Oleh: Yulianti Muthmainnah
Badai corona (Covid-19) sangat mengkhawatirkan. Lalu, dakwah apa yang bisa kita lakukan saat ini?
‘Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat’ (HR. Bukhari no.3461). ‘Apabila kalian melihat kemungkaran maka ubahlah dengan kuasa/tanganmu, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisanmu, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatimu, itulah selemah-lemahnya iman’ (HR. Muslim). Adalah dua hadist Nabi Muhammad saw agar umat Islam berani bersikap, melakukan perubahan, menyampaikan pesan kebaikan, dan bersikap empati pada situasi sekitar.
Jika berdakwah dimaknai mengajak orang lain untuk melakukan perubahan, maka berdakwah tidak harus melulu dilakukan oleh ulama/kyai/ustadz/ustadzah, kita pun bisa. Apalagi bila dakwah disesuaikan dengan ilmu dan kemampuan masing-masing individu. Maka berdakwah mulai dari diri sendiri, keluarga terdekat atau sekitar adalah hal utama.
Misalnya, pertama, kita bisa memutus rantai corona mulai dari depan pintu rumah kita dengan menyiapkan air dan sabun cair. Sehingga siapapun yang melintas di depan rumah, mereka tergerak untuk rajin mencuci tangan dan kaki. Ini bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, termasuk petugas kebersihan di lingkungan kita. Sederhana bukan.
Kedua, jika pekerjaan kita dilakukan dengan work from home, disela-sela kesibukan kita bisa berbuat untuk orang lain, utamanya anak-anak. Misalnya membuat karya tulis, video dongeng singkat tentang kisah-kisah Nabi, sahabat, tokoh-tokoh Indonesia yang berperan dalam isu kemanusiaan, cinta kasih, atau kisah yang menginspirasi lainnya. Bisa juga membuat gubahan lagu untuk rumus matematika, seperti Pythagoras atau unsur periodik kimia. Sehingga tidak melulu ‘beli mangga cari sirsak bagi rata’ (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra). Konten seperti ini akan mudah diingat anak-anak. Bagikan secara gratis melalui whatsupp sehingga tidak berbayar.
Ketiga, jika kita berperan sebagai pendidik, kita bisa membuat whatsupp group (WAG). Setiap hari kita bisa mengajak anak didik kita untuk belajar. Memotivasi mereka. Hal kedua ini yang saya lakukan di rumah. Ada beberapa WAG, tergantung mata kuliah. Materi terkadang bisa melebihi dari materi kuliah, intinya saya bebaskan mereka untuk bertanya dan berdiskusi.
Terakhir, saling bantu antar anggota keluarga. Selama mematuhi aturan untuk berdiam di rumah, kita perlu mengamalkan hadist Nabi bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama. Bukan dibebankan pada isteri atau anak perempuan, suami harus terlibat mencuci, memasak, atau lainnya. Ajak anak-anak dan beri mereka tanggung jawab pekerjaan. Sehingga masing-masing anggota keluarga merasa nyaman. Kiranya dakwah itulah yang semua orang bisa lakukan untuk saat ini. Semoga badai corona berlalu. Amin.
(Anggota Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah; Ketua Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan ITB Ahmad Dahlan Jakarta)