JEMBER, Suara Muhammadiyah – Bertambah lagi, staff pengajar (dosen) di Universitas Muhammadiyah Jember (UM Jember) yang meraih gelar Doktor atas nama Dr. Siti Nursyamsiyah, SS, MPd. Dengan judul disertasi “Manajemen Pendidik di Pondok Pesantren Baitul Arqom Balung Jember dan Pondok Pesantren Darul Istiqomah Maesan Bondowoso”, pada tanggal 21 April 2020 resmi menyandang gelar Doktor.
Ditemui Rabu, (22/4/2020), Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) tersebut mengisahkan kisahnya selama menempuh pendidikan S-3 Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Beliau adalah salah satu dari 15 orang yang terpilih dalam beasiswa Kemenag 5000 doktor, “Tahun 2016 saya mengajukan beasiswa tersebut dan alhamdulillah menjadi salah satu yang lolos.”
Lbih lanjut, perempuan yang akrab disapa Siti tersebut mengaku banyak tantangan yang dialami ketika kuliah S-3 karena harus membagi waktu antara kuliah, mengajar, dan mengurus anak. “Waktu awal S-3 saya mengandung anak ketiga dan waktu ujian kualifikasi saya mengandung anak keempat.” jelasnya sembari tersenyum. Komitmen yang tinggi serta dukungan dari keluarga menurut Siti adalah hal yang sangat penting, “Apalagi beasiswa ini dibatasi tiga tahun harus sudah selesai, saya sangat bersyukur suami selalu mensupport saya.”
Sebagai upaya dan kerja kerasnya untuk menuntaskan tugas akhir atau disertasi, dia berkomitmen setiap hari harus ada progress minimal tiga lembar. “Biasanya setiap pagi sampai siang saya ada di perpustakaan kampus, baru kemudian siang sampai sore saya kembali ke UM Jember untuk mengajar.” terang perempuan yang beralamat di Perum Puri Bunga Nirwana tersebut.
Tak hanya itu, selama menyelesaikan disertasi, ia mengaku harus bolak balik Jember-Bondowoso karena harus mendatangi pondok pesantren tempat penelitiannya. “Apalagi kalau jadwal ketemuan dengan narasumber meleset dari jadwal yang ditentukan, harus dituntut sabar.” ungkapnya. Namun, dari sekian tantangan, ada banyak sekali suka dan kemudahan yang diberikan oleh Allah salah satunya tentang promotor dan co-promotor atau dosen pembimbing. “Mereka sangat mendukung dan gampang ditemui untuk bimbingan. Bahkan, salah satu dosen pernah bersedia ditemui dirumahnya untuk bimbingan.” Narasumber dari kedua pondok pesantren juga sangat mensupport untuk penelitian, imbuhnya.
Meskipun kesibukannya berkuliah dan dosen, ibu dari empat anak ini mengaku tak pernah mengesampingkan perannya sebagai seorang ibu. Malam hari, ia sempatkan waktunya untuk anak-anak dalam hal membimbing mereka, “Membimbing mereka dalam hal menghafal al quran tidak pernah absen saya lakukan.”
Di akhir wawancara, ia memberikan pesan, sikap disiplin dan tauladan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh seorang dosen sebagai figur yang harus dicontoh. Hal tersebut sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dari empat sifat yang dimiliknya yaitu siddiq, amanah, tabligh, fathonah.
Tak hanya itu, dalam melakukan segala hal, rasa keikhlasan harus muncul agar mendapatkan ridho Allah. “Jika kita hanya memikirkan finansial, maka tidak akan bermanfaat.” Apalagi dalam Muhammadiyah sudah dijelaskan bahwa, Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah. (Disa)