Oleh : Yunahar Ilyas
Bagaimana reaksi Zakariya setelah mendapatkan kabar yang sangat menggembirakan dari Allah SWT bahwa beliau akan dianugerahi seorang putera bernama Yahya? Tentu saja Zakariya sangat gembira, yang ditunggu-tunggu dan diharap-harapkan selama ini akan segera menjadi kenyataan. Akan tetapi dia penasaran juga, bagaimana caranya dia bisa mendapatkan anak, padahal isterinya mandul dan dirinya sendiri sudah tua dan lemah. Tanpa bermaksud meragukan janji dan kemampuan Allah SWT, akhirnya Zakariya bertanya. Allah SWT berfirman:
قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا وَقَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡكِبَرِ عِتِيّٗا ٨
“Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”. (Q. S. Maryam 19: 8)
Pertanyaan Zakariya kepada Allah SWT senada dengan pertanyaan Nabi Ibrahim AS kepada Allah tentang bagaimana Allah bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Allah menanyakan kepada Ibrahim, apakah engkau belum percaya? Ibrahim menjawab tentu saja aku telah percaya , tetapi pertanyaan itu kuajukan agar hatiku semakin mantap. Allah SWT berfirman:
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِۧمُ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ
“dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)...” (Q.S. Al-Baqarah 2: 260)
Menjawab pertanyaan Zakariya, Allah SWT menyatakan bahwa hal yang demikian sangat mudah bagi Allah SWT. Yang lebih besar dari itu sudah dilakukan oleh Allah SWT yaitu menciptakan Zakariya dari tiada menjadi ada. Allah SWT berfirman:
قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ شَيۡٔٗا ٩
“Tuhan berfirman: “Demikianlah”. Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, Padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”. (Q. S. Maryam 19: 9)
Zakariya sudah mantap, dia sudah yakin seyakin-yakinnya bahwa dia akan dianugerahi oleh Allah SWT seorang putera, sekalipun dia sudah berusia lanjut dan isterinya juga mandul. Waktu itu Zakariya sudah berumur 120 tahun dan isterinya berumur 98 tahun (Tasir Al-Mishbah 8:157)
Namun demikian, Zakariya mohon kepada Allah SWT agar diberi tanda kapan isterinya akan hamil. Lalu Allah SWT menyatakan tandanya adalah, engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga malam. Allah SWT berfirman:
قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٖ سَوِيّٗا ١٠
“ Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman: “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, Padahal kamu sehat”. (Q. S. Maryam 19: 10 )
Dalam ayat ini disebutkan 3 malam. Tapi dalam ayat lain disebutkan 3 hari. Allah SWT berfirman:
قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزٗاۗ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ ٤١
“Berkata Zakariya: “Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)”. Allah berfirman: “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari”. (Q.S. Ali Imran 3:41)
Dengan dua ayat tersebut berarti Zakariya tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari tiga malam. Tetapi selama tiga hari itu Zakariya tetap diperintahkan untuk berzikir sebanyak-banyaknya, dan bertasbih pada waktu petang dan pagi.
Lalu apakah yang dimaksud Nabi Zakariya tidak boleh berbicara atau puasa bicara selama tiga hari tiga malam dengan siapapun atau Nabi Zakariya memang tidak bisa berbicara selama tiga hari tiga malam. Artinya kemampuan Zakariya berbicara dicabut oleh Allah SWT selama tiga hari tiga malam. Sehingga beliau menjadi bisu. Hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Dari segi bahasa, kedua makna tersebut bisa saja diterima. Tetapi kalau dikaitkan dengan konteksnya sebagai tanda untuk sesuatu yang Zakariya tidak bisa menentukan sendiri, yaitu kehamilan isterinya, maka pengertian kedua lebih tepat. Karena kalau hanya tidak berbicara atas kemauan sendiri, Zakariya bisa lakukan kapanpun dia mau. Besok harinya beliau bisa langsung mulai puasa bicara. Berarti Zakariya sendiri yang menentukan kapan isterinya akan hamil. Justru yang lebih tepat adalah Allah mencabut kemampuan bicara Zakariya selama tiga hari tiga malam, alias dibisukan oleh Allah SWT. Dalam pengertian ini Zakariya tinggal menunggu kapan Allah akan mencabut kemampuannya bicara. Kalau masanya datang, saat itulah isterinya, ‘Isya’ mulai hamil.
Setelah masa tidak bisa bicara itu datang, Nabi Zakariya berkomunikasi dengan umatnya dengan menggunakan bahasa isyarat. Allah SWT berfirman:
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنَ ٱلۡمِحۡرَابِ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا ١١
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.”(Q. S. Maryam 19: 10)
Dalam Surat Maryam ayat 10 di atas, redaksi yang digunakan adalah lafazh wahyu. Wahyu dalam ayat ini dipahami sebagai isyarat. Zakariya keluar dari mihrabnya menemui para pengikutnya dan meminta mereka untuk bertasbih pagi dan petang. Karena tidak bisa berbicara, alat komunikasi yang digunakan oleh Zakariya adalah bahasa isyarat. Barangkali dengan menggerakkan jari-jarinya, atau menghitung ruas jari-jarinya dengan mengguna empu atau jempolnya.
Demikianlah kisah Nabi Zakariya AS. Dalam Surat Al-An’am ayat 85 Allah SWT memuji Zakariya bersama beberapa nabi yang lain sebagai hamba Allah yang saleh. Allah SWT berfirman:
وَزَكَرِيَّا وَيَحۡيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلۡيَاسَۖ كُلّٞ مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٨٥
“ Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.” (Q. S. Al-An’am 6: 85)