Oleh: Yunahar Ilyas
Mendengar apa yang disampaikan Jibril AS bahwa dia akan mendapatkan seorang putera, tentu saja Maryam kaget dan heran. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan seorang putera, padahal belum pernah ada seorang laki-laki pun menyentuhnya. Allah SWT berfirman:
قَالَتۡ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞ وَلَمۡ أَكُ بَغِيّٗا
“Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” (Q.S. Maryam 19:20)
Maryam binti Imran adalah perempuan suci yang sangat menjaga kesucian dirinya. Sejak balita diasuh dan didik di Baitul Maqdis oleh Nabi Zakariya. Setelah beranjak remaja, dia menyendiri di suatu tempat di sebelah timur Baitul Maqdis, tempat yang tertutup rapat seperti Mihrab, khusyu’ beribadah kepada Allah SWT. Belum menikah. kok tiba-tiba diberitahu oleh Jibril akan mendapatkan seorang anak laki-laki. Maryam percaya bahwa laki-laki itu adalah malaikat utusan Allah. Malaikat tentu tidak akan berdusta.Tetapi dia heran bagaimana caranya dia bisa punya anak laki-laki tanpa seorang laki-lakipun menyentuhnya. Sangat wajar kalau kemudian Maryam kaget dan heran dengan berita itu.
Jibril menjawab bahwa bagi Allah SWT hal itu sangat mudah. Allah SWT berfirman:
قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞۖ وَلِنَجۡعَلَهُۥٓ ءَايَةٗ لِّلنَّاسِ وَرَحۡمَةٗ مِّنَّاۚ وَكَانَ أَمۡرٗا مَّقۡضِيّٗا
“Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. (Q.S. Maryam 19:21)
Jibril tidak mengatakan bahwa hal itu mudah baginya. Jibril hanya menyampaikan firman Allah: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku”. Jibril hanyalah malaikat utusan Allah. Sebagaimana halnya para malaikat, Jibril akan laksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT. Malaikat tidak pernah durhaka terhadap perintah Allah SWT.
Menciptakan seorang anak manusia tanpa bapak memang perkara mudah bagi Allah SWT. Allah SWT telah menciptakan Adam tanpa bapa dan ibu, menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Sekarang menciptakan Isa dari seorang ibu tanpa bapak bukanlah hal yang sulit bagi Allah Yang Maha Mencipta dan Maha Kuasa.
Memang Allah SWT sudah ciptakan hukum yang pasti, bahwa reproduksi manusia memang melalui hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dalam banyak ayat sudah dijelaskan bagaimana proses reproduksi itu.. Melalui pertemuan sperma seorang laki-laki dengan sel telur seorang perempuan dalam rahim. Tetapi Allah ingin menunjukkan Kekuasaannya bahwa Dia bisa menciptakan manusia dengan cara yang lain, tidak melalui proses reproduksi yang biasa tersebut. Jadi kelahiran Isa melalui cara yang luar biasa tersebut merupakan sebuah tanda kekuasaan Allah SWT. Dan juga kelahiran Isa putera Maryam tersebut juga merupakan rahmat, karena kelak dia akan menjalankan tugas sebagai utusan Allah SWT. Penciptaan Isa melalui cara yang luar biasa demikian sudah merupakan keputusan yang pasti dari Allah yang akan dijalankan. Hal itu sudah ada dalam rencana Allah SWT.
Maka dengan izin Allah Maryam pun hamil. Sebagai seorang perempuan yang salehah, yang sejak kecil dididik di lingkungan yang sangat religius, sudah pernah menyaksikan sendiri karamah yang diberikan Allah SWT waktu dia masih di bawah pengasuhan Zakariya, Maryam dapat menerima kehamilannya itu sebagai bagian dari keimanannya. Tetapi apakah keluarga dan masyarakatnya dapat mempercayai ceritanya? Tentu saja mereka akan menuduh Maryam telah berzina.karena Maryam hamil sebelum menikah. Maka untuk menyelamatkan bayinya itu Maryam pergi menjauh ke suatu tempat yang sunyi. Allah SWT berfirman:
۞فَحَمَلَتۡهُ فَٱنتَبَذَتۡ بِهِۦ مَكَانٗا قَصِيّٗا
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Q.S. Maryam 19:22)
Menurut Hamka, mengutip satu sumber, tempat yang jauh itu adalah Baitu Lahmin (Betlehem), lebih kurang 8 mil dari Baitul Maqdis. (Tafsir Al-Azhar XVI:22).
Kehamilan Maryam berlangsung seperti kehamilan wanita-wanita lain umumnya, yaitu sekitar 9 bulan 10 hari, bukan hanya sekejap. Yang menyatakan sekejap berargumen dengan Surat Ali Imran ayat 59, yang menyatakan bahwa sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” Kalimat kun fayakun dalam ayat itu, dalam konteks penciptaan Isa, dipahami bahwa begitu Malaikat Jibaril meniupkan ruh kepada Maryam maka Maryam langsung hamil dan dalam sekejap membesar siap untuk melahirkan. Pemahaman seperti itu tidak benar, karena kalimat kun fayakun tidak berarti menghilangkan proses, tetapi tetap saja ada proses. (Tafsir Al-Mishbah 8:169).
Kelahiran Isa AS
Setelah kehamilan Maryam semakin membesar dan sudah hampir datang waktu melahirkan, maka dengan susah payah Maryam pergi mencari tempat yang aman untuk melahirkan. Setelah terasa mau melahirkan, Maryam duduk bersandar pada sebatang pohon kurma. Allah SWT berfirman:
فَأَجَآءَهَا ٱلۡمَخَاضُ إِلَىٰ جِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ قَالَتۡ يَٰلَيۡتَنِي مِتُّ قَبۡلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسۡيٗا مَّنسِيّٗا
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma.. Dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Q.S. Maryam 19:23)
Sambil bersandar pada pohon kurma itu, Maryam membayangkan kalau dia sudah melahirkan bayi nanti, bagaimana penilaian masyarakat. Tentu dia akan dituduh berzina. Memang dia sudah dilamar oleh Yusuf an-Najjar, tapi belum menikah. Maryam membayangkan dia akan dihina, dimaki dan dituduh sebagai wanita bejat oleh masyarakat. Membayangkan hal-hal buruk seperti itu Maryam jadi sedih, dia membayangkan alangkah baiknya seandainya dia mati sebelum semua itu terjadi. Kalau dia mati tentu masyarakat akan segera melupakannya. Ucapan Maryam seperti itu menunjukkan betapa cemasnya dia menghadapi masyarakat nanti, bukan menunjukkan keputusasaan, karena sebagai perempuan yang salehah tentu Maryam tidak akan berputus asa.
Akhirnya Maryam melahirkan seorang diri, tidak ada seorangpun yang membantu persalinannya. Setelah Isa lahir muncul dua masalah. Pertama air. Maryam memerlukan air untuk membersihkan diri maupun bayinya yang tentu saja berdarah. Dari mana Maryam bisa mendapatkan air tersebut. Kedua, makanan. Maryam memerlukan makanan dan minuman, tentu saja dia lapar, apalagi setelah melahirkan. Dari mana dia bisa mendapatkan makanan. Kalau pergi mencari makanan dan minuman, badannya masih lemah. (bersambung)