• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Kamis, Desember 18, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Ketika Orangtua Harus Menjadi Guru

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
18 April, 2020
in Editorial
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Share

Sebulan sudah anak-anak sekolah melakukan aktivitas belajarnya dari rumah. Dan selama corona masih menjadi pandemi, yang sampai saat ini belum bisa ditentukan kapan akan berakhir, maka selama itu pula pembelajaran daring akan menjadi pilihan utama.

Ketika anak-anak msaih terpksa bersekolah dari rumah masing-masing. Itu artinya peran guru sebagai pendidik, bukan sekedar transfer of knowledge tapi juga transfer of value, sedikit atau banyak terkikis oleh keadaan. Lalu siapkah orangtua berperan menjadi guru bagi anak di rumah? Jawabnya adalah harus. Orangtua harus mau tampil sebagai guru dari anak-anaknya. Tidak hanya untuk masa pandemi ini saja, tapi hal ini mesti dilakukan orangtua tatkala di rumah.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Keharusan menjadi guru “dadakan”, bagi sebagian orangtua mungkin dipandang sebagai rutinitas yang lumrah. Sering dilakukan dalam kesehariannya. Tapi ternyata tidak sedikit orangtua yang selama ini sudah berpangku tangan dan memasrahkan sepenuhnya (pasrah bongkokan) pendidikan anak kepada sekolah maupun lembaga pendidikan lain. Dalam hal pengetahuan umum, anak dipasrahkan sepenuhnya kepada sekolah. Dalam hal agama anak dititipkan sepenuhnya kepada TPA/Q atau masjid.

Begitu di rumah, anak kehilangan sosok guru. Yaitu sosok yang mengajari banyak tentang ini dan itu, sekaligus sosok manusia bermoral yang dalam perilaku dan perkataannya mengadung berbagai nilai dan nasehat. Sebab dalam lingkungan sekolah, ada pembiasaan penguatan karakter anak, yang dilakukan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Seperti pembiasaan shalat dhuha, shalat dhuhur, bersih-bersih kelas, membuang sampah pada tempatnya, disiplin, serta pembiasaan budaya literasi dengan mendekatkan anak pada buku dan aktivitas menulis.

Apakah kegiatan sebagai upaya pembentukan karakter di atas juga dilakukan anak-anak sekolah saat belajar dilakukan dari rumah? Atau justru sebaliknya, asal anak-anak sudah mengumpulkan tugas, karena umumnya guru hanya mampu melakukan pembelajaran daring dengan tugas-tugas dalam bentuk mengerjakan soal-soal, kemudian anak dibebastugaskan dari aktivitas lain.

Bebas ber-hp-ria dalam durasi tak terbatas, mengurung diri dalam kamar tanpa komunikasi, dan tanpa disiplin. Bangun tidur bebas kapan saja sesuka anak, pergi tidur pun lewat tengah malam bahkan jelang pagi, dan mandi serta bersih-bersih diri tidak lagi jadi aktivitas pertama. Kalau demikian cerminan umum anak-anak sekolah ketika di rumah, layaknya hari libur, maka wajar jika sekarang tumbuh subur generasi malas pemuja segala hal yang instan.

Sebagian orangtua ada yang menyadari akan pentingnya kehadirannya bagi pendidikan anak, sebagaian lagi mungkai memang abai. Mayoritas memilih alasan klasik, yaitu sebagai orangtua yang terpenting adalah mencari nafkah. Tugas dan perang yang lain dianggap tidak penting dan benar-benar dikesampingkan.

Mestinya, sesibuk apapun orangtua, pendidikan anak jangan terlampau diabaikan. Walau kemampuan pengetahuan orangtua tak sehebat anaknya, orangtua tetap memegang peran dalam hal mendidik anak. Jangan sepenuhnya pasrah terhadap orang lain, inilah pelajaran penting dari adanya pendemi corona. Lewat aktivitas belajar dari rumah, terkait urusan pengetahuan, anak-anak bisa akses ilmu lewat internet. Tapi dalam hal pembiasaan hal-hal baik dan pembentukan karakter, mestinya orangtua tampil di depan sebagai teladan. Misalnya membudayakan bangun pagi, bersih-bersih, dan mandi, shalat tepat waktu, memberlakukan jam belajar, jam bermain, dan jam istirahat. Intinya orangtua harus bisa menjadi pemandu anak, agar hal-hal positif yang dibudayakan di sekolah bisa diaplikasikan juga di rumah. Sehingga rumah juga memiliki fungsi pendidikan layaknya sekolah. (gsh).

Tags: BelajargurumuhammadiyahSekolah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Bertabayun Terhadap Informasi, Gunakan Rasionalitas

Munajat Bersama Hadapi Wabah

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In