Teater Wadahi Energi Anak Muda Desa

Teater Wadahi Energi Anak Muda Desa

Kegemaran remaja dan pemuda kepada sesuatau hal negatif bukanlah murni kesalahan mereka. Bisa jadi, potensi dan energi berlebih yang mereka miliki kurang/tidak mendapat tepat di lingkungannya. Maka kemudian, remaja dan pemuda ini terpaksa menyalurkan energinya pada hal-hal yang negatif, sebab mereka tidak memiliki tempat dan kurang mendapat perhatian dari lingkungan keluarga dan persyarikatan. Jika benar demikian yang tarjadi, itu artinya kerusakan moral remaja dan pemuda adalah karena kesalahan orang tuanya dan lingkungannya.

Pendapat inilah yang selanjutnya diolah oleh Pemuda Muhammadiyah desa Bedug, Tegal, Jawa Tengah. Yaitu agar remaja dan pemuda desanya mau melakukan hal positif dan tergerak untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna dakwah persyarikatan Muhammadiyah. “Saat itu, remaja dan pemuda desa kami hobi main togel (judi). Termasuk ketua IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) –nya juga sudah ikut-ikutan pasang togel. Dari situ kita mulai berfikir dan mencari solusi,” cerita M Lukman Hajir Ketua Pimpinan Ranting (PR) Pemuda Muhammadiyah (PM) Bedug kepada Suara Muhammadiyah.

Akhirnya, Hajir melanjutkan, dengan melihat potensi dan pengalaman, Pemuda Muhammadiyah Bedug mendirikan Study Teater Muhammadiyah (STM). “Beberapa personil kami punya jam terbang yang bagus di bidang teater, dan ketika sekali diujicobakan pada salah satu even Pemuda Muhammadiyah Tegal, ternyata penampilan STM cukup memukau dan menghibur,” katanya.

Sejak saat itu, Pemuda Muhammadiyah Bedug memiliki kegiatan baru, sarana dakwah baru bernama STM yang mendalami musik dan teater, seni lakon dan seni peran. “STM resmi berdiri tanggal 16 Desember 2017 dan diresmikan langsung oleh Dahnil Ketum PP PM,” terang Hajir.

Sekurangnya, Hajir mengatakan, ada 40 remaja, pelajar, dan pemuda yang bergabung aktif di STM. Pertemuan seminggu dua kali, malam Kamis dan malam Ahad untuk latihan sekaligus pembinaan hampir semuanya hadir. “Namanya anak muda, begitu kenal dunia baru ya jadinya over (berlebihan), latihannya sampai larut malam. Paginya, yang harusnya sekolah malah bolos. Gara-gara ini kita ditegur warga dan bapak-bapak Ranting. Dari situ kita mengeluarkan peraturan dilarang bermalam di sanggar dan latihan dicukupkan sampai pukul 23.00,” terangnya.

Sanggar STM sendiri berdiri belum lama. Awalnya, setiap latihan digelar di halaman masjid. Tapi, Hajir mengungkapkan, sering diprotes warga karena mengganggu istirahat mereka. “Alhamdulillahnya, ada salah satu warga yang mempersilahkan tanahnya untuk didirikan sanggar. Ya sanggar kecil-kecilan,” ujar Hajir.

Perkembangan STM cukup baik hingga kemudian banyak mengisi acara baik di internal Muhammdiyah maupun di luar persyarikatan. Paling berkesan, kata Hajir, adalah mengisis di kantor Muhammadiyah Menteng, Jakarta dan sempat beberapa personil STM tampil di GKJ (Gedung Kesenian Jakarta) berkolaborasi dengan komunitas teater lain. “Dari situ hubungan kami dengan komunitas teater termasuk beberapa komunitas anak Punk terjalin baik. Sempat beberapa kali mereka datang ke Tegal. Karena tampilan anak Punk seperti itu, kita sempat ditegur warga, sebab warga takut lingkunganya jadi ikut-ikutan Punk. Tapi setelah kita terangkan semua, akhirnya warga menerima dan justru mendukung,” paparnya.

“Inilah cara kami berdakwah, bukan lewat retorika tapi kami berusaha mendekatkan anak muda berdakwah dengan caranya,” tutup Hajir. (gsh).

Exit mobile version