Oleh: Diyan Faturahman
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمَّدٍ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Musibah yang terjadi akhir-akhir ini seakan tidak ada habisnya. Kala musim kemarau di sebagian wilayah mengalami kekeringan, susah air, paceklik, hingga kebakaran hutan. Kala musim hujan, seketika banjir melanda memporak porandakan pemukiman, kendaraan, bahkan nyawa pun melayang. Terbaru, dunia dihebohkan dengan wabah virus yang mematikan. Gegap gempita seluruh masyarakat hingga pemerintah mengambil posisi waspada, agar jangan sampai virus tersebut menular.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Musibah dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai bencana, malapetaka, atau peristiwa menyedihkan yang menimpa. Apabila dikaji lebih dalam, pada dasarnya istilah tersebut muncul dari bahasa Arab dengan kata dasaar Ashoba, yang berarti menimpa/ mendapatkan. Tentu makna tersebut menjadi luas, baik mendapatkan sesuatu yang menyenangkan maupun sesuatu yang menyedihkan.
Namun demikian, seorang yang mengaku Mukmin, beriman kepada Khaliq Sang Maha Pencipta, mestinya bisa bersikap bijak terhadap dua hal yang bentuknya berlawanan tersebut. Dalam sebuah hadits, disebutkan bagaimana sikap seorang mukmin jika menerima musibah dari Allah.
عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ إِلاَّ للْمُؤْمِن: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ
Sungguh orang-orang beriman itu memang sangat menakjubkan. Bahwasanya semua perkara yang menimpanya adalah kebaikan, dan bahkan tidak ada seorang pun yang memiliki sikap seperti orang mukmin tersebut. Apabila seorang mukmin menerima sesuatu yang menyenangkan, tentulah ia bersyukur. Hal tersebut merupakan kebaikan baginya. Begitupun apabila seorang mukmin menerima sesuatu yang menyusahkan (musibah), maka ia bersabar atasnya. Hal tersebut juga merupakan kebaikan baginya. (Hadis Riwayat Muslim).
Bahkan, Allah SWT juga mengajarkan kepada kita apa yang seharusnya diucapkan ketika tertimpa musibah tersebut, yaitu sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 156
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
… orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kita berasal dari Allah, dan hanya kepadaNya kita semua akan kembali).
Ungkapan istirja’ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ sebagaimana penjelasan Tafsir Al-Misbah karya M Qiraisy Shihab, merujuk pada dua sikap yang harus dimiliki pribadi seorang Mukmin. Pertama, bentuk ungkapan syukur hamba atas karunia yang diberikan Allah, sehingga terhindar dari sifat sombong dan tetap low profile. Kedua, bentuk ungkapan ketabahan, keikhlasan, serta ketawakalan pribadi hamba atas terjadinya musibah atau ujian yang menimpanya, sehingga terhindar dari sikap putus asa sekaligus menjadikannya sebagai cerminan untuk perubahan yang lebih baik.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Jika benar kita telah sepakat bahwa musibah yang dating silih berganti layaknya sebuah cermin, maka ada baiknya QS Ar-Ruum ayat 41 dijadikan sebagai bahan untuk intropeksi diri.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41).
Dari ayat tersebut cukup teranglah bahwa sebagian besar musibah yang terjadi tidak lain akibat ulah tangan manusia. Perilaku manusia pada umumnya yang tidak mau menjaga keseimbangan alam. Perilaku hidup yang menyelisihi ketentuan hukum yang ada.
Maka dapat disimpulkan, Muslim atau Mukmin yang baik bukan hanya sekedar menjalankan rukun Islam. Shalat lima waktu, puasa, zakat, dan haji saja. Tapi juga memiliki tanggung jawab dan tugas untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Itulah sejatinya amanah dari Allah yang dipercayakan kepada manusia dengan ditunjuknya sebagai Khalifah di muka bumi.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Pada khutbah yang kedua ini, marilah kita semakin meningkatkan kewaspadaan, sikap berhati-hati, peduli dan berusaha ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan prilaku-prilaku keseharian yang sangat sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghijauan di sekeliling rumah, dan tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi sesuatu. Semoga adanya musibah yang menimpa kita bertubi-tubi itu adalah wujud kasih sayang Allah SWT untuk menaikkan derajat kita atau sebagai bahan peringatan untuk menyadarkan dan membimbing kita ke jalan yang lurus.
وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Musyrif Pesantren Mahasiswa KHA. Dahlan (PERSADA) dan Mahasiswa MPAI UAD Yogyakarta.