Oleh: Athiful Khoiri
Assalaamu’alaikum Wr Wb
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah pada kesempatan yang mulia dan penuh kedamaian ini, kita manfaatkan untuk meningkatkan rasa syukur kehadirat Allah Swt. karena betapa banyak nikmat dan karunia yang senantiasa dilimpahkan kepada kita, sehingga dengan karunia-Nya itulah kita bisa memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan ibadah shalat Jumat pada siang hari ini dengan keadaan sehat wal afiat, tanpa ada kendala apapun. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga, sahabat, para pengikutnya hingga akhir zaman.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam menjalani kehidupan, semuanya tidak berjalan tanpa ada hambatan dan masalah. Kadang kita berada dalam tekanan dan tingkat emosi yang tidak stabil. Keadaan seperti itu menjadi pengaruh buruk dalam kehidupan pribadi kita. Maka, salah satu cara terbaik yang patut kita lakukan adalah dengan berserah diri kepada Allah Swt. dan saling memaafkan kesalahan orang lain.
Memaafkan atau forgiveness adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka menghilangkan perasaan dendam dan balas dendam kapada seseorang atau kelompok yang telah menyakiti kita. Dalam Islam, perbuatan demikian harus di kedepankan. Allah Swt. berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 133-135:
۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhan Pemelihara kamu dan surga yang lebarnya (selebar) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang (mampu) menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang muhsin (orang-orang yang selalu berbuat yang lebih baik). Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri (dengan berbuat dosa), mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka. Dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan (keji) itu, sedangkan mereka mengetahui.” QS. Ali-Imran [3]: 133-135
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam buku Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan, Iman Setiadi Arif mengutip beberapa penelitian pakar terkait manfaat yang luar biasa dari forgiveness atau memaafkan. Pertama, ternyata forgiveness menimbulkan dampak yang sangat baik bagi kesehatan. Tingkat stres orang-orang yang memaafkan menjadi lebih rendah dan sikap hostility (bermusuhan)-nya ikut berkurang, dimana kedua hal itu, stres dan hostility, adalah pertanda perilaku tipe A, yang berkaitan erat dengan sakit jantung. Manfaat kesehatan ini terlebih terasa untuk orang lanjut usia, di mana mereka yang mau memaafkan menjadi jarang mengalami nervousness, kegelisahan, dan kesedihan.
Kedua, ternyata ketidakmauan kita untuk memaafkan seseorang mengandung pemfungsian hormon tubuh kita, serta menghambat respons tubuh untuk mengatasi berbagai bakteri, infeksi, berbagai penyakit dan ganggung kesehatan lainnya. Ketiga, orang-orang yang tidak mau memaafkan lebih sering mengalami konflik, tekanan, emosi negatif, dan ketidaksediaan untuk berkompromi.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Menjadi pribadi pemaaf dilakukan bukan semata dalam rangka mematuhi ajaran agama dan moral yang berlaku dalam tataran masyarakat. Menjadi pribadi pemaaf menjadi penting terutama untuk individu itu sendiri, karena kalau tidak memaafkan, selamanya akan mengalami penderitaan akut akibat peristiwa yang dialaminya, bahkan seseorang akan kehilangan rasa damai dan penuh konflik internal.
Oleh karena itu kiranya menjadi pemahaman bersama, apabila kita menjadi pribadi pemaaf, manfaat utama yang didapatkan bukanlah kebaikan dan belas kasih yang akan kita berikan kepada seseorang, melainkan kebaikan dan belas kasih kita kepada diri kita sendiri.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ،
اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ،
فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Psikolog memberikan langkah-langkah memafkan yang efektif sebagai berikut, Pertama, buatlah daftar orang yang pernah menyakiti anda dan mau anda maafkan. Kedua, mulailah dengan rasa sakit yang paling ringan dan ambillah waktu untuk memikirkan bagaimana anda telah menderita karenanya dan apa yang anda rasakan tentangnya. Ambillah waktu sampai anda dapat dengan sukarela memutuskan untuk memaafkan dia.
Ketiga, apabila dapat mengambil keputusan untuk memaafkan, mulailah dengan berfikir tentang berbagai situasi yang akhirnya menjadikan pelanggaran itu, termasuk masa kecil pelaku, luka batin masa lalu, dan tekanan yang dialami pelaku dengan berfikir objektif tentangnya. Keempat, bilamana sudah berhasil menjadi lebih paham tentang alasan perbuatan pelaku, coba rasakan apakah anda bersimpati dengan tulus kepadanya, barangkali jadi ingin berbuat baik kepadanya. Ini harus dilakukan secara tulus, tidak dibuat-buat. Kelima, pada akhirnya anda memandang kembali pengalaman itu dengan cara yang baru dan mencoba menemukan makna, hikmah, dan tujuan yang lebih dalam dari peristiwa itu. Keenam, bilamana sudah selesai, lakukan langkah yang sama untuk pelanggaran yang lain.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Untuk mengakhiri khutbah kedua, marilah kita berdoa kepada Allah Swt dengan khusyu dan tawadhu, semoga kita menjadi pribadi pemaaf, serta mampu menjalankan tuntunan Nabi Muhammad Saw. secara istikamah dalam kehidupan di dunia.
Ya Allah Engkau Yang Mahadamai, dari-Mu bersumber kedamaian, kepada-Mu kembali kedamaian. Tuhan Kami! Hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian dan masukkanlah kami di surga-Mu, negeri yang penuh kedamaian. Engkau Pemelihara kami, Pemilik keagungan dan kemurahan.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ،
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اللّهُمَّ أَمِتْنَا عَلَى الْإِسْلَامِ وَالْإِيْمَانِ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ!
Mahasiswa Pascasarjana Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta