Surat An-Nas yang merupakan surat penutup dalam urutan mushaf mengandung inspirasi kuat bagi manusia untuk memerangi keraguan, kebimbangan, was-was, sangsi terhadap masa depan dan hari ini. Semua ayat dalam surat ini ditujukan untuk semua manusia. Namanya saja surat An-Nas, tentang manusia yang manusia. Jadi ayat ayat ini jelas tertuju kepada manusia konkret dan nyata.
Uniknya, di dalam surat ini Allah SWT memerintahkan manusia agar berlindung dengan kekuatan Tuhan Yang Maha Mengasuh, Tuhan yang Maha Pemegang Kekuasaan mutlak dan Tuhan yang Maha Berhak disembah. Tiga sifat Tuhan yang tentu paralel dengan asma-asma-Nya, paralel pula dengan af’al-af’al-Nya.
Tiga sifat, asma, dan af’al-Nya ini menjadi basis untuk membangun keyakinan dan kepastian sikap manusia untuk melawan keraguan, kebimbangan, was was dan sangsi terhadap kebenaran firman-Nya yang menjadi instrumen petunjuk perilaku manusia dalam menempuh hari ini yang penuh tantangan dan masa depan yang penuh harapan.
Dengan berlindung kepada Tuhan Yang Maha Mengasuh, Tuhan yang Maha Pemegang Kekuasaan mutlak, dan Tuhan yang Maha Berhak Disembah dari keburukan atau kejahatan dari sifat serta rasa was-was.
Rasa was-was ini muncul karena ditiup-tiupkan ke dalam dada manusia. Siapa saja si tukang tiup was was ini? Allah SWT menjelaskan, di tukang tiup was was ini adalah dari golongan jin dan manusia yang menjalankan misi kesetanan. Dengan misi godaan yang menyesatkan.
Kita menyaksikan dan merasakan bagaimana arus was was, keraguan kebimbangan dan kesangsian ini sering ditiup-tiupkan lewat medsos misalnya. Rasa was-waslah itulah yang perlu kita libas dengan mengoperasikan substansi pesan dari ayat-ayat dalam surat An Nas ini.
Dalam menghadapi COVID-19 sekarang ini, kemantapan hati untuk melawannya yang sangat diperlukan, bukan was-was dan ragu bimbang. Tentu kemantapan hati ini agar kokoh basisnya juga harus kuat, yaitu ilmu pengetahuan, ajaran agama, dan penguasaan teknologi kesehatan, seperti yang sekarang dijalankan Muhammadiyah bersama para aktivisnya. (Mustofa W Hasyim).