Muhammad Fahmi Asshidqy
Semenjak awal tahun 2014, setelah revolusi di Timur Tengah yang terkenal dengan Arab Spring pecah, gelombang baru imigran dari negara-negara konflik khusunya negara-negara Arab mulai berdatangan ke Eropa. Dan Swedia merupakan salah satu tujuan favorit bagi mereka. Berdasarkan data resmi pemerintah Swedia pada tahun 2015 jumlah pendatang sebanyak 163.000 jiwa. Jumlah ini akan terus bertambah pada tahun-tahun mendatang, baik dengan kedatangan immigrant baru maupun kelahiran bayi-bayi muslim pendatang. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh PEW Research Center, antara tahun 2014 hingga 2016, 8% dari total penduduk Swedia adalah Muslim. Pada 2050 diperkirakan jumlah orang Islam akan menjadi 31% jika pemerintah Swedia masih memberlakukan kebijakan menerima pendatang baru atau high migration scenario. Sebaliknya, apabila kebijakan ini tidak diberlakukan lagi dan menggunakan kebijakan zero migration scenario, maka jumlah muslim akan berada pada angka 11% atau 1.130.000 jiwa.
Semua agama yang terdaftar di Swedia berada di bawah naungan Myndigheten for Stod Till Trossamfund, sebuah instansi pemerintah dibawah Kementerian Kebudayaan. Instansi ini bertujuan untuk mendorong dan menggalakkan dialog antara pemerintah dan umat beragama sehingga menghasilkan kesepemahaman. Tanggung jawab lainnya yaitu memberikan dana hibah untuk keberlangsungan komunitas-komunitas agama. Komunitas Islam yang terdaftar pada tahun 2017 ada 7, yaitu (BIS) Bosniakiska Islamiska Forbundet atau Asosiasi Islam Bosniak, (FIFS) Forenade Islamiska Foreningar i Sverige atau Asosiasi Persatuan Islam di Swedia, (IFBS) Islamiska Fatwabyran i Sverige atau Institusi Fatwa Islam di Swedia, (IKUS) Islamiska Kulturcenterunionen Pusat Kebudayaan Islam, (ISS) Islamiska Shia Samfunden atau Komunitas Syiah, (SIF) Sverige Islamiska Forsamlingarna atau Islam Paroki Swedia, dan (SMF) Sverige Muslimska Forbund atau Konfederasi Muslim Swedia. Secara berurutan, komunitas-komunitas agama Islam tersebut telah melayani anggota jamaah regular ataupun tedaftar secara resmi sebanyak, 13.596, 33.483, 7,694.18.116, 3.180, 24.703, dan 40,143. Dari keseluruhan jumlah tersebut, pada tahun 2017 Islamic Center di Malmo mencatat sekitar 45.000 muslim berada di kota tersebut.
Kesempatan dan Tantangan
Kedatangan mereka di lingkungan baru, tentu saja mendapatkan tantangan yang berbeda dan membutuhkan proses adapatasi. Di kota-kota besar bisa jadi lebih mudah bagi mereka, terutama kota Malmo. Karena di kota tersebut terdapat restoran halal yang dimiliki oleh pengusaha Muslim dan daging halal juga dapat ditemukan di toko-toko lokal Swedia.
Kebebasan pengamalan agama di Swedia dijamin oleh pemerintah. Ketiadaan undang-undang sekuler tentang pelarangan simbol-simbol agama di sekolah maupun tempat umum dapat dibuktikan dengan banyaknya wanita yang bisa menggunakan jilbab dan pakaian tertutup di ruang-ruang publik. Berbelanja pakaian muslim dan muslimah juga sangat mudah, beberapa perusahaan mengimpor dari negara-negara dengan mayoritas muslim, contohnya adalah Turki. Meskipun tidak berada dalam skala yang besar, menggunakan hijab modern yang mengadaptasi gaya pakaian Eropa bagi para muslimah merupakan tren yang sedang digandrungi..
Masjid-masjid sebagai tempat ibadah juga bagi umat Islam juga dapat ditemukan dengan mudah. Halte transportasi umum terletak tidak jauh dari masjid sehingga mudah untuk diakses. Beberapa masjid antara lain Malmo Islamic Center, Masjid Alhuda, dan Masjid Mahmood.
Tantangan utama bagi para pendatang adalah proses integrasi ke dalam dunia kerja. Meskipun tidak ada data statistik tentang pekerjaan orang-orang Muslim. Akan tetapi, standar pendidikan yang berbeda dari negara asal menjadi kendala utama bagi mereka. Anak-anak generasi baru yang lahir dan besar di Swedia lebih mudah berintegrasi dan lebih cepat mendapatkan pekerjaan karena mereka mendapatkan pendidikan berstandar Swedia. Meskipum demikian, perusahaan-perusahaan besar lebih banyak mempekerjakan penduduk asli dibandingkan imigran yang pada umumnya bekerja di restoran, sekolah, maupun pasar terkecuali mereka yang memiliki keahlian khusus.
Selain kendala tersebut dalam beberapa kejadian, mereka mendapatkan kesulitan ketika mencari pekerjaan karena tidak mahir berbahasa Swedia dan sekalipun mahir berbahasa tersebut, memiliki aksen yang asing dan berbeda dapat menghambat proses perekrutan kerja. Terkadang, seleksi juga berdasarkan dengan nama, jika memiliki nama yang asing maka memungkinkan tidak akan mendapatkan prioritas. Dibalik kebebasan pemakaian hijab di tempat umum, kekhawatiran dengan pemakaian hijab justru berada pada saat perekrutan kerja,sehingga, dalam beberapa kasus, mereka tidak menyertakan foto di portofolio mereka.
Kondisi perpolitikan di Swedia juga menjadi tantangan bagi umat Islam, dengan meningkatnya sentimen anti imigran. Partai demokrat Swedia yang didirikan pada tahun 1988 dengan menganut ideologi ultra-kanan mendapatkan 4% suara yang dibutuhkan untuk duduk di parlemen selanjutnya mengalami kenaikan popularitasnya. Dilansir dari Bloomberg, partai sosial demokrat sebagai kekuatan politik utama di Swedia telah kehilangan pendukungnya sebesar 0.9 % dari 23.1%. Sedangkan Partai Demokrat Swedia mengalami kenaikan sebesar 1.5% dan menjadi 22.9 %. Penyebabnya adalah ketakutan dan rasa frustasi penduduk akan kejadian penembakan wanita di Malmo dan kekerasan geng yang ditengarai terjadi karena kebijakan terkait imigran. Kejadian ini membuat Partai sosial demokrat sebagai pemilik kebijakan terkait kaum minoritas mendapat tekanan untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya di bidang penegakan hukum dan juga ekonomi yang memburuk.
Namun, menurut kesaksian seorang imigran bernama Asma Tribis seorang mahasiswi Univeristas Malmo jurusan international migration and ethnic relations yang berasal dari Syiria mengatakan, bahwa kehidupan Muslim di kota tersebut sangat baik jika dibandingkan dengan menjadi minoritas tempat lain di Eropa. Karena tidak adanya penilain publik dan diskriminasi secara langsung. Ia juga bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah restoran tanpa harus melepas hijab.
Masjid sebagai pusat integrasi
Keberadaan masjid menjadi sangat vital bagi kegiatan agama maupun umum. Setiap masjid memiliki kegiatan yang mungkin berbeda satu dengan lainnya. Salah satu masjid yang akan dibahas yaitu Al-huda Mosken yang berada di Vastanforsgatan, 21D, 214 50 Malmo. Pada saat masuk pengunjung akan disuguhi ornamen warna-warni pada pintu gerbang masjid beserta namanya, dekorasi ini membuat masjid terlihat jauh dari kesan kaku. Ukurannya pun tidak terlalu besar dan hanya mampu menampung sekitar 300-an jamaah. Fasilitas masjid ini meliputi ruang kantor, kantin, dan perpustakaan sebagai pelengkap, disamping kebutuhan dasar masjid yang berupa aula, tempat shalat, dan MCK.
Pada dinding terdapat juga terdapat jadwal kegiatan-kegiatan kajian yang tertulis dalam bahasa Arab. Antara lain yaitu program belajar keagamaan untuk umum seperti fikih, akidah islam, dan baca tulis Al-Quran yang rutin diadakan, kecuali pada hari Jumat. Anak-anak juga mendapakan kesempatan untuk belajar agama dan Al-Quran setiap harinya. Pada dasarnya mereka mulai menghafal surat-surat pendek apabila sudah mahir pada pelajaran tingkat pemula.
Selain itu, Program pembelajaran Bahasa Swedia yang dijalankan di masjid setiap hari ahad diharapkan mengurangi potensi kendala bahasa dan membantu mereka dalam proses integrasi dengan masyarakat lokal, maupun dalam mencari pekerjaan.
Kader Muhammadiyah, Erasmus Plus Program Swedia