JEMBER, Suara Muhammadiyah – Ditetapkannya Covid-19 sebagai bencana nasional berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 12 Tahun 2020 membuat Agung Dwi Susilo tergugah jiwa sosialnya.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi lUniversitas Muhammadiyah Jember tersebut memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) face shield untuk dibagikan secara gratis. “Saya terinpirasi dari kakak saya yang seorang perawat di salah satu rumah sakit di Jember,” ungkap Agung saat dihubungi redaksi, Senin (20/4).
Mahasiswa yang beralamat di Tegalbesar, Jember mengaku awalnya menggunakan dana mandiri untuk memproduksi APD secara massal. Sebelumnya, Agung tak berani membuka tawaran donasi mengingat dana dan tenaga yang minim. Namun, sekarang sudah banyak donasi yang masuk mulai dari masyarakat, anggota BPBD sampai Polsek Sumbersari. “Saya ya cuma membagikan info lewat whatsapp, alhamdulillah sekarang sudah banyak yang menjadi donasi,” ungkapnya.
Saat ini, ia dibantu oleh beberapa relawan dalam hal pengerjaannya, “Sekarang sudah ada yang banyak membantu sehingga kita bisa produksi banyak,” ungkapnya.
Sudah ada 1500 APD yang telah didistribusikan diantaranya ke Kabupaten Jember, Bondowoso bahkan Banyuwangi. “Ya semoga usaha kami bermanfaat dan bisa terdistribusikan ke rumah sakit khususnya di area Jember terlebih dahulu. Nanti juga bakal meluas ke kabupaten lain,” jelasnya.
Dilansir Pemkab Jember, data Covid -19 sampai Senin, (20/4) di Kabupaten Jember terdapat 4 positif, 46 PDP, dan dan 979 ODP. Terdapat kenaikan 2 pasien baru yang berstatus PDP dan 3 pasien berstatus ODP dibandingkan hari sebeumnya.
Agung menjelaskan lebih fokus mendistribusikan ke puskesmas-puskesmas khusunya yang ada di desa.” jelasnya. Agung juga menganggap bahwa fasilitas puskesmas di pedesaan belum selengkap rumah sakit besar yang menjadi rujukan di kota. “Cara penanganan pasien puskesmas di desa kami anggap perlu mendapat perhatian dan bantuan mengingat resiko tenaga medis hadapi juga sama besarnya.” Agung berharap, dengan melakukan hal ini bisa membantu tenaga medis di garda terdepan dalam menangani kasus Covid-19. (Disa)