡفُلُ مَرۡيَمَ وَمَا كُنتَ لَدَيۡهِمۡ إِذۡ يَخۡتَصِمُونَ ٤٤
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.” (Q.S. Ali Imran 3: 44)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa para penyelenggara Baitul Maqdis rebutan untuk dapat mengasuh Maryam, sehingga akhirnya diadakan undian untuk menentukan siapa yang diberi tugas mengasuhnya. Walaupun dalam ayat ini tidak dijelaskan siapa yang memenangkan undian tersebut, tetapi dari ayat sebelumnya, yaitu ayat 37 kita tahu bahwa yang mengasuh adalah Zakariya, suami dari bibinya sendiri. Artinya undian itu dimenangkan oleh Zakariya. Allah SWT berfirman:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٖ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنٗا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّاۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ ٣٧
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Q. S. Ali Imran 3:37).
Nazar Hanah, isteri ‘Imran diterima oleh Allah SWT. Maryam diasuh dan dididik dengan baik di Baitul Maqdis. Nabi Zakariya, mengasuh dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Apalagi Zakariya, walaupun sudah tua, belum dikarunia Allah SWT seorang puterapun. Dia tumpukanlah kasih sayangnya kepada Maryam. Maryam diasuh di tempat khusus di Mihrab. Zakariya lah yang mengantar makan minum dan semua keperluan Maryam di Mihrab tersebut. (bersambung).