YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Guna meningkatkan keterampilan menulis para calon guru, Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan (PAI UAD) menyelenggarakan pelatihan jurnalistik mahasiswa (Ahad, 08/03/20). Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama PAI UAD dengan Suara Muhammadiyah (SM).
Kaprodi PAI UAD Farid Setiawan dalam sambutannya menyebutkan, peserta pelatihan terdiri dari berbagai mahasiswa lintas angkatan. Jumlahnya lebih kurang 50 orang. “Harapannya nanti dari 50 orang ini bisa diseleksi untuk bisa magang dan berkontribusi dalam pembuatan karya jurnalistik di SM. Baik itu berita maupun artikel,” ucapnya.
SM sendiri, terang Farid, selain media resmi persyarikatan, majalah ini merupakan majalah tertua dan paling konsisten terbit. Sejak 1915 hingga sekarang ini SM terus memberi warna bagi bangsa dan negara. “Berbagai penghargaan sudah banyak diperoleh SM,” katanya.
Karenanya, Kaprodi PAI UAD ini melanjutkan, penting bagi para calon guru, yaitu para mahasiswa, untuk belajar membuat narasi. “Guru tidak melulu ngajar, tapi juga harus memiliki keterampilan menulis yang baik. Sebab dunia pendidikan punya banyak cerita dan sangat disayangkan jika cerita tersebut tidak dituliskan,” imbau Farid.
Hal serupa juga dianjurkan Nur Kholis Dekan FAI UAD. Ia menceritakan, bahwa kesuksesannya hingga sekarang ini lebih banyak ditentukan oleh kemampuan menulis yang ia biasakan sejak duduk di bangku kuliah. “Saya bisa kuliah dan mandiri dari tulisan,” tuturnya.
Di tengah acara yang dilangsungkan di ruang sidang lant 3 kampus 2 UAD jalan Pramuka tersebut, dilakukan penandatangan MoU antara PAI UAD dengan Suara Muhammadiyah. Selain pelatihan, kerjasama sesama amal usaha Muhammadiyah tersebut juga meliputi publikasi karya dosen dan mahasiswa baik di majalah maupun pada suaramuhammadiyah.id serta dalam pentuk penerbitan buku.
Nrasumber dari Suara Muhammadiyah, Ganjar Sri Husodo dan Muhammad Ridha Basri memaparkan tentang teknik menulis berita. Keduanya menyatakan bahwa kemampuan menulis harus diimbangi dengan ketekunan membaca. Setelah itu, dibarengi dengan ketekunan berlatih.
Narasumber menekankan agar setiap mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis harus menanamkan nilai kejujuran dan objektivitas yang tinggi. Setelah mendapatkan teori, para peserta diminta untuk langsung mempraktekkan ilmu yang didapat. Pelatihan ini diakhiri dengan praktek menulis berita, yang prosesnya terdiri dari planning, hunting, writing dan editing. (abyan/ihda/nabila/gsh/rbs)