Antara Permintaan dan Pengabdian

Judul                : Tuntunan Dzikir & Doa Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah

Penyusun          : Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

Penerbit            : Suara Muhammadiyah

Cetakan           : XVI, Agustus 2017

Tebal, ukuran   : vii + 80 hlm, 12 x 19 cm

ISBN               : 979-97333-6-7

 

Perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat) Rabbnya dan yang tidak berdzikir, bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati,” (HR. Bukhari: 6407; dan Muslim: 779). Hadis populer ini mengisyaratkan tentang pentingnya berdzikir dan berdoa. Jika seseorang senantiasa berdzikir, maka hatinya akan selalu hidup. Sebaliknya, barang siapa yang tidak melazimkan dzikir, maka hatinya akan mati. Dan hati adalah pusat segalanya.

Selain di waktu dan tempat terlarang, zikir dan doa bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, baik dalam hati maupun di lisan. Islam merupakan agama yang memiliki segudang kelengkapan bacaan dzikir dan doa. Di hampir semua bidang kehidupan manusia, dari bangun tidur hingga tidur kembali, terdapat doa dan dzikir yang dianjurkan. Dimulai doa bangun tidur, doa sebelum masuk dan setelah keluar kamar mandi, doa di depan cermin doa memakai baju baru, doa sebelum dan setelah makan, doa naik kenderaan, dan seterusnya.

Doa memiliki makna sebagai permintaan dan sekaligus ibadah. Sebagai permintaan atau permohonan, maka doa harus dipanjatkan dengan setulus-tulusnya. Orang yang meminta harus memosisikan diri serendah-rendahnya, bahkan seraya mengiba, oleh karena derajatnya berada di bawah. Permintaan selalu dalam makna yang lebih rendah pada yang lebih tinggi. Serupa peminta-minta yang datang dengan penuh pengharapan. Al-Baqarah: 186 menginformasikan bahwa Allah akan mengabulkan permintaan doa.

Selain sebagai permintaan, dzikir dan doa memiliki makna lain sebagai ibadah. Nabi Muhammad bersabda, al-du’a mukhkhu al-‘ibadah (doa adalah intisari dari ibadah). Abu Hurairah menyatakan al-du’a huwa al-‘ibadah (doa itu ibadah). Doa sebagai bentuk ibadah penghambaan merupakan wujud keimanan. Hanya orang beriman yang mau berdoa dan merendah di hadapan-Nya, menggantungkan semua perkara pada Yang Maha Kuasa.

Sementara mereka yang tidak beriman, tidak mau berdoa, tidak menyandarkan semua laku kehidupan pada Tuhan. Dirinya berlagak sombong. “Dan Tuhanmu berkata ‘berdoalah kepada-Ku, maka Aku akan kabulkan!’ Sesungguhnya orang-orang yang sombong untuk menyembah-Ku maka mereka akan masuk ke dalam (neraka) jahanam dengan kondisi sangat kecil” (Qs. Al-Mukmin: 60).

Dzikir dan doa juga bermakna sebagai wahana menuju ketenangan jiwa dan hidup yang penuh optimis. Fungsi psikologi yang dirasakan orang beriman. “Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram,” (Qs. Ar-Ra’d: 28). Dalam Al-Jumu’ah ayat 10, dinyatakan bahwa dzikir membuat manusia beruntung. Dan membaca Al-Qur’an adalah dzikir yang paling utama.

Buku ini membahas secara ringkas tentang dzikir dan doa, mencakup pengertian, dasar hukum, keutamaan, manfaat, adab-adabnya, waktu-waktu yang dianjurkan, dan lafal dzikir dan doa, orang yang maqbul doanya, cara Allah mengabulkan doa. Di bagian lain, buku ini menguraikan tentang matan dzikir dan doa sesudah shalat fardhu beserta dalil-dalilnya. Di bagian akhir, menguraikan tentang pujian, shalawat, dan doa. (ribas)

Exit mobile version